Bab 5

75 21 35
                                    


Yerim menopang dagunya malas, ia menatap jendela di sampingnya memandang awan mendung diluar sana menandakan sebentar lagi akan hujan, atau hanya mendung saja.

Jam terakhir pelajaran Geografi di kelas XI IPS 2 membuat suasana semakin bosan, banyak siswa yang mulai malas menyimak materi, ditambah lagi guru yang menerangkan terus menjelaskan panjang lebar tanpa memperhatikan bagaimana membuat pelajaran menjadi menyenangkan. Ibu Ana, guru yang mengajar Geografi tersebut adalah guru yang pendiam dan tidak banyak bicara. Cara mengajarnya yang monoton tidak membuat siswa suka malah tambah tertekan. Satu lagi,  Ibu Ana bukan lah guru yang ramah.

Ibu Ana terus menjelaskan tentang siklus hujan turun dan menggambarkan Siklus nya di papan tulis, membuat siswa semakin tak tertarik di pikiran mereka hanya pulang. Cuma segelintir siswa yang memperhatikan dengan sungguh.

Termasuk Yerim yang juga bosan, ia memandang malas ke arah papan tulis. Ia memainkan penanya hingga berbunyi cetak cetuk berulang kali. Lusi yang masih mendengarkan penjelasan Ibu Ana dan mencatat apa yang penting, merasa terganggu dengan kegiatan Yerim sekarang, itu sungguh berisik. Ia memandang Yerim yang merasa tak bersalah sedikit pun malah dengan sengaja ia membunyikan ujung penanya dengan cepat berulang kali.

"Berisik" kata Lusi.

Lagi-lagi Yerim tak menghiraukan, ia hanya ingin pulang.

Yerim menolehkan kepalanya kebelakang lalu mendongak, melihat jam dinding kelas.

" lima belas menit lagi," gumam Yerim lalu kembali memainkan penanya bosan.

Tak berapa lama bel pun berbunyi, seluruh siswa menghela napas lega, mereka bersemangat memasukkan buku dan alat tulis mereka ke dalam tas masing-masing, Yerim yang sedari tadi bete kini menampilkan senyum merekah.
Mood nya berubah.

Tepat saat seluruh kelas bubar, tiba-tiba saja hujan turun, membuat seluruh siswa SMA BIMA SAKTI ber yah pelan. mereka harus menunda untuk merebahkan badan di kasur yang empuk.

Gedung SMA BIMA SAKTI memiliki tiga lantai dan masing-masing lantai terdiri dari empat ruangan, kelas sepuluh di lantai satu, kelas sebelas di lantai dua dan kelas dua belas di lantai tiga. Setiap angkatan memiliki kantin masing-masing dan yang paling istimewa adalah kantin kelas dua belas di rooftop dan harga makanan di situ untuk siswa kelas menengah atas. Yang artinya makanannya MAHAL.

Kini hampir seluruh siswa berada di lantai satu, tepatnya di koridor kelas sepuluh. Karena itu dekat dengan parkiran.

"Gimana Aarav?"tanya Yerim pelan kepada Salsa yang berada di sampingnya setelah kelas bubar. Salsa yang melihat Yerim dan Lusi keluar kelas langsung menghampiri mereka yang berada di samping kelasnya.

"Oh, dia aman kok, tenang" jawab Salsa santai, "khawatir amat," sambungnya lagi.

"Aarav kenapa?"tanya Lusi yang mengekori mereka di belakang.

"Lo belum cerita?"tanya Salsa kepada Yerim.

"Hehe lupa," jawab Yerim cengengesan.

"Kenapa?" ulang Lusi menaikkan alisnya heran.

"Aarav nyelamatin dia dari serangan Sean" jelas Salsa menunjuk Yerim.

"Oh...,"

"Cuma itu?!" Pekik Salsa tak menyangka dengan respon Lusi yang terlampau santai. Sedangkan Yerim senyum-senyum tak jelas membayangkan kejadian tadi.

SECRET (END)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن