Imajinasi: Instruktur Renang (part 1)

7.7K 163 8
                                    

Berawal dari kelas satu SMA.

Hari itu aku mendapat pengumuman bahwa ekstrakulikuler yang aku ikuti sedang mengadakan lomba antar sekolah. Guru pembimbingku mengumpulkan enam siswa termasuk aku di lapangan saat jam istirahat dimulai. Beliau mengatakan bahwa lomba ini akan dimulai tiga bulan lagi. Kami dituntut latihan dengan keras mulai dari sekarang. Terutama aku, beliau sangat mengandalkanku karena beliau tahu potensi berenangku yang baik dari anggota yang lain.

Dari hari itu, aku dan teman-teman mulai latihan dengan tekun. Latihan dimulai setelah jadwal sekolah berakhir. Setiap hari aku pulang lewat jam enam sore. Orangtuaku tidak mengomel karena tahu aku akan menghadapi perlombaan. Mereka mendukungku dengan sepenuh hati.

Namun setelah dua minggu melakukan latihan, aku merasa kurang puas dengan metode yang diberikan oleh guru pembimbingku. Iseng aku mencari seorang instruktur renang melalui internet. Setelah berselancar di internet akhirnya aku menemukan satu instruktur dengan rating sangat bagus. Bahkan isi komentarnya penuh dengan kepuasan.

Aku mencari lebih dalam tentangnya. Namanya Joko, usianya kini tiga puluh satu tahun. Terbilang muda bagiku untuk seorang instruktur. Dia membimbing atlet-atlet nasional dan selalu mendapatkan juara satu. Di foto profil yang tertera, dia berkulit sawo matang. Aku tidak peduli dengan tampilannya, aku hanya ingin dia jadi instrukturku.

Biaya terbilang mahal, yaitu sepuluh juta per bulan dengan tatap muka tiga kali dalam seminggu. Kemudian aku membicarakan hal ini dengan orangtuaku saat makan malam. Mereka ragu tapi aku berusaha meyakinkan mereka. Salah satu cita-citaku adalah menjadi atlet renang, itulah kenapa aku sangat berambisi ingin dia menjadi instrukturku.

Setelah melalui perbincangan yang lama dan menimbang-nimbang, Ayahku mengijinkanku untuk berlatih dengannya. Ayahku menelepon Pak Joko untuk membicarakan lebih lanjut. Ayah bilang jika dua hari lagi kami akan mengunjungi rumahnya. Aku semakin tidak sabar.

Hari yang ku tunggu telah tiba.

Aku dan Ayah berkunjung ke rumah Pak Joko. Sampai di sana, aku takjub dengan rumahnya yang megah bak istana. Kami disambut seorang palayan laki-laki yang tampan dan ramah.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan itu.

"Saya dan anak saya ingin bertemu dengan Pak Joko" Ayahku menjawab.

"Sudah membuat janji sebelumnya?"

"Dua hari yang lalu saya sudah menelepon beliau"

"Baik. Mari ikut saya"

Di dalam rumahnya lebih mewah. Banyak perabotan mahal yang diletakkan dengan rapi. Aku menengok kanan dan kiri mengagumi kemewahan rumah Pak Joko.

Sampai di ruang tamu yang mewah, ada Pak Joko di sana sedang minum teh dan membaca koran. Beliau masih menggunakan piyamanya dan sepertinya dia belum mandi.

Ini pertama kalinya aku melihat Pak Joko secara langsung. Auranya berbeda dengan foto profil yang ada di internet. Kulitnya lebih gelap, mungkin karena dia suka renang saat siang hari. Wajahnya halus tidak ada geronjal jerawat satupun. Tidak aku sangka dia manis juga untuk usianya yang sekarang tiga puluh satu tahun. Aku terpesona bak melihat aktor.

Kami mengucapkan salam dengan sopan begitu pula beliau. Suaranya sangat berwibawa. Beliau sangat ramah dan selera humornya sama dengan Ayahku. Beliau bercerita bahwa dulu dia ingin menjadi seorang tentara. Namun cita-citanya pupus karena tidak lolos seleksi. Dia hobi berenang sama denganku. Saat masih kecil, beliau suka berenang di sungai di desanya dulu.

Setelah beberapa menit mengobrol santai, kami mengubah topik menjadi serius. Ayahku mewakiliku berbicara, mengutarakan apa yang aku inginkan. Pak Joko mengangguk memahami apa yang Ayahku sampaikan. Sesekali dia menyimpulkan senyuman kepadaku. Entah rasanya aku berdegup saat dia melakukan itu.

Imajinasi: Instruktur RenangWhere stories live. Discover now