14

6K 725 28
                                    

"Lo mau beli apa? Biar gue bayarin." Jeno menawarkan pada Mark yang langsung dijawab gelengan. Selama ia masih memiliki uang sendiri, kenapa Jeno harus repot-repot membayarkan barang belanjaannya.

Semenjak tiba di Malioboro, Mark hanya duduk di kursi yang disediakan. Sama sekali tidak tertarik untuk membeli oleh-oleh, jangankan oleh-oleh membeli untuk dirinya sendiri saja ia begitu malas. Malas memilih.

Teringat Bomin, Mark langsung bertanya pada panitia toko aksesoris khas Yogya yang bagus di sini. Sayang seribu sayang, panitia tidak mengetahuinya. Berujung dengan Mark yang mencari tempat aksesoris bagus di Malioboro lewat aplikasi Google.

Tapi Jaehyun langsung merebut ponselnya. Jaehyun memang sedikit menyebalkan, tapi kemudian Jaehyun menarik tangan Mark. Menuju ke tempat aksesoris.

"Di sini murah-murah. Pilih aja, buat Bomin kan?"

Sejujurnya, mendengar kata Bomin saja kadar kecemburuan Jaehyun meningkat. Tapi ya mau bagaimana lagi, lagi pula seharusnya Jaehyun tak perlu cemburu lagi. Toh, kini mereka hanya sebatas teman.

Setelah memutuskan, Mark membeli beberapa gelang. Terbayang akan Bomin yang memakai blangkon, akhirnya Mark ikut membeli satu blangkon.

"Lo mau pake ini?" Jaehyun yang sedari tadi mengikuti Mark menunjuk blangkon itu yang tentu saja mendapat gelengan dari Mark sendiri.

"Buat Bomin lah. Siapa lagi kalau bukan dia."

Jaehyun mengangguk-anggukan kepalanya. "Mau anter gue gak?"

"Ke mana?"

"Ke KUA." (gajadi).

"Ke Gramedia," ujar Jaehyun.

Mark mengangguk saja. Menemani Jaehyun tidak begitu buruk, Jaehyun ini orangnya tidak mau berbasa-basi. Pasti tak butuh waktu lama untuk Jaehyun memilih bukunya.

Tiba di Gramedia yang dituju. Jaehyun bertanya soal buku yang ingin ia beli, sedangkan Mark duduk di kursi yang disediakan. Mark menatap sepasang sejoli yang tengah menebar keromantisan di tempat umum. Berbincang ditemani satu kap kopi dan teh.

Mark tersenyum kecil. Dulu sebelum berpisah, Mark dan Jaehyun sering menebar kemesraan juga. Sejujurnya ada banyak hal yang bisa membuat mereka kembali bersama. Alasan terbesar adalah perasan keduanya yang sama-sama masih mencintai. Mark pikir, berpisah akan lebih baik dari pada bersama.

Tidak ada lagi masalah berat yang akan menimpa Mark. Pemikiran yang mungkin di luar akal sehat Mark.

"Woy! Ayok pulang, jam setengah enam nih."

Mark mengangguk. Mengikuti Jaehyun, dengan keduanya yang sama-sama menjinjing kantong belanjaan.

"Aduh. Lo kalau berenti bilang-bilang, kejedot jidat gue nih."

Dikarenakan Mark yang melamun, jadi ia tentu tak sadar jika Jaehyun berhenti.

"Ya masa masih banyak mobil mau nyebrang gitu aja."

Lagi, Jaehyun menggenggam tangan Mark. Kini cukup erat.

P A C A R A N

Tepat saat Adzan berkumandang. Mereka tiba di hotel, sialnya ketiga lift penuh. Mengharuskan mereka menunggu sampai lift kosong.

Pintu lift terbuka. Mark dan Jaehyun serta beberapa orang lainnya memasuki lift. Buru-buru Mark tekan nomor 4. Mark yang menjaga tombol dan Jaehyun yang berdiri di sampingnya.

Pintu lift terbuka, beberapa orang ikut turun bersama Jaehyun dan Mark. Ponsel Mark berdering sedari ia berada di Malioboro tadi. Tapi ia abaikan.

pacaran [jaemark]✔️Where stories live. Discover now