🌸14

315 62 15
                                    

"Kau tidur di kamarku saja, aku akan tidur di sofa," ucap Namjoon sambil mencari bantal dan selimut di lemarinya.

"Apa kau yakin? Sofa itu tampaknya keras..."

"Apa kau mau kita tidur bersama??"

"Hyaaak!! Aniya..."

Namjoon hanya terkekeh pelan dan segera membaringkan badannya di sofa.

"Kasurmu kecil sekali,, tidak empuk dan bau." rancau Dahyun

"Ckk, kau ini... Siapa suruh tidak tinggal di rumahmu ?? Padahal rumahmu ada di depan,"

"Aku tidak mau kesana. Lagian tadi sudah aku katakan aku akan menginap di hotel saja. Tapi kau tidak memperbolehkanku," balas Dahyun bangun dan memandang telapak kaki Namjoon yang menutupi wajahnya.

"Tidak boleh... Kau pasti akan pergi lagi nanti!"

Dahyun melipat kedua tangannya, "Yaa~ apa kau benar-benar sangat merindukanku??"

"Tidak tahu... "

"Apa hanya aku yang menunggunya selama ini? Kenapa dia seakan biasa saja" gerutu Namjoon pelan memperbaiki posisinya.

Dahyun kembali berbaring memandangi langit-langit.

Sejenak suasana sepi dari keduanya.




"Apa kau sudah tidur Namjoon-ssi? Ani.. kau tidak mau dipanggil seperti itu ya," Dahyun tersenyum kecil mengingat masa itu.

"Terkadang aku juga memikirkanmu.. apa kau akan marah dan membenciku atau bahkan melupakanku,"

"Aku hanya ingin melupakan semuanya... Aku takut, aku benar-benar takut. Aku takut menghadapi diriku sendiri, aku takut padanya... Sementara aku sudah tidak punya siapa siapa,"

"Apa sekarang aku disini karena aku sudah berani? Entahlah, aku tidak yakin..."

Dahyun membalikkan tubuhnya menjadi posisi tengkurap-- menempelkan wajahnya pada bantal.

Bahunya naik turun dengan irama teratur menandakan keadaan Dahyun yang tidak sedang menangis dalam diam.

Namjoon tentu masih mendengar semuanya. Dia duduk terdiam di atas sofa. Dia tahu, Dahyun pergi bukan tanpa alasan.

Namjoon sudah berjanji jika dia bertemu Dahyun suatu saat, dia akan meyakinkannya bahwa dirinya sanggup menggambil bagian dari keluhnya.

Namjoon berdiri dan duduk di kasurnya. Dia menyentuh pundak Dahyun, dan menariknya pelan.

Bagai magnet, Dahyun bangun dan langsung mengaitkan kedua lengannya pada leher Namjoon mencari kehangatan.

Namjoon hanya mengelus-elus pelan rambutnya.

"Na museowo..." Sesenggukan Dahyun.

"Aku... Takut... Tak bolehkah aku hidup damai? Apa kedamaian itu terlalu mahal untuk hidupku?"

Namjoon hanya diam membiarkan Dahyun berbicara sepuasnya.

Setelah sudah merasa lebih baik, Dahyun melepaskan pelukannya dan duduk saling berhadapan.

Wajah Namjoon memancarkan ketenangan bersamaan tangan kekarnya menyentuh wajah Dahyun menyingkirkan air asin yang sedari tadi keluar dari mata yang sudah sembab itu.

"Dahyun-ah lihatlah ototku..."

Dahyun yang masih binggung hanya menyerngit.

"Besar bukan? Kau bisa bersembunyi di baliknya kalau kau takut. Dan aku ini juga berani, aku tidak takut apapun. Jadi... Kau tak perlu takut. Kau bisa mengandalkan ku,"

Fight Fat to Crush Love [Hiatus]Where stories live. Discover now