°Love Destiny 41°

190 17 18
                                    

Love Destiny

•••

Nadin menginjakkan kakinya di toilet. Seharusnya gadis itu berada di kelas guna mengikuti pelajaran yang tengah berlangsung. Namun, dia justru memilih membolos dengan alasan tak enak badan. Padahal biasanya seorang Nadin paling semangat jika menetap di kelas karena di situlah sang mata bisa memandangi wajah Andra sampai puas.

Setelah mencuci tangan di wastafel, dia beralih pada cermin. Tampak tangan mengeluarkan liptin dari saku rok lantas mengoleskan di bibir yang kering. Gadis itu tersenyum lebar, mengamati wajah sendiri yang terlihat cantik di sana.

"Kalo dilihat-lihat gue emang cantik. Banget malah," ujarnya menyibakkan rambut diselingi senyum manis. "Kalo dibandingin sama Zifa, jelas dia kalah jauh! Burem kali, ya mata Andra bisa-bisanya milih dia. Untung gue sayang!"

Nadin tak henti-hentinya memuji kecantikan sendiri. Tiba-tiba, sudut bibir terangkat tinggi, menyambut ide berlian yang datang menyambangi sang otak. Jari lentiknya pun bergerak turun, memasukan kembali liptin tadi ke dalam saku rok abu-abu.

Dia baru menyadari kehadiran sosok lain kala kepalanya menoleh ke kanan. Siswa tak asing sedang berdiri tegap di depan bilik terakhir.

Seketika tubuh Nadin berbalik, menatap raga itu dengan sorot tajam. "Ngapain lo di sini? Mau macem-macem?"

Bukannya menjawab, orang itu justru meneliti keseluruhan penampilan Nadin. Alisnya bertaut, memasang ekspresi menilai. "Gue heran kenapa dulu dia mau diperintah sama cewek kaya lo," ujarnya disusul kekehan mengejek.

Kesepuluh jari Nadin mengepal. "Lo ngomong apa, sih? Ngelantur!"

"Gue bicara fakta. Gimana sama yang gue omongin kemarin? Salah atau bener?"

Ancaman, adik kelas di hadapannya ini benar-benar ancaman bagi ketenangan Nadin. Walaupun pengetahuannya cukup minim, tapi tetap saja jikalau dia buka mulut, maka angka kebencian Andra pasti akan bertambah.

"Apa mau lo?" Nadin bertanya sengak.

"Nggak ada."

"Gue tanya sekali lagi. Apa mau lo, hah?"

Siswa ber-name tag Malvin itu bersedekap dada. Memamerkan raut muka yang begitu menyebalkan. "Serius mau tau?"

Mulut Nadin berdecak tak suka. "Ya, udah terserah lo." Lalu melewatinya begitu sahaja.

"Gue mau lo jangan ganggu Zifa lagi," kata Malvin serius---berhasil menghentikan langkah Nadin. "Berhenti ngusik dia. Biarin dia bahagia dengan pilihan dan hidupnya sendiri."

Mendengar kalimat permintaan tersebut, dahi Nadin bergelombang, memikirkan segala kemungkinan yang ada. "Kalo gue nggak mau? Lo emang siapa sok ngatur gue?" tanyanya tanpa menatap wajah sang lawan bicara.

Senyum Malvin mengembang. Kakinya melangkah maju, berdiri tepat di hadapan kakak kelasnya itu. "Gue bakal bocorin kelakuan lo. Gue tahu hubungan lo sama Andra sekarang lagi bermasalah. Gue rasa lo yang lebih paham."

Gigi Nadin menggertak kesal.

Kenapa dia sangat memaksa?

Kira-kira, apa hubungan Malvin dengan lelaki itu?

"Lo pasti tau jawaban gue. Gue nggak akan pernah berhenti!" tukas Nadin telak.

Love Destiny : Sebatas Luka [Selesai]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant