Prolog ( Masa Kecil )

28 3 1
                                    

" Mak ...." ( Suara Panggilan ).

Hari itu, tidak ada yang sebahagia kami berkeluarga. Memiliki orang tua yang lengkap serta berlimpah ruah kasih sayang. Apapun yang kami ingin Abah maupun Mak akan penuhi itu. Cinta, harta, kebahagiaan lengkap sudah kami miliki. Rasanya tidak ada yang kurang seakan dunia milik kami berkeluarga dan rasa kami paling bahagia sedunia. Hari demi hari bahagia itu semakin tumbuh subur, cinta dan perhatian orang tua itu memang dapat dirasakan tanpa bisa satupun yang merampas kebahagiaan tak terkecuali, Sang Ilahi ( pencipta alam semesta dan seisinya ).

Nama ku Rizha Ayu Mahendra, biasa dipanggil Zha dan aku mempunyai dua orang saudara bernama Rista Ayu Mahendra dan Rindu Ayu Mahendra nama kami sangat mirip dan terkadang membuat orang bingung memanggil nya hanya saja wajah kami cukup berbeda kecuali kak Rista dengan kak Rindu yang mempunyai kemiripan wajah, sering orang beranggapan bahwa aku bukan adek dari kedua kakak ku. Mengapa? Karena tidak ada kemiripan wajah antara aku dengan kedua kakak ku, entah mengapa aku terlihat berbeda : wajah, sikap dan lain sebagainya. Tidak salah rasanya orang-orang memanggil aku berbeda, tapi aku tidak memikirkan itu bagaimana pun aku tetap anak dari kedua orang tua ku dan adek dari kedua kakak ku. Nama panjang kami punya arti yang bermakna yaitu terambil dari kata Ayu dan Mahendra. Dimana kata Ayu adalah asal nama emak sendiri sedangkan Mahendra adalah nama Abah sendiri yaitu Hendra. Jadi bisa diartikan seluruh nya Rista, Rindu dan Rizha adalah anak dari Ayu dan Hendra. Sering juga orang meledek nama panjang kami namun bukan berarti kami tidak marah, hanya saja kami bangga tidak semua nama anak yang diberikan orang tua ditambahkan nama orang tua nya.

Aku adalah anak ketiga dari dua bersaudara saat ini, jarak umurku dengan kak Rista adalah 5 tahun sedangkan dengan kak Rindu 3 tahun. Jadi aku adalah anak bungsu yang biasa dikatain orang aku anak manja yang suka dipuja serta tidak mandiri sama sekali. Rasanya aku ingin menampar mulut mereka biar berdarah-darah agar mereka tahu sakitnya rasa dihina, tapi aku bukan termasuk anak yang arogan dan mudah marah. Aku urut dada ku pelan dan menelan segala amarah. Sering kali aku membujuk emak agar memberiku adek bayi bukan untuk aku mau merawatnya apalagi cemburu melihat dedek bayi tetangga, akan tetapi aku ingin tidak dikatakan anak bungsu si manja lagi. Ku pegang perut emak yang agak sedikit buncit dan ku cium dengan erat sambil berbicara pada emak.

" Mak, aku sayang emak. Jangan pernah tinggalin Rizha ya mak "

" Mak juga sayang sama Rizha " ( sambil menekan hidung dan telinga Rizha ).

" Mak, Zha mau dedek bayi " ( suara gemes )

" Kalau Mak ada dedek, Zha mau rawatnya nggak? " Rayu Mak

" Hmmm,,, hhhh.. " bingung

" Kok ketawa, mau nggak? " Mak kembali bertanya

" Maaau " dengan wajah polos

" Ya udah kalau mau, insyallah 8 bulan lagi dedek Zha lahir "

" Yang benar Mak " sinis

Suasana hatiku begitu riang, karena hampir bisa dikatakan aku akan Risen dari kata Si bungsu manja meskipun kasih sayang akan terbagi tapi tidak masalah bagiku yang terpenting tidak ada lagi yang meledek ku.

***

Meskipun emak sedang hamil tapi emak masih tetap aktif mengerjakan rutinitasnya yaitu berdagang perabot rumah tangga dan membuka usaha butiknya. Jadi ketika lebaran aku puas mau ambil baju se sukaku. Aku termotivasi karena emak, emak adalah seorang perempuan yang gigih tidak mau menyusahkan suami apalagi orang lain, pintar mengelolah keuangan, pintar usaha serta pintar memasak makanan kesukaan ku. Emak sudah menjadi motivator hidup ku sampai kapan pun emak tidak akan pernah tergantikan meski pun mereka lebih baik dari emak. Namun bagiku tidak ada yang lebih baik daripada emak.

My StepmotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang