Belajar bareng

8.8K 439 35
                                    









[1886 kata, Happy Reading!]









Dimasa pandemi seperti ini semuanya sekarang serba virtual, salah satunya sekolah. Namun, sistem virtual belajar yang diterapkan ini justru beberapa menyulitkan siswa. Terlalu banyak kendalanya, entah dari gadget, kuota, sinyal, atau yang sulit memahami setiap materi yang diberikan.

Maklum saja, namanya juga virtual. Pasti penjelasan materinya tidak serinci dari metode biasanya. Sulit juga untuk berkonsentrasi.

Nah, salah satunya Kim Taehyung.

Dia adalah siswa biasa yang bisa dibilang kurang mampu. Untuk membeli paket internet saja dia harus bekerja menjadi kuli panggul, untung saja dia punya ponsel hadiah ulangtahun dari almarhum ayahnya. Kalau tidak? Entahlah.

Taehyung diusia yang ke 17 tahun ini sudah menjadi tulang punggung keluarga. Sebab ayahnya telah meninggal satu tahun lalu, membuatnya mengharuskan bekerja membantu sang ibu. Apalagi dia mempunya dua adik yang masih kecil.

Maka dari itu hari ini, Kim Taehyung membuat janji untuk belajar di rumah kawan dekatnya; Park Jimin. Sebab paket internetnya sudah habis, lumayan bukan diberi tumpangan internet gratis? Ditambah di rumahnya bising dengan suara adik-adiknya. Dan yang lebih disyukurinya lagi, Jimin mengajaknya belajar di rumahnya saja untuk hari selanjutnya.

Dengan ransel usang dipundak, serta menenteng kantong plastik berisikan kue dari sang Ibu, Taehyung berhenti di depan pintu rumah mewah milik Jimin.

Sebelumnya dia tidak pernah main kerumah Jimin, karena dia selalu menolaknya. Entah, dia hanya merasa terlalu tak pantas berteman dengan Jimin yang kaya dan baik hati ini.

Tangan Taehyung dengan gemetar menekan bel pintu, hingga ditengah dering pintu terbuka menampik sosok wanita paruh baya. Dia lantas tersenyum, "Nak Taehyung ya? Mari masuk, Tuan Jimin sudah menunggu di dalam."

Lantas Taehyung mengangguk, setelah membalas senyum hangatnya. "Terimakasih."

Sesampainya didalam, Taehyung tak henti-hentinya mengagumi interior rumah ini yang sangat mewah dan luas. Luar biasa mengagumkan.

"Taehyung!"

Netra Taehyung otomatis bergulir kearah tangga dimana Jimin yang berlarian menghampirinya dari lantai atas.

"Jangan lari Jim, nanti jatuh." ucapnya memperingati.

Mata Jimin menyipit layaknya bulan sabit, antusias menyambut sahabatnya. "Gue gak nyangka lo beneran dateng. Yaudah yuk, langsung aja belajar ya."

Jimin mengajaknya menuju kamarnya yang luas. Taehyung bahkan sampai terpaku kagum. Mungkin luas kamarnya hampir sama dengan luas rumahnya.

"Ah iya."










Empat puluh lima menit sudah habis dipakai mereka untuk belajar. Keduanya kini sedang istirahat, tiduran dalam hening sambil menatap langit-langit kamar.

"Jim? Aku haus, boleh minta air gak?" tanya Taehyung, keningnya berkerut heran lantaran tak kunjung mendapat jawaban. Menghela nafas kasar saat melihat sahabatnya justru tertidur pulas disebelahnya.

Kebetulan teko yang dibawakan tadi sudah habis isinya, jadi Taehyung harus turun kelantai dasar menuju dapur. Dengan malas kakinya melangkah, wajahnya terus menerus menunjukkan rasa kagum akan isi rumah ini. Sangat megah, mewah, dan nyaman. Berbeda sekali dengan rumahnya.

Akhirnya dirinya menemukan dapur yang letaknya dibelakang dekat kolam renang. "Nyari dapur aja pusing banget ya." eluhnya.

Lantas membuka kulkas, dan entah yang keberapa kali dirinya dibuat takjub dengan rumah ini. Kulkasnya penuh dengan makanan dan minuman, pantas saja pipi Jimin tembam berisi.

Demente [vk] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang