Tujuh

6.4K 475 18
                                    

Ruangan bernuansa putih dengan properti mewah itu telah sepi setelah meeting selesai lima menit yang lalu. Para petinggi dari berbagai perusahaan juga sudah keluar meninggalkan ruangan untuk kembali menghirup udara segar setelah tadi sempat bersitegang. Tetapi tidak dengan Singto, pria tampan bertubuh sexy itu lebih memilih tetap tinggal diruang meeting , mendudukan dirinya di ujung sofa berwarna cokelat, mengamati Tay yang masih sibuk mempelajari berkas-berkas penting didepan matanya.

Singto tahu, Tay bukanlah orang yang mau mencampur adukkan masalah bisnis dengan masalah pribadi. Saat sedang dikantor dia akan bersikap profesional dengan dingin dan tidak mau berbaur dengan yang lainnya. Karena wataknya itulah orang-orang menjadi segan untuk mendekatinya.

Singto sebenarnya ragu untuk menanyakan perihal New kepada Tay. rasanya terlalu aneh untuk membahas masalah itu di kantor. Tetapi bagaimanapun istrinya –Krist yang cantik- telah berhasil membuatnya berjanji untuk melakukannya.

Singto berdehem, menarik perhatian Tay dari dokumen-dokumen yang masih di pelajarinya dengan serius.

"Tay, Aku dan Krist bertemu dengan kekasihmu semalam." Kepala Tay langsung terangkat, dia menatap Singto dengan waspada.

"Benarkah?" Nada suara Tay dibuat sesantai mungkin, tetapi ketegangan dalam suaranya tidak dapat menipu Singto.

'Ada yang sedang terjadi disini. Sepertinya Tay sedang berusaha menyembunyikan sesuatu.' Batin Singto.

"Semalam dia berkenalan dengan Krist dan berbicara panjang lebar dengannya," Singto berusaha memancing Tay dengan ucapannya, dan sepertinya itu berhasil karena sedetik kemudian Tay menatapnya dengan curiga.

"Apa dia mengatakan sesuatu pada istrimu?"

Singto menatap Tay lurus, "Dia meminta tolong pada Krist untuk diselamatkan, supaya dia bisa keluar dari rumahmu."

Raut wajah Tay menjadi dingin tanpa ekspersi, lalu dia segera berdiri. "Peringatkan istrimu agar tidak melakukan apapun. New adalah milikku, dan siapapun tidak akan pernah bisa melepaskanya dari rumahku kecuali dengan izin dariku." Tay menatap Singto, "Kau adalah salah satu dari sedikit orang yang sangat aku hormati, Sing. Sebagai sahabat sekaligus rekan kerja tentunya. Jadi aku tidak ingin hubungan kita rusak karena kau mencampuri urusanku. Maaf, aku harus permisi dulu karena masih harus bertemu seseorang setelah ini." Setelah mengangguk kaku, Tay melangkah pergi meninggalkan Singto sendiri di ruang meeting berukuran besar itu.

Singto duduk diam dan menyesap sisa kopi yang tadi dia letakkan diatas meja. Senyum muncul dibibir Singto saat menatap pintu dimana Tay menghilang dibaliknya. Tingkah Tay mengingatkannya pada dirinya dimasa lalu untuk mendapatkan Krist, istrinya. Mungkin Tay akan mengalami hal yang sama seperti dirinya nanti kalau dia tidak hati-hati pada New.

*****

Saat pintu kamar terbuka dari luar, New tidak menyangka kalau Tay lah yang masuk, karena lelaki itu telah mengabaikannya akhir-akhir ini. New bahkan hampir tidak pernah melihat Tay kecuali saat Tay memasuki mobilnya dihalaman rumah yang dapat terlihat dari jendela kamar New.

Dan seperti biasanya, Tay tampak marah. New mengerutkan alisnya , berfikir kenapa lelaki itu tidak pernah sedikitpun tampak ceria dan tersenyum. Kalaupun tersenyum, senyumnya hanya senyuman jahat dan sinis. Apakah lelaki itu tidak pernah merasakan bahagia sedikitpun didalam hatinya? New terus bertanya-tanya didalam hatinya.

Tanpa basa basi, Tay melempar jas yang dia kenakan ke kursi, melonggarkan dasinya, lalu menatap New tajam.

"Apa yang kau katakan pada Krist Perawat?"

New tersentak kaget. Krist mungkin telah menyampaikan permintaan tolongnya kepada Singto, dan Singto mengatakanannya pada Tay. Seketika rasa takut menyelimuti pikiran New. Dia langsung menggelengkan kepalanya mencoba mengumpulkan keberaniannya.

The Revenge (TAYNEW VER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang