19. DON'T YOU SAY GOOD BYE 1

614 79 20
                                    

Harusnya, Will mendapat penghargaan karena memiliki ingatan yang sangat luar biasa baiknya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Harusnya, Will mendapat penghargaan karena memiliki ingatan yang sangat luar biasa baiknya. Saat kupikir dia sudah melupakan soal rekaman suara itu, justru Will kembali menanyakannya. Wajan berisi Fusilli hampir terlepas dari tanganku karenanya.

"Bisa nggak kamu lupain aja soal itu?" tanyaku berusaha menutupi rasa malu yang menjalar.

"Apa kamu malu karena terlalu menyukaiku?" goda Will. Dia terus berusaha agar kami bersitatap, meski aku terus mengelak."Katakan saja jika itu benar. Aku akan sangat senang." Dia menahan senyum hingga bibirnya membentuk garis tipis.

"A...ak...aku..."

Mampus, Kimmy, mampus!
Mau cari alasan apa lo?

Setelah mengerjap beberapa kali, lalu berusaha sekuat tenaga mengendalikan diri, kukatakan saja, "aku merekamnya karena menyukai suaramu." Will menatapku seolah nggak puas dengan jawaban yang kuberikan. "Suaramu bagus. Melebihi penyanyi aslinya," imbuhku setelah setengh mati mencari alasan.

"Meski dibandingkan penyanyi aslinya?" selidik Will nggak mau menyerah. Ada kerutan dlam di keningnya, tatapqnnya masih terus terpaku padaku. Dia kian mengikis jarak di antara kami.

"Ya," jawabku cepat, kemudian mundur beberapa langkah hingga menabrak meja tungku.

Terus terang, bagiku nggak ada satu penyanyipun yang mampu menggetarkan hatiku saat mendengar lagunya. Hanya Will yang mampu membuatku berdebar hanya dengan mendengar suaranya saat bernyanyi. Aku lebih suka mendengar Will menyanyikannya untukku, daripada penyanyi manapun.

"Kalau begitu, bisakah kamu menyanyikan lagu untukku? Aku juga ingin merekamnya," kata Will.

"Jangan. Kasihanilah gendang telingamu, Will," kataku.

Will memutar kedua bola matanya, ia juga menengadahkn wajahnya. Raut protes keras jelas tercetak di sana. "Ini tidak adil, Miss Pravena. Kalau kamu tidak mau bernyanyi untukku, kamu juga tidak boleh menyimpannya. Cukup adil, bukan?" Will melipat kedua tangannya di dada. Menatapku dengan bibir yang mengerucut.

Dia nggak boleh menghapus rekamanku. Hanya ini yang kupunya setelah kembali ke kehidupan nyataku. Hanya suara Will dan ingatan di kepalaku yang akan tersisa.

"Aku nggak bisa nyanyi, Will," kataku berusaha agar Will berhenti.

"Aku tidak peduli, Baby Girl," sahutnya nggak mau kalah.

"Jangan sampai gendang telingamu bernanah mendengar suaraku," elakku lagi.

"You lie, Baby Girl." Will memberiku tatapan serius. "Suaramu justru sudah menjadi candu bagiku." Dia mengecup singkat pipi kananku, lalu melanjutkan kalimatnya, "aku bisa gila kalau sehari saja tidak mendengar suaramu."

Sudah, deh, kalau Will sudah menggombal seperti ini aku bengek. Dia selalu tahu cara menyenangkanku. Dia memang lelaki yang penuh cinta.

KIMMY ;Lost in LondonDonde viven las historias. Descúbrelo ahora