Chapter 43 + 44

1.6K 220 49
                                    

" Ta- Tanjiro?! " Ucapku.

Aku cepat cepat menarik tanganku. Lalu menundukkan kepalaku. " Maaf."
Ucapku pelan.

" (Y/n) minta maaf lah pada Kanao. " Ucap Tanjiro dengan nada membentak.

" Kau tahu... Aku heran kau melakukan itu.. " Ucap Tanjiro yang membuatku langsung terdiam.

Begitu ya? Kau sudah berada di pihaknya? Ku pikir kau akan selalu berada di pihak ku.

Pikirku dengan perasaan yang amat kesal. Hingga akhirnya seseorang menariku pelan.

" Sudah lah, jika kau ikut campur, maka masalah ini akan lama selesainya, Tanjiro- kun. " Ucap seseorang, Kimini Kriss.

Kriss merangkul ku dan pergi meninggalkan Kanao dan Tanjiro. Aku masih tertunduk, hingga akhirnya sesuatu membuat ku mengangkat Kepalaku.

Kriss terlihat cekikikan sendiri sambil menutupi mulutnya. Membuatku tiba-tiba merinding.

" Kau kenapa sih?! " Tanyaku.

" Apa kau tidak lihat muka Tanjiro ketika aku membawamu pergi... " Ucap Kriss sambil menutup mulutnya.

" Heh?! "

" Kau menunduk terus sih! Kalau kau lihat kau pasti juga tertawa. " Ejek Kriss.

Entah kenapa aku mulai mengingat kembali kejadian tadi dan kalau di ingat ingat...

" Pfft- "

" Kau kenapa? " Tanya Kriss yang langsung kebingungan ketika aku menahan tawa.

" Apa kau melihat wajah Kanao ketika aku memberikannya tatapan benci. " Ucapku.

Kriss hanya menggelengkan kepala, yang artinya tidak. Aku memukul punggung Kriss.

" Kau sih telat... " Ejek ku.

Kriss pun langsung ikut tertawa. Ku rasa aku beruntung juga menjadi temannya. Mungkin kalau dia tidak ada, aku masih akan terjebak situasi tadi.

" Tapi (y/n)... Dekatilah Kanao dan Tanjiro, aku tahu pasti akan canggung di pertama. " Ucap Kriss yang membuatku bingung.

" Kenapa? " Tanyaku

" Entahlah, tapi ku rasa kau harus dekat dengan mereka. Dan satu hal lagi... Jangan terlalu agresif. " Ucap Kriss.

" Agresif? " Tanyaku.

" Hmph! Rasanya agak aneh kalau ku bersikap agresif, apalagi hubunganmu hanya sekedar saling menyukai... Mungkin cinta bertepuk sebelah tangan. " Ucap Kriss, yang ku anggap sebagai ejekan.

" Berengsek... " Ucapku.

" Sudahlah.. " Ucap Kriss, lalu menarikku mendekatinya.

Tangan Kriss menyentuh pipiku. Aku segera mundur ke belakang tapi lengan Kriss selangkah lebih dulu, membuatku tidak bisa berjalan mundur.

" Kriss?! " Ucapku, tapi tampaknya Kriss tidak mendengarnya. Aku memejamkan mataku.

Aku sama sekali tidak merasakan sentuhan pada bibir ku, melainkan jidat ku. Kriss menarik tangannya dari tubuhku.

" Aku tidak ingin menyakitinya... " Ucap Kriss dengan nada yang pelan namun bisa kudengar.

Wajah Kriss seketika berubah. Pundaknya tampak menurun. Meski dia tidak mengatakannya dengan jelas aku tahu dia gelisah.

" Kriss ada apa?! " Tanyaku sambil menyentuh baju lengannya.

" Ah... Tidak. Bukan apa- apa kok. " Ucap Kriss. Lalu kembali tersenyum dan merangkul ku.

" Ayo ke kamar! " Ucap Kriss dengan suara tampak gembira.

" Jangan membuatku salah paham... " Ucapku.

" Hahaha... Aku sama sekali tidak bermaksud begitu. " Ucap Kriss.

Aku tersenyum kecil melihat tingkah Kriss.

.Chapter 44.

Pagi harinya aku bangun lebih pagi dari pada lainnya. Aku turun dari kasur lalu bergerak mendekati ranjang Tanjiro.

Tanjiro tampak masih sibuk dengan mimpinya. Ku rapihkan rambut Tanjiro dari wajahnya. Aku meraba dada Tanjiro yang bergerak naik turun.

Hingga akhirnya aku mengingat ke jadian kemarin. Aku bergerak mundur dari tempat Tanjiro ke tempat Kriss.

Ku tekan perut Kriss dengan kasar hingga dia langsung terbangun dengan nafas yang tidak beraturan.

" Ada apa sih?! " Ucap Kriss yang terdengar kesal.

Aku hanya menahan tawa lalu duduk di ujung ranjang Kriss. " Jangan berisik. " Bisikku.

Tapi peringatan ku terlambat. Tanjiro sudah terbangun dari mimpinya. Rambutnya kembali berantakan padahal tadi sudah ku rapih kan.

" Selamat pagi... " Ucap Tanjiro.

" Pagi... " Ucap Kriss.

" Jadi hari ini kau akan ikut latihan kan? " Tanya Tanjiro sambil turun dari ranjangnya.

" Entahlah. Kalau mengikuti jadwal, seharusnya hari ini kita sudah mulai. " Ucap Kriss.

" Kalau begitu baguslah... " Ucap Tanjiro sambil tersenyum.

" Bukankah kita harus membangunkan Zenitsu... Belum lagi kita harus membujuknya untuk ikut. " Tanyaku.

Tanjiro menghela nafas kasar. Lalu menatap ke arah Zenitsu. " Benar juga. " Ucap Tanjiro.

" Aku saja yang bangunkan dia. " Ucap Kriss.

" Baiklah... " Ucapku.

Aku sebenarnya ingin sekali mengganggu Zenitsu tidur. Tapi kalau ku ganggu aku yakin dia akan kege'eran.

***

Kami berjalan menuju tempat latihan. Tanjiro, Zenitsu, dan Inosuke berjalan di depan. Aku berjalan di belakang bersama Kriss.

" Kurasa dia melupakannya. " Bisikku.

" Apa yang dia lupakan? " Tanya Kriss sambil balik berbisik.

" Kejadian semalam... " Bisikku.

" Oh... Tapi bukankah itu bagus. " Balas Kriss sambil berbisik.

Aku hanya menatap Kriss memikirkan hal bagus seperti apa jika Tanjiro melupakan kejadian semalam.

Kriss balik menatapku. Lalu menundukkan tubuhnya, karena dia lebih tinggi dariku. Dan mendekatkan mulutnya kelar telinga ku.

" Dia merasa bersalah... " Bisik Kriss.

Aku berhenti melangkah. Membuat Kriss juga berhenti melangkah dan menatapku.

Aku menarik rambut Kriss sehingga Kepala nya mendekatiku. Dan telinganya tepat berada di depan mulutku.

" Kenapa dia merasa bersalah? " Bisikku.

Kriss terlihat menahan tawa. Aku pun juga menahan tawa. Mata kami saling menatap.

Kriss meletakan tangannya di pundak ku.

" Dia amat sangat menyukaimu... Sampai sampai merasa bersalah... " Ucap Kriss. Membuat aku tidak bisa menahan tawaku. Kriss juga tertawa.



Aku pulang!!!
Aku kok jadi kasian sama Kriss yak... Alasannya nanti kalian juga tau lah ya..

Ngomong ngomong kalau kalian gk ngerti di bagian akhir... Akan ku jelaskan secara singkat.

Jadi tawanya bukan tawa mengejek tapi tawa bahagia, karena si ternyata Tanjiro nya suka ama (Y/n). Meski cuma pemikiran mereka.

Ok lah ya... Gitu doang.

Maaf kalau udah nunggu lama.
Luv ya~





𝙏𝙖𝙣𝙟𝙞𝙧𝙤 𝙓 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙚𝙧𝙨 [√] I Have to Choose...Where stories live. Discover now