2. Eonnie?

591 56 8
                                    

“aku bercanda.”

Nara akhirnya bisa memasang wajah santainya setelah Seokjin mengucapkan ia bercanda. “hahaha, ternyata kau bisa bercanda juga ya.”

Seokjin menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. “i-iya, tentu saja.”

Ekspresi kejut Nara seolah mencair, berganti menjadi wajah ceria dan tertawa sambil memukul bahu Seokjin pelan—tipe gadis yang mencari bahan pelampiasan ketika tertawa.

Seokjin tersenyum kaku, ia mengutuk mulutnya karena telah menawarkan hal tak masuk akal itu, apa katanya? Selamanya? Jangan gila tuan Choi, lebih baik nikahi saja jika ingin tinggal selama itu bersama, hidup bahagia saling menghidupi dan bukan saling menjual atau membeli. Seokjin mengutuk pemikirannya, sisi baik dalam dirinya seketika menariknya dari pesona Nara yang membuatnya seolah lupa dengan istri yang begitu dincintainya sampai hampir gila ketika ditinggal pergi. Masa sekali ketemu jalang yang mirip langsung beralih begitu saja? sangat bukan Choi Seokjin.

“kalau begitu aku pulang dulu, akan kukemasi dulu barangku, lalu kemudian mengangkutnya kesini.” Ucap Nara.

Seokjin tak setuju. “jangan!”

Nara sempat tersentak, sebelum akhirnya ia mengerti bahwa Seokjin melarangnya pulang. “ah maaf, apa kau membutuhkanku sekarang? Baiklah, tidak ada orang kan? mau disofa atau dikamar?” tanya Nara sambil melepas blazer yang ia kenakan.

“tidak—bukan itu maksudku.”

Ternyata bukan itu.

Nara menatapnya bingung. “lalu apa?”

“maksudku barang-barangmu, jangan bawa kerumah ini.” Ucap Seokjin sedikit tegas.

Perlahan Nara mulai menurunkan tangannya yang semula memegang blazer untuk dibuka tadi, ia menunduk sambil mengangguk pelan. Seokjin memperhatikan wanita itu, ada rasa aneh saat melihatnya,

“apa aku menyinggungnya?” batin Seokjin.

Nara kembali mengangkat kepalanya setelah menunduk tadi, ia kemudian menampilkan senyumnya dan mengangguk mantab. “baiklah, aku tidak akan membawanya, tapi aku harus pulang, ada sesuatu yang perlu kuurus, aku akan kembali besok, kau tenang sa--,”

“Nara, maaf.” Potong Seokjin.

“baiklah, aku maafkan—ah tidak! Maaf untuk apa?”

Seokjin terkekeh. “kau lucu sekali, kau menunggu permintaan maafku, tapi setelah itu mengoreksi dengan pura-pura bingung.”

Nara menggaruk lehernya yang tidak gatal. “jujur aku kesal, tapi aku kembali sadar bahwa aku tidak boleh kesal pada pelangganku.”

“denganku kau boleh merasa kesal.” Ucap Seokjin pelan, sambil menatap wajah Nara.

Nara tertegun, ia menurunkan tangannya perlahan dari lehernya, matanya masih belum berkedip menatap Seokjin. Mereka saling menatap sampai akhirnya Seokjin berdehem dan menciptakan jarak bagi mata mereka untuk tidak bertatapan dengan cara memalingkan wajah.

“k-kau boleh pulang.” Ucap Seokjin dan diikuti oleh anggukan Nara.

---

Nara kembali ketempat terkutuk dimana ia bekerja dengan seribu kebanggaan yang melekat diwajahnya, dagunya terangkat keatas memperlihatkan kesombongan yang teramat sampai membuat orang ingin memukulinya dengan penggorengan saking kesalnya.

“aku akan punya lebih dari 1 milyar won dalam waktu setahun, ah salah! 200 juta dikali 12 bulan berapa?.” Tanya Nara pada Madam Meline, pemilik tempat ini. Sang wanita paruh baya yang sedang duduk dengan penampilan mencoloknya itu melototkan matanya kearah Nara.

Secret DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang