Bab 22

34 10 34
                                    


Semuanya semakin menarik, Sean melepas tangannya dari Yerim. Kini fokusnya teralih ke Lusi yang menatapnya tajam.

"Wah wah siapa nih yang jadi jagoan." Sean melipat tangannya ke dada dan berdiri di hadapan Lusi.

Sudah lama sekali Yerim tidak melihat tatapan Lusi yang seperti itu, terakhir Yerim melihatnya satu tahun yang lalu.

Suasana kelas makin mencekam. Bagaimana Lusi yang dikenal gadis pendiam ini tak kenal takut untuk melawan Sean.

"Jangan ganggu temen gue." Lusi kembali berbicara membuat Sean semakin tertantang. Dan yang ada di kelas pun tak kalah terkejut bagaimana Lusi yang biasanya irit ngomong kini berbicara lumayan panjang.

"Kalau gue gak mau lo mau apa?" tantang Sean menurunkan tangannya dan meletakkan tangannya di ujung meja Lusi.

Arga yang notabenenya sebagai ketua kelas sudah tidak tahan lagi, ia pun maju untuk meminimalisir terjadinya keributan.

"Slow Bro! Dia cewek Bro!" ujar Arga menepuk pundak Sean sok akrab.
Walaupun ia rada takut, lebih baik Arga mencegahnya sekarang daripada nanti timbul keributan yang gak perlu.

Sean memandang Arga sekilas dan menepis tangan Arga dari pundaknya. Kemudian Sean mencodongkan badannya ke Yerim dan membisikkan sesuatu ke gadis itu.

"Kalau lo gak mau ikut gue, boneka lo gak akan balik."

Yerim langsung terdiam ketika Sean mengancamnya seperti itu.

"Gimana?" tanya Sean setelah membisikkan kalimat tadi ke Yerim.

Yerim menghela napas panjang dan mulai beranjak dari duduknya.

"Nah anak pintar," ujar Sean menyerahkan ponsel Yerim yang di rampasnya tadi. Sean pun keluar dari kelas Yerim di susul oleh Bambang dan Nata yang menunggu di pintu.

Mau tak mau Yerim pun ikut keluar kelas menyusul Sean yang berjalan tak jauh di depannya.

"Yer." Lusi menahan tangan Yerim untuk pergi ada sarat kekhawatiran di mata gadis itu.

"Gapapa, lo tenang aja." Yerim melepaskan tangan Lusi dari pergelangan tangannya.

Semua yang ada di kelas bernapas lega sekaligus penasaran ada urusan apa antara Yerim dengan Sean sang ketua geng yang ditakuti itu.

"Hahh, akhirnya gue bisa napas juga." Arga mendesah lega dengan menunduk memegang kedua lututnya.

"Gila auranya mencekam banget," timpal Niko yang berjalan dari belakang menuju kursinya.

"Bener banget, gue kira mau mati tadi."

"Lebay Lo!"

"Seriusan, tapi By the way Yerim ada urusan apa tuh sama Sean?" tanya Arga kepada Lusi yang kali ini mulai memainkan ponselnya.

"Woi lus! nanya nih," ujar Arga kesal karena pertanyaannya tidak digubris oleh Lusi.

"Gak tau," jawab Lusi memandang Arga sekilas kemudian kembali memainkan ponselnya mengirimkan pesan kepada seseorang.

Lusi pun masih bertanya apa yang terjadi di kantin itu. Pertanyaan itu terus berputar di kepalanya.

****
 
Lorong-lorong kelas masih sepi, karena banyak kelas yang lagi belajar kecuali kelas Yerim. dimana guru yang mengajar itu belum masuk kelas atau mungkin sedang berhalangan hadir.

Yerim terus mengikuti langkah Sean dalam diam, dibelakangnya ada Bambang dan Nata yang sedari tadi entah membicarakan apa.

"Kita mau kemana?" tanya Yerim kepada Sean yang berjalan di depannya tapi, tak digubris oleh Sean.

SECRET (END)Where stories live. Discover now