[12] Misi Dian

1.6K 262 9
                                    

Update spesial Dirgahayu
Kemerdekaan RI ke 75' 🇮🇩

Part ini lebih panjang dari biasa, dan sebelum lanjut vote dulu ya❤️
Happy reading🇮🇩

<<<•••>>>

Hidup itu keras,
Yang berjuang belum tentu mendapatkan.

••• Memintamu dalam Istighfar•••

Seperti perkataannya pada Ilham kemarin, hari ini dia kembali bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Berkali-kali ia ikut tertawa begitu kaum laki-laki kembali menertawakan Lesa sepagi ini.

Dian menumpu dagunya dengan satu tangan beralas meja, ia mengangguk-angguki ucapan Lesa yang menceritakan detai perihal kejadian memalukan di waktu olah raga kemarin.

"Asli Di, gue malu banget sumpah. Gue gak tahu ya itu pak Mamat, gue maki-maki. Eh kena gue."

Sayangnya Dian tidak melihat langsung, ia jadi menyesal. "Kalau tahu gitu, gue 'kan orang Pertama yang bakal ketawa kencang," timpalnya membuat gadis berambut lurus tergerai sebahu itu mendelik kesal.

Sepagi ini kelas mereka kosong, membuat mereka tidak ada kegiatan. Semua siswa-siswi menepi, ada yang menonton drakor, ngerumpi, yang cowok main bola kertas dan yang gak kalah rajin ada yang lagi baca buku. Tapi novel. Bukan pelajaran.

"Dian!!"

Kelas yang awalnya riuh kian riuh begitu Fitri memasuki kelas dengan suara toa. Ia berjalan tergesa menuju Dian dan Lesa berada. Membuat semua mata menatapnya heran lalu kembali sibuk dengan aktivitas masing-masing.

"Fit, toa banget suara lo!" Lesa yang merasa terusik bergumam kesal, namun Fitri kini menepuk keras meja dengan nafas ngos-ngosan.

"Entar deh, gue ada berita buat lo."

"Berita apaan? Meja sampai lo pukul gini?" Dian menatap teman kelasnya yang juga lumayan dekat dengannya selain sahabatnya- Aila- dengan alis tertaut.

"Lo harus lihat ini. Ikut gue." Tangannya ditarik, jika Dian tidak hati-hati hampir saja ia terjatuh. Ia mengerutu, namun ucapan Fitri setelahnya membuatnya berlari terlebih dahulu.

"Ada sisiwi baru. Pacar Arkan. Dari awal mereka barengan terus. Kita shock banget asli. Arkan gak pernah dekat sama siapa-siapa. Eh- Dian gue belum selesai!"

Dian tidak mempedulikan teriakan kesal Fitri yang tertinggal. Dia diikuti Lesa sudah berlari menuju kerumunan yang terlihat.

Kenapa Dinda Dinda itu bisa sekolah di sini. Kemarin 'kan dia di sekolah swasta. Langkahnya menelan begitu dia melihat langsung dua pasang manusia yang berjalan beriringan.

Dian mendengus tidak suka, melihat Akan tersenyum seraya memperkenalkan gadis disebelahnya. Perhatian semua siswa-siswi pun ke mereka, berkali terdengar bisikan tidak rela karena kini Arkan ada yang punya.

Padahal kemarin dia sudah membuat Dinda salah paham, tapi benar pikirannya, mereka kembali baikan membuatnya menghentakkan kaki kesal.

"Sabar ya, Di. Hidup keras. Yang berjuang belum tentu mendapatkan." Lesa menoleh, menepuk pelan bahunya. Mendramatisir keadaan.

Memintamu dalam Istighfar [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang