04

3.5K 550 59
                                    

Hari Sabtu.

“Ai, cek ke dokter yuk?” ajak Jisung.

“Tiba-tiba banget? Mana ada dokter?”

“Adaa, aku udah reservasi dari kemarin kok.”

“Brian anter mau?” tawar Brian.

Aileen menggeleng, “Kalian jaga rumah aja ya? Kalian mau pergi gak?”

Brian dan Bian menggeleng.

Jisung merangkul Aileen, “Kalian juga gak ngapel kan?”

“Mau ngapel, pah. Tapi pacarnya gak ada.” jawab Brian dengan muka menyedihkannya.

Aileen mengusap rambut Brian sambil sedikit jinjit. Perbedaan tinggi mereka cukup jauh. Aileen hanya sesiku Brian dan Bian. Ya, untungnya Brian dan Bian tinggi seperti Jisung.

“Ngapel sama mama aja kapan-kapan.”

“Dih apaan. Gak gak. Mama punya papa." Protes Jisung.

“Iyadah dunia milik kalian berdua.” cibir Brian.

“Jadi, aman ya dok?” tanya Jisung memastikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Jadi, aman ya dok?” tanya Jisung memastikan.

“Aman kok.”

“Haduhh saya jadi keinget, kalian waktu itu dateng ke saya malu-malu. Aileen waktu itu udah hamil besar. Padahal mah gapapa tau, wajar. Banyak yang kayak kalian juga. Eh tapi gak ada sih yang sehebat Aileen. Itu terlalu beresiko.”

“Iya dok, untung istri saya gila.”

Aileen menatap tajam Jisung, “Sembarangan kamu kalo ngomong.”

“Ahahahahhaha.. tapi bener loh, kalo kamu gak ambil keputusan yang gila, belum tentu keluarga kalian selengkap sekarang. Oh, gimana-gimana anak-anak kalian? Kapan-kapan bawa dong, saya mau lihat. Bayi kembar bersejarah tuh.”

“Siap dok. Nanti kapan-kapan diajak.”
















Setelah selesai, Aileen menunggu Jisung yang sedang mengurus pembayaran. Ia memainkan hp Jisung. Sesekali ia tertawa kecil melihat fotonya yang diambil Jisung diam-diam.

Tiba-tiba muncul notifikasi di hp Jisung.

Jana

| Pak, jangan lupa sarapan ya :)
| Bapak hari ini ke kantor kan?
| Nanti makan siang bareng ya pak.
| Saya tunggu pak kedatangannya di kantor. (≧▽≦)

Grepp..

Seseorang memeluk kepala Aileen yang sedang duduk. Orang itu tak lain adalah Jisung.

“Aku udh bayar, yuk!”

“Sung.. kamu mau ke kantor?”

“Iyaa, kenapa? Kamu mau ikut?”

Aileen menggelengkan kepalanya, “Sekretaris kamu gimana?”

“Oh.. sekertaris aku Jana namanya. Bagus sih kerjanya. Pakaiannya juga sopan kok. Anaknya baik.”

“Oh? Masih muda?”

“Iya, sepuluh tahun dibawah aku. Masih 25.”

Aileen mengangguk paham.

“Yuk pulang.”

Aileen, Brian dan Bian sedang duduk santai di sofa ruang tengah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aileen, Brian dan Bian sedang duduk santai di sofa ruang tengah. Brian dan Bian sedaritadi fokus bermain.

“AWAS GUA MAU LEWAT!”

“APASIH LO MAINNYA BEGITU”

“BODO! MINGGIR-MINGGIR, ORANG JAGO MAU LEWAT! CIUUUUNGGGG~~~

“ah tailah males main sama lo.” Bian melempar stik ps-nya.

Bian menyadari Aileen sedaritadi bengong. Entah apa yang dipikirkan mamanya itu. Bian duduk di samping Aileen dan merangkul mamanya.

“Mikirin apa mah?”

Aileen tersentak, “E-enggak..”

“Jangan bohong, Bian gak suka.”

Aileen terdiam sebentar. Bian ini kalau ngomong suka nyelekit memang.

Aileen menghela nafasnya, “Sekretaris papa..”

Brian kini ikut mendengarkan mamanya dengan baik.

“Kenapa sekretarisnya, mah? Sexy?”

Bian melempar bantal dan bantal tersebut tepat mendarat di muka Brian, “Otak lo!”

“Sante anjing!”

“Sekretaris papa tuh tadi ngechat papa. Chatnya kayak.. gak wajar gitu. Dia ngajakin papa makan siang bareng dong. Terus pake segala bilang, saya tunggu pak kedatangannya di kantor.”

Bian menghela nafasnya, “Yaudah biarin.”

Aileen menatap Bian bingung, “Kok biarin?”

“Emang papa mau sama dia?” balas Bian. Sedangkan Brian hanya mengangguk setuju.

“Masalahnya tadi papa tuh bilang! Si Jana Jana itu kerjanya bagus, anaknya baik juga, gak menutup kemungkinan kan kalo papa—”

“—papa apa? Selingkuh? Jan ngadi-ngadi deh, mah. Papa gak sebodoh itu.”

“Eh tapi kalo papa tertarik gimana woi?! Bahaya ini bahaya!  Siaga 2 kita!”

“Papa gak bakal berani begitu. Papa inget ada kita pawangnya mama, Bri. Pendek banget otak lo.”

“Sialan lo.”

YOUNG ENOUGHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang