Memulai

421 46 5
                                    

Unna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Unna
.
.
.
.
.
"Tenang Na... Ada aku. Sekarang dengarkan aku ya, minum air segera lalu atur nafasmu perlahan. Buat dirimu terasa nyaman lebih dulu"

Deru nafasku berangsur terartur setelah mengikuti perkataan Jaehyun. Aku bersandar pada dinginnya tembok kamar yang baru aku tempati setelah beberapa hari tidak pulang.

Menyamankan posisi agar rasa dingin tersebut perlahan meresap dalam tubuhku.

"Kau masih mendengarkan ku Na?"

"Ya..." Aku menggigit bibir kala kejadian barusan terlintas lagi dibenakku.

"Apa sekarang terasa lebih baik?"

Aku tidak menjawabnya. Aku membiarkan jeda diantara kami. Aku masih sibuk dengan pikiranku yang tertitanggal pada kejadian beberapa waktu lalu.

Mungkin karena aku terlalu sibuk menyibukan diri, aku terlalu sibuk bekerja dan aku merasa tertekan dengan pekerjaan kantor yang menumpuk. Sehingga aku mudah terluka dan tersinggung seperti ini.

Beberapa jam yang lalu aku tidak menyangka kalau kata-kata yang Jongin keluarkan akan membuatku berakhir seperti ini.

Berlari kencang tanpa memperdulikan jarak kantor tempatku bekerja dengan rumah yang cukup jauh.

Aku sungguh berlari, menenteng sepatu hak juga tas kerja yang biasa aku bawa. Hanya karena kalimat "Banyak yang lebih kehilangan darimu, tapi di tidak sepertimu yang berlebihan" Kalimat Jongin yang tidak akan pernah aku lupakan.

"Memangnya kenapa dengan aku yang begini? Apakah memilih sibuk bekerja membuatku terlihat tidak normal?" Aku bertanya dengan hati-hati.

"Kau tidak bisa membuat seseorang mengerti dirimu dengan baik. Sebelum orang itu mengalaminya sendiri. Mungkin tidak normal baginya, tapi untukmu biasa saja. Ini hanya masalah pandangan orang itu dan kau yang harus bisa mengendalikan diri"

Aku tidak menjawabnya. Aku memilih mendengarkan kalimat selanjutnya yang akan Jaehyun katakan padaku.

"Kau hanya salah orang. Jongin bukan orang yang tepat memahamimu"

Setelah mendengar kalimat itu darinya aku baru bisa bernafas lega. Segala pikiranku yang menyalahkan diri sendiri memudar.

Beberapa waktu belakangan komunikasiku dengan Jongin bisa dibilang semakin intens. Komunikasi lewat pesan, sering menelfon juga dan sering menemuiku saat istirhat jam makan siang.

Kalau penasaran dengan siapa pelaku yang menjadi perantara anatara aku dan Jongin. Jawabannya sudah jelas atasanku sendiri. Sehun.

Karena kedekatan itulah yang membuatku ingin jujur dengan apa yang aku alami. Apa yang aku jalani dan apa yang aku lakukan.

"Jangan menyalahkan diri sendiri. Tidak ada yang ingin sepertimu. Sekalipun ada orang yang berkata bahwa yang kau alami hanya masalah kecil, jangan pernah percaya. Perlu proses panjang untuk menerima. Dan kau masih dalam proses tersebut"

MENGENANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang