5. Flight to New York

129 20 4
                                    

Happy reading!
⚠️Tandai jika ada typo

Amora melangkah memasuki pesawat, gadis itu segera mencari kursinya sambil memegang sling bag putih di bahu kirinya dan tangan kanannya memegang tiket dan paspor, sedangkan kopernya sudah berada di bagasi pesawat.

Setelah mendapatkan kursinya yang memang sengaja dirinya pesan di samping jendela, bukannya senang gadis itu justru mengerutkan keningnya melihat seorang pria gendut duduk di sana, sambil menguyah makanan ringan yang terlihat berantakan, remahannya berjatuhan dan itu terlihat menjijikkan.

Dan di ketiga kursi pesawat yang berjejer itu, ada wanita yang duduk di kursi pinggir dan mencoba acuh akan tingkah pria itu.

Amora memeriksa kembali tiketnya sebelum benar-benar menegur pria itu, dan benar saja kursinya 44A, di samping jendela, sengaja Amora memesan demikian agar bisa melihat pemandangan lampu kota New York saat mendarat nanti.

"Excuse me sir, I thought that was my seat." tegur Amora dengan sopan, pria itu menoleh dan dengan malas memindahkan barangnya di kursi tengah ke pangkuannya lalu kembali memakan makanannya.

Amora menghela nafas, ternyata pria itu salah paham, dan mengira Amora akan duduk di tengah, dan tunggu! Bukankah itu keterlaluan, dia duduk di kursi orang lain lalu meletakkan barangnya di kursi lain pula. Wanita yang duduk di pinggir hanya diam melihat akan adanya perdebatan di sana.

"Aku pikir kau salah paham, maksud ku kursi yang kau duduki itu milikku, bukan yang di tengah." jelas Amora mencoba sabar.

"Dengar Nona, duduk di manapun bukankah sama saja. Sekarang duduk dan berhenti mengganggu ku." bukannya meminta maaf jawaban pria itu membuat Amora emosi.

"Maaf, tapi kau duduk di kursi ku! Tiket ku mengatakan 44A." ucap Amora penuh penekanan tidak mau kalah, pria yang kembali fokus mengunyah makanannya itu berdecak kasar.

"Itu bukan masalah besar Nona, lagi pula apa bedanya? Pesawat ini akan tetap ke New York di manapun kau duduk." ujarnya tanpa dosa.

Amora sudah muak, tidak peduli dengan sekitarnya, emosinya benar-benar di ujung tanduk, "dengar sialan! Kau mencuri kursiku dan tidak merasa bersalah, aku muak berurusan dengan mu, sekarang pindah dari kursi ku!, atau aku akan membunuh mu!" ancaman dan ucapan kasar Amora membuat pria itu melotot.

"Kau keterlaluan! Kau bahkan mengancam ku, aku bisa melaporkan mu!" pria itu menatap mata Amora yang memerah karena amarah.

"Seharusnya aku yang berkata begitu, itu kursi ku. Jika kau memang ingin duduk di samping jendela, kenapa tidak memesan tiket di sana hah! Manjijikan! Sekarang minggir sialan!" orang-orang di sekitar mereka menonton perdebatan itu dalam diam, tidak ada yang berani ikut campur, dan mereka menatap Amora dengan rasa takut.

Tiba-tiba seorang pramugari menghampiri mereka, "ada masalah apa, Tuan? Nona?" pramugari itu bertanya sopan.

Amora mulai menjelaskan semuanya, "dia duduk di kursi milikku, dan tidak ingin pindah, aku mencoba memberitahu nya dengan cara baik-baik, tapi dia tidak mendengarkan ku!" Amora memperlihatkan tiketnya pada pramugari.

"Ya dia memberitahu dengan cara yang sangat baik, bahkan mengancam ingin membunuh ku!" sela pria itu tidak mau kalah.

"Tutup mulut mu sialan!" bentak Amora.

Let Me Love You Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora