02

10.2K 1K 407
                                    

Mengambil napas—lalu menghembuskannya perlahan. Manik biru laut milik sang setter Fukurodani itu menatapi mata kakak kelasnya dengan tenang. Wajahnya masih terlihat kalem, tenang, cenderung ke arah dingin; khas seorang Akaashi sekali.

Namun, bohong kalau jantungnya tenang karena pertanyaan dari si kakak kelas barusan. Jantungnya ramai sekali, seperti festival malam dengan ribuan orang berlalu-lalang di dalamnya. Akaashi berusaha untuk tenang menghadapi ini.

"Bokuto-san," Akaashi berkata dengan nada yang meluruskan, "Kita tidak akan melakukannya, oke?"

"Kenapa tidak boleh~?" Si burung hantu itu merengek dengan nada mendayunya. Parah sekali.

Akaashi pusing—dia harus menjawab apa? Ayolah, lagipula Bokuto-san tidak serius mengajaknya melakukan 'yang seperti itu' karena rasa penasarannya saja, bukan? Tidak etis sekali.

"Kita akan berlatih tanding lagi besok, Bokuto-san. Sebaiknya kita kembali dan beristirahat sekarang," Akaashi mencari alasan yang masuk akal dan berbalik. Sebenarnya, dia juga sudah mengantuk malam ini.

"Ayolah, Kaashiii!!! Kau tidak asyik sekali!!!" Bokuto menggerutu kesal. Suaranya menggema di sepanjang lorong.

"Maaf jika aku menjadi tidak menyenangkan, Bokuto-san," Akaashi melipat tangannya.

"Ayolahhh!"

"Baiklah, ayo," Akaashi mendengus panjang, mencoba untuk melawan, "—tetapi, aku yang ada di posisi Kuroo-san, ya? Bokuto-san mengambil peran Kozume."

"Ugh," Bokuto ngeri membayangkan ia berada di posisi submisif. Dia ingin jadi dominan! Yang keren! Bokuto langsung menggeleng cepat, "Tidak mau! Sebagai Ace, aku akan mengambil posisi Kuroo!"

"... Kalau begitu, lupakan saja," Akaashi memutar langkah dan menjauh.

Melihat si adik kelas berambut temaram itu pergi meninggalkannya, Bokuto mendengus panjang dan mengambil posisi pundungnya. Menggerutu sembari memeluk kakinya erat-erat.

Akaashi berbalik, melihat si bayi itu benar-benar tak mau beranjak dari sana. Ah, iya...

Kelemahan Bokuto-san nomor sekian. Jika kau tidak memperhatikannya, maka ia akan berbuat apapun sampai kau mendengarkannya. Kalau tidak, jangan harap moodnya akan bagus sampai keesokan harinya.

Suara itu seperti menggema di dalam kepala Akaashi, menggambarkan apa yang pernah di tulis di dalam buku 'KELEMAHAN BOKUTO-SAN' miliknya. Yabai, yabai.

Akaashi tidak bisa membiarkan lelaki ini badmood sampai besok. Ia harus menanggapi si kakak kelas. Akaashi menghela napas dan melangkah mendekat ke arah Bokuto yang masih cemberut.

"Kita... tidak bisa melakukannya tanpa pengaman, Bokuto-san," Akaashi berucap dengan suara kecilnya, pipinya merona samar.

"Pengaman seperti... kondom dan lube?"

Astaga, diperjelas. Akaashi ingin menangis saja. Namun, masih berusaha kalem jadi ia mengangguk, "Iya."

"Siapa yang akan bawa begituan saat camp?" Bokuto mengerucutkan bibirnya. Lalu, menepuk tangannya, "Oh! Kuroo—"

"Kita tidak akan meminjam milik Kuroo-san," Akaashi berucap penuh penekanan, mengambil final. Jangan sampai Bokuto-san meminjamkannya kepada si kapten Nekoma itu. Dimana ia menaruh muka jika orang lain tahu?

"Sudahlah, Bokuto-san. Kita tidak bisa melakukannya sekarang," Akaashi berucap perlahan, berusaha membujuk kakak kelasnya ini untuk mengurungkan niatnya. Semoga saja berhasil dan mereka bisa kembali dengan tenang.

[✔] The Dummy Owl《BokuAka Fanfiction》Where stories live. Discover now