1

10.2K 617 14
                                    

Mungkin setiap orang pernah merasakan yang namanya bimbang karena cinta. Bahkan kebimbangan itu menimbulkan kebodohan yang menjadi hal yang paling konyol di dunia. Sampai akhirnya kebimbangan itu memberikan rasa yang sama sekali tidak kita harapkan.

Sama seperti Andrian Rama Putra. Mereka sering memanggilnya Ian. Siswa kelas 12 yang kini menjadi remaja paling disukai banyak teman-temannya. Tapi, menjadi Ian merupakan hal yang tak terpikirkan bagi orang-orang. Jika kamu jadi Ian, kamu harus merasakan yang namanya bimbang karena perasaan. Kamu juga harus merasakan keraguan karena masalah orientasi seksualmu. Selain itu juga kamu harus merasakan kebingungan karena menyukai temannya yang notabennya sahabatnya sendiri sejak masih kecil.

Selama 15 tahun Ian menjalani hidupnya seperti biasa. Bermain bersama sahabat terdekatnya. Tidak terlalu memikirkan yang namanya perasaan. Juga tak terlalu memikirkan yang namanya percintaan. Hidup sebagai Ian di usia 15 tahun adalah hal yang sangat diinginkan semua orang. Sampai sesaat di mana semuanya berubah begitu saja. Dia menjadi bimbang dengan perasaannya. Bingung dengan orientasi seksualnya. Selain itu juga ragu dengan semua hal yang terjadi dalam kehidupannya.

Triaga Retno Pratama. Ian sering memanggilnya Aga. Sehingga temannya yang lain juga memanggilnya dengan panggilan yang sama. Mereka menjadi sahabat sejak mereka masih berusia lima tahun. Rumah yang bersebelahan membuat mereka menjadi sangat dekat. Bahkan kedua orang tua mereka juga senang melihat kedekatan mereka.

Tak jauh dengan Ian, Aga juga merasa aneh dengan semua yang terjadi dalam kehidupannya. Awalnya semuanya terlihat baik-baik saja. Sampai akhirnya saat Ian berulang tahun di usia ke 16 tahun, di hari itulah semuanya berubah 180 derajat. Hanya karena mereka saling memberikan kehangatan pada sentuhan bibir yang tak sengaja mereka lakukan.

Malam itu adalah malam yang sangat indah. Di mana malam itu penuh dengan bintang. Sangat indah dan memberikan ketenangan. Ian dan Aga terbawa suasana dan mengikuti hasrat mereka. Sentuhan bibir yang mereka lakukan berlanjut sampai kasur Ian menjadi saksi utama.

Sejak saat itulah Ian dan Aga memilih untuk menjaga jarak. Menjauh adalah hal yang paling tepat untuk mereka saat ini. Jika dengan menjauh membuat mereka melupakan semuanya, maka, mereka sanggup melakukannya. Walaupun, hal itu yang sangat sulit mereka lakukan.

Tapi, dengan menjaga jarak, membuat mereka semakin dihantui dengan kejadian malam itu. Bukan karena mereka ingin membenci satu sama lain, tapi karena mereka hanya ingin semuanya berakhir. Tapi, jika bertemu hanya sekilas saja, mereka langsung terkurung dalam kejadian yang pernah terjadi. Hal itu cukup membuat Aga sedikit frustasi, tapi, dia berusaha sebisa mungkin untuk tetap bertahan sampai nanti masanya tiba.

Setiap kali mereka tak sengaja bertatap muka, sebisa mungkin mereka mengalihkan pandangan dan menjauh sejauh mungkin. Sampai saat ini mereka sudah duduk di kelas 12. Mereka sudah mulai terbiasa dengan jarak yang mereka lakukan. Banyak di antara teman-teman mereka yang bertanya akan hubungan mereka yang kini sudah renggang. Mereka hanya menjawab seadanya dan mengalihkan pembicaraan. Tak beda dengan temannya, kedua orang tua mereka pun menanyakan hal yang sama.

Mau sampai kapan mereka seperti ini pun mereka tak tahu. Kalau pun mereka harus menjaga jarak sampai tua, mereka akan mengusahakannya. Tapi jika mereka tak sanggup, biarlah waktu yang menjawabnya.

Yang membuat Ian sedikit sulit melakukannya adalah karena posisi kamar mereka. Jendela kamar Ian dan Aga saling berhadapan. Hal itu yang membuat mereka selalu tak sengaja saling bertatapan dan itu yang membuat Ian menjadi tak tahan.

Setiap hari, Ian selalu tak sengaja memergoki Aga dari kamarnya. Pria itu memang tak pernah menutup gorden kamarnya. Kecuali Ian benar-benar sudah tertidur. Dia pernah melihat Aga sedang mengganti pakaiannya. Selain itu juga, dia tak sengaja melihat Aga sedang memandangnya dari kamarnya. Sejak dulu Aga selalu melakukan itu. Dia akan rela duduk di depan jendela berjam-jam hanya untuk melihat Ian sedang apa.

Ian & Aga [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang