I'll Try

2.8K 406 27
                                    

Fyi, chapter 31 ini masih berlatar hari yang sama dengan chapter sebelumnya.
Happy reading 🤗

Jarum jam terpantri di angka 10, sudah tidak bisa dikategorikan sebagai pagi hari sih, tapi tetap saja aneh melihat Soobin sudah bersiap dengan pakaian rapinya di saat hari tengah libur begini. Seusai simulasi ujian selesai dilaksanakan yang berakhir membuat kepala beberapa siswa terasa mau pecah, sekolah memberikan jatah libur sebagai bentuk persiapan diri menghadapi simulasi ujian kedua sekaligus yang terakhir sebelum akhirnya ujian kelulusan yang sesungguhnya.

Satu-satunya penghuni yang ada di sana juga rupanya menangkap keanehan itu. Biasanya saat sedang libur Soobin memilih mengurung diri di kamar dengan komputer miliknya, keluar kalaupun membutuhkan sesuatu atau ada keperluan penting, makanya Jaera menatap bingung sang adik dari balik meja makan.

Pandangan mata keduanya beradu ketika Soobin selesai berurusan dengan ponselnya, "Kau mau kemana, Soobin-ah?"

"Menjenguk teman." Ponsel Soobin kembali bergetar tanda masuknya pesan dari Jeno. Jaera hendak bertanya kembali saat suara teriakan milik Donghyuck terdengar memanggil nama Soobin dari arah gerbang depan, sang pemilik nama sontak bangkit dan berjalan menuju gerbang untuk membuka'kan pintu.

"Oh, kau sudah siap ternyata." Itu menjadi salam pembuka yang Donghyuck lontarkan sesaat setelah melihat penampilan Soobin yang rapi, "Kita mau langsung pergi saja?"

"Kalian masuk saja dulu, duduk sebentar menunggu yang lain siap sekalian aku mau mengambil buku catatatan." Soobin membuka pintu lebih lebar agar sepeda milik Donghyuck dan Jeno dapat masuk ke dalam.

"Astaga, aku lupa membawa buku catatan untuk Jisoo." Donghyuck menepuk keningnya, yang hanya dilirik malas Jeno di samping,

"Mau bawa juga percuma, kau'kan tidak pernah mencatatat." Donghyuck mendengus dan Soobin terkekeh pelan.

"Kau sendirian?" Donghyuck berbisik ketika mereka berjalan berdampingan masuk menuju rumah Soobin, tak perlu menjawab sebab sosok Jaera lantas menampakkan dirinya, tersenyum menyapa kedua teman adiknya.

"Dia kakakku. Nuuna, ini Donghyuck dan Jeno." Donghyuck dan Jeno menundukkan kepala memberi salam, kemudian digiring untuk duduk di sofa ruang tamu.

"Aku mau mengambil catatan dulu, kalian tunggu di sini." Soobin memilih mengundurkan diri, menyisakan kedua temannya bersama Jaera di ruang tamu.

"Kalian mau minum atau makan sesuatu?" Jeno buru-buru menolak dengan ramah sebelum Donghyuck sempat membuka mulut, ia takut menyusahkan Jaera sebab kadang Donghyuck itu suka tidak tahu diri kalau berurusan dengan makanan.

"Ck, kau apa-apaan sih, aku'kan haus." Bisik Donghyuck di samping Jeno, lelaki berkulit tan itu protes sebab menurutnya kalau ada rejeki jangan ditolak.

"Malu, hyuck." Jeno menjawab dengan bibir melengkung tersenyum ke arah si tuan rumah.

Jaera tersenyum kecil, bisik-bisikan itu terdengar samar di telinganya dan menurutnya itu mengemaskan. Dasar anak-anak remaja.

"Nuuna mau pergi juga?" Donghyuck melontarkan pertanyaan basa-basi sebab melihat pakaian yang Jaera kenakan,

Jaera sendiri ikut menoleh menatap pakaian miliknya, tersenyum kecut sebelum menjawab, "Aku baru pulang bertemu seseorang. Kalian teman sekelas Soobin di sekolah?" Jaera mengalihkan topik pembicaraan selain agar membuat kedua teman adiknya tidak merasa canggung sembari menunggu Soobin balik dari kamarnya juga sebagai pelarian supaya dirinya tidak mengingat kejadian beberapa saat lalu.

"Iya, nuuna. Kami sekelas dengannya."

"Bagaimana Soobin kalau di sekolah?"

"Soobin baik. Ia tidak banyak bicara, pendiam sekali." Bukan hal yang mengejutkan sih bagi Jaera, adik lelakinya itu memang luar biasa pendiam sejak kecil. "Diantara kami bertujuh, Soobin yang paling jarang bicara."

My Little Wife[✔]Where stories live. Discover now