[5] A Distraction

382 53 81
                                    

[Twinkle, twinkle, little star]

Ma Jiaqi terbangun ketika telinganya mendengar ada sebuah ledakan yang cukup besar. Ia reflek meraba ranjang sebelah kanan—hendak membangunkan si member tertua yang ia pikir masih tenggelam dalam pejam. Tapi ternyata tak ada siapapun di sana. Hanya ada hampa beserta sprai kusut yang tak lagi tertata seperti sedia kala.

Di detik itu irisnya melebar. Dengan segera, pemuda itu enyah dari atas ranjang. Ia memakai sandal secara asal, kemudian meraih ponsel yang semula di–charge di meja tempat menaruh barang.

Jiaqi memanggil nama Chengxin dengan brutal. Ia mencari pemuda itu ke seluluh pelosok kamar. Bahkan ia telah mendobrak pintu kamar mandi dengan kencang, tapi eksistensi yang dicari tak kunjung ia temukan. Kemudian ia sadar bahwa Chengxin mungkin telah lebih dulu keluar dari kamar sebelum ledakan itu terdengar. Maka setelahnya ia berusaha menenangkan diri—mendoktrin isi kepala dengan kalimat 'Chengxin pasti baik-baik saja'. Setidaknya berpikir positif tak akan membawa dampak buruk dibanding hanya mondar-mandir seperti orang gila.

Jiaqi segera meraih jaket dan masker ketika sirine panjang yang amat familiar mulai terdengar. Jantungnya serasa dipompa menjadi berkali lipat lebih cepat ketika hening yang semula memeluk berubah menjadi hingar. Tanpa banyak pikir lagi, ia segera meraih pintu dan menghambur bersama beberapa orang di luar.

Jiaqi baru saja ingin bertanya apa yang terjadi—ketika sebuah asap tebal terlihat dengan jelas dari ujung lorong panjang tempat ia berpijak saat ini. Dan Jiaqi tak butuh lebih banyak alasan lagi untuk segera memacu kaki—mendobrak kamar anggota yang lain untuk segera menyelamatkan diri.

Karena meski ia sama sekali tak melihat api, nyaring kata 'kebakaran' yang sempat ia dengar—meski samar—cukup untuk membuat Jiaqi serasa mati berdiri.

"Bagaimana? Sudah semua?"

Kelima lainnya menganggukkan kepala. Jemari mereka tak henti menari di atas layar ponsel, menghubungi staf yang berada satu lantai di atas mereka.

"Sudah, Ma ge, tapi...dimana Ding ge?"

Jiaqi hanya bisa menggeleng sambil mengacak rambut kasar ketika ia sama sekali tak mempunyai jawaban atas pertanyaan Haoxiang. Karena Jiaqi bahkan baru terbangun ketika ledakan itu terdengar, dan pada saat itu Chengxin telah lebih dulu menghilang.

"Kata staf, ledakan itu berasal dari lantai dua belas karena korsleting listrik," ujar Yaowen tepat setelah mematikan panggilan. "Klise, sialan! Tapi dampaknya bisa membahayakan banyak orang!"

Yaowen berani menjamin ia jarang mengumpat. Tapi keadaan saat ini benar-benar membuat otaknya penat. Bayangkan, ia baru saja tidur dengan nyenyak setelah bekerja seharian. Dan sekarang ia harus terbangun karena ada kebakaran!

"Bocah dilarang bicara kasar," timpal Yaxuan. Irisnya menusuk Yaowen dengan tajam, kemdian beralih ke arah Jiaqi yang masih tampak gusar. "Aku juga baru selesai bicara dengan staf. Katanya, ada kebakaran di lantai dua belas dan apinya telah merambat hingga ke lantai sebelas. Parahnya lagi, karena ledakan itu terjadi di sebelah barat hotel ini, api di bagian sana sudah merambat hingga ke beberapa lantai yang ada di bawahnya. Untuk bagian lift bahkan sudah sampai lantai dasar! Apinya merambat ke bawah di sebelah barat kerena memang di situlah letak titik ledakan. Kita ada di lantai tujuh, wǒ de tiān! Bagaimana kalau apinya cepat membesar?"

Yaxuan memang tak pandai menyembunyikan. Ketara sekali bahwa ia amatlah ketakutan. Junlin yang banyak bicara pun memutuskan untuk diam. Karena ia juga merasakan hal yang sama, dan kalimat penenang bukanlah sesuatu yang saat ini mereka butuhkan. Jadi lebih baik ia diam ketimbang membuat suasana semakin runyam. Yang ia lakukan saat ini hanya mengelus pundak Yaxuan, memberi pesan melalui jemari yang bergerak bahwa Yaxuan tak sendirian.

Gazing At a Distant Star[√]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora