Malam yang panjang

3.2K 495 18
                                    

Disclaimer : I Do NOT own Harry Potter nor its universe, only ownership is Remianda and other additional characters!

Happy reading guysss

○●○●○●○●○●○●○●               ●○●○●○●○●○●○●○

      Remianda berjalan sembari menggelengkan kepalanya dan menepuk-nepukkan pipinya beberapa kali.

      Ia mengusap matanya yang berair dan menghembuskan nafasnya dengan pelan. Ia menikmati angin malam yang super dingin itu seraya ia tak ingin kembali ke asramanya dan hanya berjalan mengitari lorong-lorong tanpa was-was akan guru ataupun prefects yang mengadakan jaga malam.

     Remianda mendengus, "aku benar-benar tidak akan menerimanya sebagai ayah baptisku." Katanya pada dirinya sendiri. "Aku akan melupakan kejadian malam ini. Ya! Aku harus melupakannya. Dia bukan ayah baptisku! Bukan! Dia hanya Profesor dan kepala asrama Slytherin. Tak ada yang lebih. Benar. Tak ada yang lebih."

     Langkahnya tiba-tiba berhenti ketika ia mendengarkan suara bisikan yang terdengar tak jauh dari tempatnya, lebih tepat pada satu ruangan dengan pintunya terbuka sedikit.

     Ia berjalan tanpa suara mendekati ruangan itu, melihat di celah bagaimana sosok berturban berdiri di tengah-tengah tempat itu membelakangi pintu.

     "Sekarang, adalah waktu yang tepat untuk mencuri batu itu."

     'Batu? Apa dia membicarakan tentang batu bertuah itu? Beneran nih?' Remianda menyipitkan matanya dan lebih berkonsentrasi lagi dengan percakapan yang ia dengar.

     Dari yang Harry ceritakan padanya, Batu Bertuah adalah batu yang Nicholas Flamel temukan. Batu yang dapat memberikan kehidupan yang panjang.

     "Tuan, tenang saja. Saya akan memberikan batu yang Tuan inginkan. Dumbledore sedang tak berada dalam sekolah ini seperti yang sudah saya rencanakan. Semua persiapan telah diselesaikan kita hanya tinggal masuk dan mengambil batu itu, tuan."

     "Jangan sampai ini gagal, Quirell."

     Remianda membelalakkan matanya, menyadari sosok berturban itu adalah Profesor Quirell yang gagap, Profesor yang kerap kali ia dan anak-anak lain nistakan setiap habis jam pelajarannya.

     Rasa bersalah dan malu mengenainya dengan telak kala ia mengingat bagaimana ia dan Harry dkk sering mencurigai Snape sebagai pelakunya, juga secara sadar mengutuk kepala asramanya itu setiap kali sesuatu yang buruk terjadi di sekitaran mereka.

     Sekarang, yang perlu ia lakukan adalah mundur perlahan, dengan membungkam mulutnya untuk saat ini sampai ia dapat menemui prefects atau guru-guru yang tengah berpatroli.

     Karena jika ia tertangkap mendengarkan percakapan yang berbahaya seperti ini... mungkin sesuatu yang buruk akan benar-benar terjadi padanya.

     "Penyusup! Ada yang mendengarkan pembicaraan kita!"

     "Aih, sialan!" Maki Remianda dengan cepat dan berlari pergi dari sana tepat ketika Profesor Quirell membuka pintu dan menampakkan dirinya.

     "Hey!"

     Remianda memaki sekali lagi mendengar teriakan menakutkan dari Quirell. Adrenalinnya berpacu kuat mendengar langkah lari dari sepatu Quirell sembari suara serak itu terus berbicara.

     "Tangkap anak itu! Jangan sampai dia lepas!"

     Remianda memaki lagi dan lagi, tak peduli lagi dengan sekitarnya ia berbelok di tikungan.

Remianda Liliev Potter 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang