Chapter 3

1.4K 155 18
                                    

Aku sedikit lupa, tapi aku akan mengatakannya.

Hai, apa kabarmu, aku rindu



***

Zuyi memainkan kakinya bosan di ayunan TK. Ini sudah lewat dari jam pulang, tapi mamanya belum juga menjemputnya.

Anak itu mengerucutkan bibirnya kesal. Dia bosan dan juga lapar. Memang tadi ada beberapa anak yang menemani Zuyi, tapi mereka sudah pulang saat orang tuanya datang menjemput mereka.

Kemana mama nya, apa dia lupa ? Itu bisa saja kan. Mama nya sedang sibuk membuat baju-baju cantik akhir-akhir ini. Zuyi bahkan sering mendapati mamanya masih berada di ruang kerjanya jika dia terbangun malam.

" Zuyi, "

Sebuah suara datar terdengar di telinganya. Anak itu kemudian menolehkan kepalanya mencari asal suara.

Nampak di sana pria tinggi yang memakai sweater biru muda dengan celana putih sebagai bawahannya. Di dada kanannya terdapat pin berwarna putih berbentuk kelinci.

Lan Wangji, pria yang tadi memanggil Zuyi. Dia adalah guru di TK ini, wali kelas Zuyi lebih tepatnya. Lan Wangji dulu nya adalah wakil direktur di perusahaan kakaknya. Tapi setahun lalu, entah karena alasan apa Lan Wangji tiba-tiba ingin menjadi guru TK.

Pamannya sempat menentang keras. Pasalnya pria tua itu sangat mengetahui pribadi Lan Wangji yang tidak terlalu akrab pada anak-anak. Bukannya mengajar, Lan Wangji malah akan membuat anak-anak itu menangis nanti.

Namun putra kedua Lan itu tetap bersikeras. Dia bahkan meminta waktu percobaan dulu selama satu bulan. Kalau anak-anak itu menangis dan ketakutan, maka Lan Wangji tidak akan melanjutkan.

Meskipun enggan, akhirnya sang paman mengizinkan. Dia membawa Lan Wangji ke TK milik kenalannya di YunMeng. Lan Qiren agaknya tidak berharap Lan Wangji disukai oleh anak-anak. Tapi nyatanya, bukan hanya disukai, anak-anak itu malah sangat antusias menanyai ini itu pada Lan Wangji.

Dan selama satu tahun ini, pria itu sudah berhasil mendapatkan atensi buka hanya dari anak-anak, tapi juga para guru wanita dan juga ibu-ibu yang mengantar anaknya. Ayolah, dengan wajah tampan dan tubuh tinggi bak model ternama itu wajar saja kan ?

Lan Wangji kemudian berjalan menghampiri Zuyi. Dia tadi sedang mengambil berkas kantornya yang tertinggal. Dia memang sudah menjadi guru TK, tapi Lan Wangji juga masih sering membantu menangani dokumen kantor yang belum sempat di baca kakaknya.

Dan saat tadi akan pulang, Lan Wangji melihat sesosok anak yang amat dikenalnya tengah duduk di ayunan sambil memainkan kakinya bosan.

" Laoshi .. " Zuyi berucap sumringah seraya turun dari ayunan. Kaki kecilnya sedikit berlari menghampiri Lan Wangji yang juga tengah berjalan menghampirinya.

" Belum pulang ? " Lan Wangji berjongkok mensejajarkan dirinya dengan sang bocah. Ucapannya terdengar datar, namun nada dan sorot matanya memancarkan kelembutan yang kentara di manik emasnya.

Zuyi menggeleng sebelum menjawabnya.

" Mm. Mama belum datang, sepelti nya masih sibuk membuat baju-baju cantik sekalang. Laoshi tahu, aku seling melihat mama masih di luangan nya saat malam. Apa mama lupa padaku ? " Ucap Zuyi seraya menatap manik emas Lan Wangji.

" Tidak lupa. Mungkin telat saja. " balas Lan Wangji singkat, tangannya terulur untuk mengusak pelan kepala Zuyi

" Kau lapar ? " Lan Wangji bertanya saat mendengar suara perut Zuyi yang berbuyi. Bocah itu langsung memegangi perutnya seraya mengangguk malu.

" Mau ikut makan siang bersama ku ? " tanya Lan Wangji lagi. Sangat tumben pria datar itu mau berbasa-basi pada seseorang. Jika ayah dan kakaknya tahu hal ini, mereka pasti akan menangis bahagia di depan potret ibunya yang sudah tiada.

Our, It's about you and meWhere stories live. Discover now