Chapter XXVII. Irina - Daylight

1.1K 148 15
                                    

Suara riuh rendah tamu undangan mulai mereda begitupun dengan lantunan nyanyian dari wedding singer. Aku menaruh sepiring Mushroom Ravioli di atas meja bundar dan melirik ke arah jam tanganku. Sudah hampir jam setengah sepuluh, pantas saja suasana Grand Ballroom hotel ini sudah mulai sepi. Hanya beberapa tamu undangan dan anggota keluarga besar yang masih tersisa dan sibuk berceloteh dengan pengantin.


Aku sudah rapi dengan rambut digelung, wajah full make-up dan dress brokat berwarna soft gold sejak pukul empat sore untuk menghadiri acara akad nikah dan resepsi pernikahan Sara. Semalam aku dan Sara menginap berdua di kamar hotel yang sudah disediakan. Ia terlalu gugup untuk menghadapi hari pernikahannya sendiri sehingga memaksaku untuk menemaninya bermalam bahkan hingga ia berjalan menuju meja di mana Maxi, Penghulu, Saksi Nikah dan Bara yang menjadi Wali Nikah sudah menunggunya.


Acara akad nikah berlangsung mengharukan membuatku menitikkan sedikit air mata saat prosesi meminta izin ke orang tua berlangsung. Menjadi salah satu saksi hidup hubungan Sara dan Maxi yang selalu terhalang oleh tolakan keras Bara rasanya cukup untuk aku ikut bersuka cita melihat hubungan mereka akhirnya bisa berlanjut ke pernikahan. Sesuatu yang diinginkan Sara sejak ia berpacaran dengan Maxi selama enam tahun kemarin.


"Kapan lo nyusul?" tanya Bara di sela-sela mengunyah mie goreng seafood.


"Pertanyaan lo persis kayak pertanyaan ibu-ibu komplek rumah gue,"


"Wailah, sensi banget," ucap Bara lagi yang hanya aku tanggapi dengan memutar bola mata. "Kalo lo masih lama gue mau duluan nih."


"Pede banget lo, Mas. Emang yakin Mia mau kawin sama lo?" seru Dipta dengan satu tusuk sate ayam di tangannya.


"Yaiyalah! Nah makanya gue nanya lo, Na, kan gue harus izin sama yang lebih tua kalo mau ngelangkahin."


"Boleh, Bar, masa gue ngelarang orang kayak lo yang udah kebelet banget mau nikah ini sih. Jangan lupa uang pelangkah, ya." Aku menjawab datar, tidak peduli siapa di antara mereka berdua yang mau melangkahiku. Hal terpenting buatku sekarang adalah menghabiskan sepiring Mushroom Ravioli ini sebelum penghuni kontrakan di dalam perutku mengamuk karena tidak aku isi dengan makanan dari tadi sore.


"Yeee, ogah rugi banget lo emang," cibir Bara.


"Gagal dong lo ngenalin calon istri ke keluarga besar, Mas," timpal Wama.


Bara otomatis berhenti mengunyah mendengar sindiran Wama soal Mia yang tidak bisa menjadi plus one-nya di acara resepsi Sara. "Lo sendiri punya cewek ngga pernah diajak ke mana-mana."


"Udah, Mas, ngga usah diingetin. Kasian itu Wama punya pacar tapi berasa jomblo melulu."


"Daripada lo, putus nyambung putus nyambung, ngga konsisten. Mending lo tegasin sekalian gih, gue rasa itu tandanya si Gemma ngga yakin sama lo, lo aja denial. Makanya cari pacar orang biasa aja, Dipta," balas Wama panjang.


Setelah setahun aku mengundurkan diri dari Eunoia, larangan berpacaran mereka resmi dicabut. Tidak ada hubungannya dengan kepergianku juga sih, memang perjanjiannya setelah enam tahun dari mereka memulai karir, mereka diperbolehkan untuk berpacaran di depan umum. Walaupun setelahnya masih banyak aturan turunan dan tidak tertulis seperti tidak mempublikasikannya sendiri lewat bentuk apapun, tidak memberi klarifikasi pribadi lewat media apapun secara langsung ataupun tidak melakukan tindakan yang merugikan RA secara material maupun moril.

Eunoia [Completed]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora