Part 3

5.9K 436 2
                                    

Kau yang paling terburuk Grissham. Ingatkah kau pernah meninggalkan Syahara di rumah sendirian di saat badai datang dan petir yang cukup keras. Dan ingatkah kau apa yang kau temui pada saat itu?

Jika saja waktu bisa diputar. Tak kan setitik pun Griss akan meninggalkan Syahara sendirian malam itu.

Andai saja..

Andai saja..

*******************************

Part 3

"Aku harus mengambil obat ke rumah sakit, apa kamu bisa mengantar?" Olivia berujar pada suaminya pagi ini saat mereka bertiga sedang sarapan. Griss menghela nafas karena merasa menyesal, ia tak dapat membantu, walaupun hari minggu, Griss tetap sibuk dengan urusan kantornya.

"Aku bisa mengantar, tante." Thif berinisiatif membantu. Lagipula ia sudah berjanji akan mengantar jemput Oliv jika waktunya senggang. Paling tidak, Oliv akan memandangnya sebagai anak baik.

Oliv tersenyum dan bersemangat menerima tawaran Thif. Baginya, jiwa anak lelaki 17 tahun ini tertanam kebaikan Syahara. Tak lama setelah sarapan, Thif pun mengantar Oliv ke rumah sakit. Pagi ini cukup padat di kota, semua orang beraktifitas membuat jalanan padat. Thif memilih untuk menunggu wanita itu di dalam mobil, karena ia kira urusan Olivia akan segera selesai. Namun tak lama setelah Oliv pergi mengambil obatnya. Wanita itu menghampiri Thif ke mobil.

"Tante minta maaf, tiba-tiba teman tante mengajak minum teh berdua. Kau bisa pulang duluan, atau jalan-jalan bersama teman wanita mu." Setelahnya Olivia terkekeh dan melambaikan tangan karena ia segera pergi. Sedangkan Thif hanya tersenyum menanggapi Olivia, teman wanita? Ya.. Dia punya beberapa di kampus, selebihnya teman lelaki untuk bermain game atau diskusi. Teman wanita spesial? Tidak, bahkan ia benci hanya sekedar mengatakan cinta.

Thif Ingin segera meninggalkan rumah sakit, namun sebelum mobilnya benar-benar meluncur, mendadak pintu mobil sebelahnya terbuka dan duduklah seorang wanita dengan hodie lebar menutupi kepalanya dan sebuah syal merah muda yang menutupi wajah berkaca mata hitam itu.

"Hey! Kau siapa?" Thif mengernyit, mendapati penumpang gelap di dalam mobil. Seperti Sedang di kejar reintenir.

"Nanti aku jelaskan, sekarang tolong aku. Aku sedang di kejar penculik!!" ucap wanita itu dramatis.

"Jangan mencoba menipuku. Cepat keluar!"
"Tolonglah!! Ini penting!!" ucap wanita itu gusar, sesekali menutupi wajahnya dengan syal. Ia menunduk. Dan menatap sekitarnya.
"Tidak mau! Keluar!!"
"Aku akan membayar mu, jadi tolonglah aku. Ya.. Ya.." ucapnya. Thif masih diam, ia Mengamati gerak gerik si wanita dan hal itu memang menunjukkan rasa ketakutan. Tak lama berselang, dua orang pria bertubuh tinggi datang kearah parkiran mobil. Membuat wanita tadi semakin menunduk ketaakutan. Karena tak ingin terlalu mengambil pusing, akhirnya Thif pergin meninggalkan rumah sakit dan melaju kearah rumahnya.

"Dimana rumah mu?"
"Tidak.. Tidak.. Aku berhenti di sana saja."
"Kau berbohong kan?! Kau kabur ya?" Thif mendengus. Tak digubrianya tatapan perempuan tadi.
"Soal menculik, ya aku mengaku bohong. Tapi soal kabur dari rumah itu tidak benar. Ya sudah berhenti di sini saja." si perempuan tampak kesal, ia melepas kupluk hodie dan syalnya karena kesal di tuduh. Walaupun Thif tetap percaya bahwa wanita ini kabur dari rumah.
Mobil pun berhenti di tepi jalan besar di dekat halte bus. Perempuan tadi membuka pintu, namun kembali di tutupnya.
"Aku lupa tadi aku bilang akan membayar mu kan. Ini!"  perempuan itu menyerahkan permen karet pada Thif sambil memberinya senyuman manis. "Aku tidak punya uang, satu-satunya harta ku cuman ini. Jadi terimalah. Terimakasih Pak!!" si perempuan tertawa pelan dan pergi meninggalkan Thif yang terngaga karena kaget di panggil 'Pak'. Apa perlu dia bertanya pada orang tentang wajahnya? Apakah terlihat seperti bapak-bapak?

Wanita tadi pergi tepat saat bus datang. Membuat Thif mengeleng dan menyadari bahwa wanita tersebut meninggalkan syal di kursi mobilnya. Apakah sengaja? Thif mengerutu, coba pikirkan, seorang perempuan muda tiba-tiba datang minta tolong dan membayarnya dengan permen karet beserta syal yang ia tinggalkan.

Thif menarik daborn mobil dan menaruh syalnya di sana. Jika ia berjumpa perempuan itu akan dia kembalikan. Namun saat ia membuka dasborn mobil, ada satu hal yang menarik matanya kala itu. Sebuah kotak berukuran kecil. Thif kemudian mengambilnya dan membuka kotak tersebut. Jangan sampai ini adalah barang berharga milik Griss atau Olivia, mereka pasti mencarinya kemana-mana.

"Kalung?" Ucap Thif mengamati sebuah kalung perak dengan bandul kunci kecil. Thif awalnya mengira ini milik Olivia. Namun saat ia menutup kotak kembali dan berencana tak mempedulikannya. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. Apakah ini? Ini kunci itu?

Thif segera menyalakan mesin mobil dan melaju kearah rumah. Selama beberapa hari ini Thif sudah mencoba mencarinya di rumah, bertanya kepada pekerja di rumah, bahkan ia sudah memeriksa laci meja ayahnya di perpustakaan. Thif sudah tidak sabar lagi ingin mengetahui isi buku itu. Karena semuanya akan terungkap setelah buku itu ia baca. Namun jika benar ini kuncinya. Maka dimana buku itu tersimpan?


TBC

Syahara (Ending)Where stories live. Discover now