Prolog

4.4K 227 3
                                    

"Tuhan tidak akan memberikan cobaan pada hambanya melewati kemampuannya. Dan aku yakin, pasti bisa melewatinya dan menemukan bahagia."

Dea Ambarwati

.
.
.

Dea menepuk-nepuk pelan pantat Lisa agar ia tertidur. Jam sudah menunjukkan pukul 23:00 malam dan Lisa masih juga belum tidur.

Lisa memperbaiki tidurnya dari menyamping menjadi terlentang, ia menatap mamanya dengan lekat. Dea juga menatap Lisa, ia tersenyum dan mengecup kening Lisa dengan lembut.

"Anak mama kenapa belum tidur?" tanya Dea.

"Lisa kenapa nggak punya papa, Ma?"

Pertanyaan yang tiba-tiba keluar dari mulut Lisa membuat Dea langsung bungkam. Jantungnya berpacu dengan cepat, mendengar kata papa mengingatkan Dea pada pria itu.

Dengan cepat Dea mengubah rautnya dengan tersenyum. "Kenapa Lisa tanya kayak gitu? mama aja udah cukup kok buat Lisa."

"Iya, di sekolah teman-teman Lisa selalu bicarain papa mereka. Katanya, papa mereka itu pahlawan mereka, Ma. Lisa kan nggak punya papa, jadi Lisa nggak punya pahlawan dong?"

Perkataan polos yang keluar dari bibir anak berusia 5 tahun itu sangat menyayat hati Dea. Dea tidak bisa berbuat apa-apa, takdir selalu mempermainkannya. Untuk saat ini tidak ada yang bisa ia percaya kecuali dirinya sendiri.

Tanpa sadar, air mata Dea menetes. Lisa yang melihat mamanya menangis duduk dari tidurnya. Lisa menghapus air mata di pipi Dea.

"Mama kenapa nangis?" tanya Lisa dengan wajah polosnya.

Dea dengan cepat menghapus air matanya dan tersenyum pada Lisa.

"Mama nggak papa, Sayang. Lisa dengerin mama, ya. Lisa itu punya pahlawan kok, pahlawan Lisa itu mama. Pahlawan itu nggak harus papa, mama juga bisa jadi pahlawan Lisa."

Lisa mengangguk antusias. "Iya, mama pahlawan Lisa yang terhebat. Mama bisa lakuin apapun tanpa papa, mama bisa semuanya."

"Sini, peluk mama dulu."

Lisa memeluk Dea. Ini yang Dea takutkan selama ini, dimana saatnya Lisa bertanya tentang papanya. Dea tidak akan bisa mengatakan apapun pada Lisa, sebab masa lalu yang Dea alami sangatlah berat dan kelam, Lisa tidak akan mengerti itu di usianya yang masih sangat kecil.

Keduanya mengurai pelukan. "Yaudah, sekarang Lisa tidur, ya. Udah malam, besok kan mau sekolah."

Lisa mengangguk kemudian kembali membaringkan tubuhnya.

"Mama, nyanyiin lagu tidur untuk Lisa." pinta Lisa.

"Iya, Sayang."

Dea menyanyikan lagu tidur kesukaan Lisa, lagu itu ia ciptakan sendiri khusus untuk anaknya. Dan akhirnya Lisa pun terlelap dalam tidurnya. Dea mengecup kening Lisa lama.

"Maafin mama, Sayang."

****

Assalamu'alaikum. Salam cinta dari Queen Tenten. 💞💞💞
Gimana prolognya, jatuh cinta nggak sama ceritanya. Kalo suka, yuk simpan di library kalian biar kalo update part selanjutnya bisa tau 😊😊😊

Part pertama nyusul yah 😊😊

See you👋👋👋

23 Agustus 2020

Ayah untuk LisaWhere stories live. Discover now