23

11.8K 302 27
                                    

Tok! Tok! Tok!

Risa tersentak kaget kala mendengar gedoran keras di pintu kamar. Tak hanya dirinya, Rama dan Elisa yang tidur di sisinya pun ikut terbangun. Untungnya anak-anaknya itu tidak menangis. Reaksi yang aneh, namun sangat berguna saat keadaan seperti ini.

"Buk, Buk Risa,,, Buk Risa,,, Buka pintunya Buk Risa. Buk Risa hiks... "

Risa berjalan cepat membuka pintu tanpa memerdulikan penampilan amburadulnya.

"Ada apa? " Risa jadi ikutan cemas melihat raut cemas asisten rumah tangga Claudia yang tengah menggendong bayi Claudia.

"itu, anu Buk, dedek bayinya menangis. Sepertinya dia lapar, Bu. " Menyerahkan bayi Claudia pada Risa.

Risa menerima bayi Claudia dengan bingung. Hendak bertanya, namun suara tangis bayi Claudia yang keras membuatnya urung melakukan itu.

Risa membawa bayi Claudia ke kasur. Mulai menyusuinya. Untungnya asinya masih berproduksi, sebab usia Rama yang belum dua tahun. Walau Rama sudah MPASI.

Asisten rumah tangga Claudia berdiri di depan pintu dengan muka ragu. Ada yang ingin ia katakan, namun ragu, takut jika dirinya masuk malah dianggap tidak sopan.

"Kemarilah! " Risa yang menyadari ada yang aneh, memanggil asisten rumah tangga yang berusia akhir empatpupuhan itu. "Ada apa? Kemana Claudia? Kenapa bisa bayinya sampai menangis seperti ini? Apa dia masih tidur? "

Asisten rumah tangga itu tetap menangis. "Nyonya Claudia tidak ada Nyonya. Dia menghilang. Hiks... "

"Ha? Maksudnya? Bicara yang jelas! Bagaimana bisa dia hilang? "

"Aku juga tidak tau Nyonya. Saat mendengar bayi nyonya Claudia menangis aku membawanya ke kamar Nyonya Claudia. Tapi Nyonya Claudia tidak ada disana. Kamarnya kosong. "

"Apa... " Risa menatap tidak percaya asisten rumah tangga Claudia. Bagaimana bisa Claudia pergi dengan meninggalkan anaknya? Dan lagi kenapa Claudia pergi? Bukankah selama tidak ada masalah? "Kau sudah menyuruh orang mencarinya? Siapa tau Claudia hanya pergi jalan-jalan saja. Menghilangkan stres. "

"Aku akan menyuruh seseorang mencarinya. "

"Pergilah! Cari dengan benar. Aku yakin Claudia tidak pergi. " Risa menatap bayi Claudia yang amat rakus menyusu padanya. "Dia tidak mungkin meninggalkan anaknya? "

***

"Bagaimana? Sudah ketemu? "

Gelengan dari dua orang pria dewasa yang mendapatkan tugas mencari Claudia di sekitar komplek membuat Risa menghela nafas lelah. Sudah tiga jam berlalu dari waktu Claudia hilang, dan sampai sekarang belum juga bertemu.

Risa mengambil ponselnya. Menghubungi Elios. "Bagaimana, apa Claudia sudah ditemukan? " Risa memang menghubungi Elios tadi. Menyuruh Elios ikut serta mencari Claudia walau harus menjawab beberapa pertanyaan Elios yang terlihat enggan bergerak.

"Belum. Aku juga sudah menyuruh beberapa orang ikut mencarinya di seluruh kota. "

"Baiklah. Terus mencari! "

"Hm "

Risa mematikan sambungan teleponnya. Kembali ke kamar, tempat dimana ia meninggalkan anak-anaknya dan anak Claudia. Hati Risa tersentuh melihat anak-anaknya tengah mengajak anak Claudia bermain. Elisa tampak mengajak anak Claudia berbicara yang hanya di tanggapi dengan mulut terbuka tanpa suara.

Risa duduk di sisi bayi Claudia. Memerhatikan interaksi dua anaknya. Rama yang sudah bisa menelungkup ikut memperhatikan Kakak perempuannya.

Seketika Risa teringat. Sedari tadi mereka mencari namun belum ada mengecek kamar Claudia. Siapa tau ada petunjuk kemana perginya Claudia disana.

"Sayang, bolehkah Mama minta tolong? " Risa menatap Elisa.

"Boleh. " Elisa mengalihkan pandangannya dari bayi mungil Claudia ke Risa.

"Tolong jaga Rama dan adik bayi, ya? Mama mau ke luar sebentar. "

"Baik, Ma. Serahkan semuanya pada El. "

"Anak baik. " Risa mengecup puncak kepala Elisa, kemudian pergi.

Dengan langkah tergesa Risa masuk ke kamar Claudia. Tangan dan matanya sibuk bekerja mencari sesuatu yang bisa dijadikannya sebagai bukti.

Risa mengigit jari, tak menemukan apapun. Semua tampak normal seperti biasa. Saat akan menyerah mata Risa menangkap sebuah amplop di sisi bantal. Diatas amplop putih itu terdapat sebuah flasdisk. Risa mengambilnya. Duduk dengan nyaman di atas kasur dan mulai membuka amplop itu.

Teruntuk Risa Handoko

Aku minta maaf atas semua dosa yang kuperbuat baik sengaja atau tidak. Aku ingin menebus dosaku, dan inilah pilihanku.

Tolong jaga anakku. Buat dia tidak pernah merasa jika kamu bukan Ibu kandungnya.

From Claudia,
TTD

"Ini tidak mungkin. " Kertas itu jatuh. Risa meremas rambutnya gusar. "Bagaimana ini bisa terjadi? Tidak, tidak, tidak. Ini pasti tidak benar. "

Dengan tangan bergetar Risa mengambil ponselnya di dalam saku celananya. Menghubungi Elios.

"Ada apa? "

"Pulang! " Risa tidak bisa mencegah nada bicaranya yang terlampau cemas.

"Kau kenapa? Risa ada apa? Kau baik-baik saja, kan? Terjadi sesuatu disana? " Suara Elios terdengar khawatir.

"Pulang! Ku mohon pulang sekarang, Mas. Hiks... " Untuk pertama kalinya setelah pertengkaran mereka akhirnya Risa memanggil Elios dengan panggilan itu lagi. Dan Elios tau Risa sangat tidak baik sekarang.

"Aku pulang sekarang. Jangan panik! Ak-, jangan lakukan apapun. Aku segera sampai. "

Risa menangis. Hatinya berdenyut entah karena apa. Semua ini terlalu mengejutkannya. Menghapus air matanya Risa keluar kamar. Menghampiri anak-anaknya.

"Ma, liat adeknya ketawa Ma. Lucu banget. Liat deh! " Elisa berseru girang. Menatap antusias Risa, seakan meyakinkan jika ceritanya benar.

"Iya sayang. " Risa menatap sendu bayi Claudia.

Sayup-sayup terdengar suara Elios memanggil nama Risa. Risa mengalihkan pandangannya ke pintu. Disana Elios berdiri dengan dada naik turun.

"Risa. " Elios menghampiri Risa. Meneliti tubuh Risa, seakan Risa baru saja mengalami hal yang tak menyenangkan. "Kau baik-baik saja, kan? " Elios menangkup wajah Risa cemas. Matanya menatap tepat dimanik mata Risa.

Risa menundukkan kepalanya. Mengangguk pelan. Namun air mata itu kembali mengalir. Risa bahkan belum tau pasti kenapa dia menangis. Dia tak menyukai Claudia sampai harus bersedih karena kepergiannya, walau ia juga tidak membencinya.

"Ada apa sayang? Jangan membuat aku cemas. " Elios menempelkan keningnya di kening Risa. "Ku mohon berhenti nangis sayang. Itu menyiksaku. "

"Claudia, dia, hiks... "

"Kenapa? Dia sudah ketemu? "

Risa menggeleng.

"Lalu? "

"Dia... " Risa mendongak. Menatap tepat kemanik mata Elios dengan mata yang masih berair. "Dia pergi Mas. "

"Pergi? "

"Iya. Untuk selamanya. Meninggalkan anaknya. "

TBC





Hampir END ya guys...

My Fucking Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang