10

5.1K 1.1K 51
                                        

-Rinai bisa si baca lengkap lengkap di KBM APP.

-Rinai bisa di baca lengkap di Karyakarsa Aqiladyna

-Rinai bisa di baca lengkap di Karyakarsa Aqiladyna

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





***

"Sepertinya kamu harus menjauhi lelaki itu Rinai." Kata Latasya menghisap sedotan di dalam minumannya. Rinai tercenung menatap bakso di hadapannya tanpa berselera lagi menyantapnya.

Kelas kuliahnya sudah berakhir 1 jam lalu, kini Rinai dan Latasya duduk di kantin menyantap makan siang tanpa salah satu sahabatnya Elvina yang harus pulang lebih dulu.

Rinai memang menceritakan mimpi buruknya tadi malam pada Latasya. Sungguh mimpi itu sangat buruk sekali sampai Rinai tidak mampu tidur lagi dan terjaga hingga pagi.

Latasya mendelik pada wajah datar Rinai, salah satu tangannya terulur menyentuh tangan Rinai dan menggenggamnya.

"Kamu melamun?" Tanya Latasya menyentakan Rinai, senyum kecut Rinai nampak di sudut bibirnya.

"Tidak."

"Lantas?" Latasya menghela nafasnya. Sebagai sahabat ia tidak pernah mau ikut campur dengan kehidupan pribadi Rinai. Sepenuhnya ia menyerahkan keputusan pada Rinai.

Hujan Edzard Elvano memang bukan lelaki sembarangan. Putra pemilik universitas ternama yang telah menyatakan cintanya pada Rinai. Meski di tolak Hujan tidak menabur peperangan pada Rinai seperti nasib para mahasiswa lainya yang bersenggolan dan di anggap membuat masalah pasti di depak dari unversitas ini. Namun Hujan memperlakukan Rinai berbeda. Bahkan lelaki itu menawarkan pertemanan. Rinai pernah menceritakannya pada Latasya. Tidak ingin mencari masalah Latasya dan Elvina meminta Rinai menerima saja pertemanan dari Hujan, selama lelaki itu tidak memiliki tujuan tertentu yang bisa merusak Rinai.

Tapi pikiran baik tentang Hujan mulai memudar saat Rinai berkeluh kesah tentang mimpinya. Bisa saja mimpi buruk itu suatu pertanda memang ada yang tidak beres dari Hujan.

Latasya hanya kasihan dengan Rinai karena Rinai tidak punya siapapun di kota ini. Paman dan bibinya berada di desa, itu pun keadaan hidup yang sangat pas pasan. Beasiswa berpretasilah mengantar Rinai ke kota untuk berkuliah meraih cita-citanya. Rinai masih beruntung di kota ia mendapatkan pekerjaan paruh waktu dan cinta dari lelaki pemilik cafe. Mereka akan segera menikah, Latasya berharap mimpi indah Rinai tidak ada siapapun merusaknya.

Ponsel Latasya bergetar, ia merogoh tasnya membaca pesan masuk di whatsappnya.

"Aku harus pulang Rinai. Tidak apa kan aku duluan." Kata Latasya menatap Rinai yang mengangguk.

"Sebentar lagi juga aku akan pulang. Aku habiskan baksoku dulu." Kata Rinai.

Latasya menggeser kursi meraih tasnya mendekati Rinai dan mencium pipi gadis itu. Latasya berlalu meninggalkan kantin, tinggal Rinai yang masih duduk mengaduk-aduk bakso yang hanya sedikit di santapnya. Tatapan Rinai beralih pada kantong berisi baju milik Hujan di samping tempat duduknya. Baju itu kemarin malam ia sudah cucikan dan keringkan. Rencananya Rinai akan kembalikan pada Hujan, tapi hari ini ia tidak bertemu Hujan.

Rinai (Long Story)Where stories live. Discover now