Imajinasi: Instruktur Renang (part 3)

5.5K 139 14
                                    

Aku mulai memainkan penisnya. Ini pertama kali aku memegang penis orang lain. Awalnya aku ragu, namun ada gairah besar yang muncul dari dalam benakku. Aku mulai menjilat lubang penisnya sampai akhirnya mengulum seluruh penisnya.

Aku merasakan rasa asin dan sedikit amis. Pak Joko mengerang tanda senang dengan servis yang ku berikan. Beliau menekan kepalaku hingga membuatku tersedak gara-gara penisnya menyundul tenggorokanku.

"Kamu jago juga ternyata. Bersiaplah, akan ku masukkan penisku ke lubangmu."

"Apakah itu sakit?"

"Tidak akan. Aku akan bermain dengan lembut."

Pak Joko mulai menjilati lubang anusku. Beliau bilang cara itu memudahkan penisnya masuk ke lubang anusku. Geli sekali saat lidah Pak Joko menari di lubang anusku.

Saat ujung penisnya mulai menusuk lubangku, aku mengerang kesakitan. Dia berbohong, katanya ini tidak sakit. Penisnya terlalu besar untuk lubang anusku. Dia tetap berusaha memasukkannya meski aku menolak berulang kali.

Sampai akhirnya, seluruh penisnya masuk ke dalam lubangku. Aku menahan rasa sakit ini dengan menggigit bibir. Aku tidak tahan. Pak Joko memaju-mundurkan penisnya dengan perlahan. Semakin lama, aku melupakan rasa perihnya. Kini tinggal rasa nikmat yang ku rasakan.

Beliau semakin cepat memaju-mundurkan penisnya. Aku semakin mengerang kencang, tidak peduli jika pelayan di rumah ini tahu. Ini sungguh nikmat, aku telah salah menilai di awal.

Pak Joko mengerang kencang.

"AHH! AHH! AHHHH!"

Aku merasakan ada sesuatu yang menembak di dalam anusku. Hangat dan banyak sekali sampai keluar dari dalam anusku. Warnanya putih dan kental.

"Ayo keluarkan punyamu."

Beliau mengocok penisku dengan cepat hingga penisku memerah. Aku tidak tahan lagi. Akhirnya aku juga menembakkan cairan spermaku, melumuri tubuhku dan Pak Joko.

Kami berdua kelelahan, berkeringat campur dengan cairan sperma. Kasur Pak Joko jadi acak-acakan karena ulah brutal kami. Karena tidak kuat berdiri, aku terlelap berdua di kamarnya hingga matahari terbit.

Paginya.

"Candra, bangunlah."

"Lima menit lagi."

Aku sangat lelah. Aku membenamkan wajahku di dadanya dan dia balik merangkulku serta mencium keningku.

"Kamu manja sekali ternyata."

Untung ini hari libur sekolah, aku bisa menghabiskan waktuku untuk tidur. Bahkan aku lupa dengan perlombaan yang sebentar lagi diadakan.

Kami makan siang bersama di ruang makan. Sebelum aku membersihkan diri tadi pagi, beliau bilang untuk merahasiakan kejadian semalam. Aku sendiri tidak akan menceritakan hal ini kepada orangtuaku. Jika mereka tahu, aku pasti akan dipisahkan darinya. Aku tidak mau. Setelah kejadian itu, aku tidak hanya ingin menjadikannya sebagai instrukturku saja. Namun sebagai seorang kekasih. Hanya aku tidak yakin dia bersedia atau tidak.

Setelah makan siang, kami menghabiskan menonton televisi bersama. Walaupun rumah ini banyak pelayan, tapi aku merasa hanya ada kami berdua. Bahkan beliau tidak ragu mengelus pahaku dan sesekali menciumku.

Aku mulai memberanikan diri untuk bertanya hal pribadi tentangnya.

"Pak."

"Ya?"

"Bolehkan aku bertanya hal pribadi tentangmu?"

"Apa yang kau ingin tahu tentangku?"

"Pertama, kenapa kamu melakukan ini padaku? Kamu tahu kan ini tindakan menyimpang."

"Ya, aku tahu. Sejak kecil aku mendapat tindakan ini dari ayah tiriku dan hal itu terbawa sampai aku saat ini."

"Apakah sebelumnya kamu pernah melakukan ini dengan orang lain selain aku?"

"Tentu saja, Can. Kamu tahu? Pria susah sekali menahan birahinya jika sudah melakukan hal seperti itu, apalagi aku seorang instruktur renang yang tiap hari melihat pria bertubuh bagus. Aku tidak tahan. Kamu juga pasti akan merasakan hal yang sama setelah ini."

"Apakah itu hal buruk?"

"Iya, jika kamu melakukannya setiap hari hahaha. Tenang, aku tidak seperti itu. Sudah beberapa bulan aku tidak melakukannya, makanya semalam aku sangat bergairah."

"Boleh aku bertanya lagi?"

"Pertanyaanmu sudah banyak, Can."

"Ini pertanyaan terakhir. Aku janji."

"Baiklah."

"Apakah kamu punya seorang kekasih?"

"Tidak. Belum. Semua orang yang ku temui hanya menginginkan seks saja, mereka tidak benar-benar mencintaiku. Jadi aku tidak memikirkan itu lagi."

"Aku- Aku-"

"Ada apa? Kamu mau bilang apa? Katakan saja."

"Entahlah. Aku bingung karena ini pertama kalinya bagiku. Setelah kejadian semalam, aku merasakan sesuatu selain kepuasan. Ada hal yang hangat di dalam hatiku."

"Apa itu?"

"C-Cinta."

"Serius?"

"Iya. Saat aku melihat matamu semalam, aku merasakan sesuatu yang berbeda. Aku merasa nyaman saat kamu mulai mendekapku."

"Kemarilah."

Pak Joko mulai mencium bibirku dengan lembut. Mendekapku erat.

"Jika kamu merasa seperti itu, maka aku juga sama. Di awal aku melihatmu, aku sudah menyimpan rasa."

"B-Benarkah?"

"Iya. Jika kamu mau, jadilah kekasihku. Kita bisa hidup berdua di rumah ini."

"Tentu aku mau. Aku ingin menghabiskan waktu bersamamu. Tapi bagaimana dengan orangtuaku?"

"Kamu bisa meminta ijin ke mereka untuk main ke sini beberapa minggu."

Aku senang dia punya rasa yang sama denganku. Dan aku lega bisa mengutarakan apa yang ada dalam benakku. Kami berdua sekarang menjadi sepasang kekasih. Orangtuaku tidak tahu dengan hal ini, aku pandai menutupinya.

Sampai hari perlombaan tiba, aku mendapat juara satu. Pak Joko juga menontonku secara langsung. Beliau menemaniku di setiap saat. Kami benar-benar seperti sepasang kekasih layaknya orang normal lainnya. Hanya saja kami tidak mengumbar hal itu di tempat umum. Kami tetap menjaga privasi ini rapat-rapat. Hanya saat di rumah, kami menghabiskan waktu dengan bercumbu dan saling menyayangi.

TAMAT

Sekian cerita Imajinasi: Instruktur Renang. Aku harap kalian suka cerita kali ini. Untuk mengapresiasi cerita gratis ini, jangan lupa klik tanda ☆ ya biar aku makin semangat nulisnya. Terimakasih ^^

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 16, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Imajinasi: Instruktur RenangWhere stories live. Discover now