1. Bunga Tak Tersentuh

1 0 0
                                    

Satu bulan. Waktu yang cukup lama, dalam perjalanan menjalani mahligai pernikahan. Namun, selama itu pula, Safitri belum pernah merasakan nikmatnya malam pertama. Selama pernikahan tersebut, suami hanya akan menyentuh dirinya ketika butuh. Bahkan selama ini, dirinya tidur sendiri di atas ranjang, sementara suaminya, memilih untuk beristirahat di sofa samping tempat tidur. Ia tak yakin, sedang menjalani sebuah pernikahan.

Mata basah, sudah menjadi hiasan tersendiri yang selalu menemani paginya. Tak banyak yang bisa ia lakukan di rumah megah itu. Rutinitas paginya, hanya membantu kebutuhan di dapur. Itu pun, hanya sebatas memotong sayur lalu membersihkan ikan atau daging. Selebihnya, semua pekerjaan akan langsung di ambil alih pelayan.

Wanita berparas ayu itu duduk sendiri di taman samping rumah. Menikmati sejuknya udara pagi. Menyaksikan kuncup bunga yang mulai mekar.

"Safitri, sedang apa disini?"

Wanita berkerudung putih gading itu menolehkan kepala, kemudian mendongak. Mendapati mama mertua berdiri di samping, membuatnya bangkit.

"Mama, ini tadi Fitri hanya sedang bosan saja," jawabnya sedikit gugup. Dipersilakannya mama mertua mengambil tempat di sisinya.

Angin segar berembus menerbangkan beberapa helai daun yang menua, lalu jatuh ke bumi. Seperti halnya kehidupan manusia. Sejauh apapun ia pergi, mencari pengalaman hidup, namun pada saatnya, ia akan kembali pula ke tanah.

Miranda menatap putri menantu yang duduk disampingnya. Ada rasa gundah membucah di dada. Seperti ada yang berusaha disembunyikan darinya. Tatapan mata itu, begitu sendu, menyimpan sejuta duka yang tak pernah ia bagi pada siapa pun. Sebagai seorang wanita, terlebih dirinya merupakan seorang ibu, jelas ia paham benar, masalah apa yang menimpa putri menantunya itu.

"Nduk, istri dalam bahasa Jawa, adalah Garwo, kependekan dari sigaraning nyowo. Atau lebih mudahnya, biasa kita sebut belahan jiwa. Saling membutuhkan, saling melengkapi antar pasangan. Dalam di usia pernikahan 5-10 tahun isteri disebut semah atau kependekan dari isine omah atau untuk isi-isi rumah ya, isteri hanya hiasan rumah. Dalam usia pernikahan menginjak kejenuhan dan anak-anak beranjak besar istri disebut konco wingking atau teman di belakang atau yang disembunyikan dan hanya sebagai pelengkap sang suami dan tidak pantas di tampilkan.

Ketika ribut dengan suami, di usia pernikahan yang baru seumur jagung, menurut Mama, kalian tentu bisa mengatasinya sendiri. Sebagai ibu, aku hanya memberikan arahan sebisa dan semampuku,"

"Iya, Ma. Safitri sangat paham dengan nasehat mama. Saya akan berusaha memaknainya dalam kehidupan sehari-hari,"

Safitri kembali menatap lurus ke depan. Pandangannya kosong, mata tak bercahaya. Dia sungguh berbeda dari sejak awal di bawa ke rumah ini, di kenalkan pada keluarga besar suaminya. Ia terlihat lesu, hari-harinya hanya di habiskan seperti dalam kurungan. Keluar kamar, hanya untuk membantu di dapur, itu pun dirinya pasti akan di perlakukan selayaknya seorang ratu di istana.

"Sekarang, cobalah ceritakan, apa masalahmu?"

Ah?

Wanita berkerudung putih gading itu menatap mama mertua, terkejut. Ia bahkan tak pernah menceritakan apapun, tetapi sepertinya beliau mengetahui sesuatu.

"T-tidak ada, Ma. Fitri tidak sedang ada masalah apapun. Jika iya, mungkin karena merindukan keluarga saja, tak lebih," jawabnya gugup. Namun ia berusaha menetralisir keadaan.

"Kamu benar-benar tidak sedang membohongi mama, kan'?" tanya Miranda sekali lagi. Safitri merasa terpojok. Hampir ia akan mengatakan semuanya, kalau saja...

"Ma, Fitri hanya sedang lelah. Dia pasti bosan, karena selama berada di rumah, tidak bisa keluar kemana pun. Kalau boleh, aku akan membawanya jalan-jalan besok,"

Ghaffar tiba-tiba muncul disaat yang tepat. Pria itu meraih pundak sang istri, tersenyum ke arah sang mama. Memastikan pada orang tuanya, bahwa pernikahannya berjalan baik-baik saja, seolah tanpa masalah. Sungguh, keadaan ini membuat Safitri semakin tersiksa.

Miranda bangkit. Mengusap kepala sang putra, kemudian berlalu meninggalkan keduanya sendiri di taman. Ia yakin, keduanya bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. bukan karena tak peduli, tetapi bukan ranahnya ikut campur dalam masalah rumah tangga anaknya.

Seperginya sang ibu, Ghaffar mengangsurkan sebelah tangan. Ia ingin istri menggandeng lengannya memasuki rumah, semua harus terlihat biasa saja, atau keluarganya akan menaruh curiga, dan menghancurkan semuanya.

"Mas, apa benar kita akan...,"

Ghaffar melepas kemeja, kemudian digantungnya di tempat biasa. Ia meraih kaos lengan panjang dari lemari, mengenakannya. Lalu duduk di sudut ranjang, memangku laptop.

"Jangan bertanya lagi. siapkan saja keperluan untuk besok!" ujarnya tegas.

Safitri menunduk diam. Wanita itu melangkah ke depan lemari, mengambil beberapa potong gamis, dan kemeja milik suami. Kemudian menarik tas ransel, memasukkan semua keperluan ke dalamnya.

Tak ingin menggangu, ia tak berani lagi mempertanyakan apapun. Safitri memilih untuk meraih laptopnya sendiri, menyelesaikan gambar desain baju pesanan sahabatnya.

Selama ini, dirinya menyembunyikan bakat terpendam, hanya beberapa kawan dan sahabat dekat yang mengetahui. Sehingga, mereka sering memesan hasil desain-nya dan dibayar melalui sistem transfer. Hasil desainnya selama ini, dibayar dengan harga yang sesuai.

Sebagai seorang istri, ia merasa begitu tak dihargai. Tetapi sebisanya, ia tetap menaati Ghaffar yang notabennya adalah suami sah nya. Bagaimana pun juga, ia akan tetap menjaga pernikahan ini, meski banyak aral melintang. 

BERSAMBUNG

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 16, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SEMESTA MEMILIHMUWhere stories live. Discover now