17장 an Honesty

79 7 0
                                    

❄❄❄ HAPPY READING ❄❄❄

.

.

Before ...

Anthy hanya diam menatap dada bidang di depannya ini lalu melingkarkan tangannya ke pinggang Seokjin. Baik Anthy maupun Seokjin hanya diam menikmati pelukan juga hembusan angin malam.

Tuhan ... mungkin suatu hari nanti jika dia memang bukan terlahir untukku. Dan kau akan mengambilnya dariku lalu kau memberikannya untuk yang lain, tapi jika itu memang benar terjadi, biarkanlah aku bersama rasa ini untuk sesaat! 'batin Anthy semakin mengeratkan pelukannya saat merasakan hawa dingin menusuk kakinya yang terkena air laut.

Seokjin tersenyum saat melihat bintang jatuh di langit, merasakan bahwa yang diatas sana mengizinkannya meminta sesuatu saat itu juga.

Aku ingin bersama dengan gadis ini sekarang, besok ataupun nanti dan selamanya ...' gumamnya pelan dalam hati semakin memeluk erat tubuh Anthy.

.

.

_____________

.

.

Anthy keluar dari mobil Seokjin begitu juga dengan si pemiliknya.

"Besok kau berangkat?" tanya Anthy mengingat tentang kepergian Seokjin esok hari.

"Mungkin iya," jawab Seokjin tak yakin.

"Jadwal bisa berubah kapan saja, tergantung perusahaan," lanjutnya mengingat pesan teks yang dikirim oleh Namjoon tadi siang.

Anthy mengangguk, " Jangan lupa memberiku kabari jika kau akan berangkat!" ucapnya mengingatkan pada Seokjin

Seokjin mengangguk, "Pasti aku akan memberimu kabar keberangkatanku!" jawabnya lalu merentangkan tangannya.

"Kau tidak ingin memelukku?" tanyanya dengan wajah imut.

"Kau ingin dipeluk? Seperti anak kecil saja!" ucap Anthy menggoda tapi tetap memeluk lelaki yang tiba-tiba sudah berubah status menjadi kekasihnya ini.

"Aku kan memang anak kecil!" jawabnya menatap Anthy.

"Begitukah?" tanya Anthy balas menatap Seokjin.

Semakin dalam menatap saat Seokjin makin mendekatkan wajahnya dan hampir menyentuh bibirnya saat sebelum suara dari atas membuat mereka terkejut lalu melepaskan pelukan.

(Dalam bahasa Indonesia "Aaaa ... dedek masih polos teh, jangan di nodai dulu!" teriakan dari atas di sertai tawa.")

Anthy menepuk jidatnya pelan benar-benar malu saat di pergoki Ay saat akan melakukan adegan 18+, kenapa juga anak itu bersantai di lantai dua malam-malam begini?

"Dia bilang apa?" tanya Seokjin ikut mendongak ke atas menatap Ay yang sedang tertawa setelah mengatakan sesuatu yang tidak dimengerti olehnya.

"Tidak ada, dia memang kadang-kadang suka seperti begitu," jawab Anthy menoleh pada Seokjin.

"Sepertinya aku harus mulai belajar bahasa Indonesia," ucapnya menatap Anthy.

"Kau mau mengajariku, Anthy-ya?" tanyanya.

"Hmm ... boleh tapi sekarang pulanglah Jin, ini sudah malam!" lanjutnya melihat langit yang semakin gelap.

Seokjin mengangguk, "Selamat malam!" ucapnya sambil mengacak-acak puncuk kepala Anthy.

"Selamat malam juga, Seokjin!" jawab Anthy dengan senyum.

Seokjin tersenyum lalu masuk ke dalam mobil kemudian membunyikan klakson setelah itu melaju pergi saat Anthy melambaikan tangan.

Anthy menutup pintu dan segera melepas sepatunya lalu melangkah menuju kamar mandi dekat dapur untuk membersihkan lakinya dari pasir laut yang menempel.

"Ecieeee ... makin soosweeet aja niyeee ...," goda Ay dari dapur.

"Apaan sih Ay!" jawab Anthy malu langsung masuk ke dalam kamar mandi, menyembunyikan wajah semerah tomat miliknya.

Anthy keluar dari kamar mandi saat sudah bersih dan memakai pakaian tidur lalu melangkah menuju Ay yang sedang bersantai ria di sofa dengan setoples nastar.

"Kau membuatnya lagi Ay?" tanya Anthy mengingat stok nastar mereka kan sudah habis kemarin.

"Di kirimi dari Indonesia sama Ririn," jawab Ay tanpa menoleh dan masih mengunyah nastar nanasnya.

"Kapan kau memesannya?" tanya Anthy melahap setengah nastar miliknya.

"Minggu lalu mbak!" jawab Ay masih fokus pada laptop, mengerjakan laporan.

Anthy mengernyit, "Kau sudah antisipasi nastarnya mau dihabiskan Jungsung atau bagaimana?" tanyanya mengingat nastarnya baru habis kemarin.

Ay mengangguk menutup laptopnya lalu duduk bersandar menghadap Anthy.

"Jungsung bilang mau main kan dari minggu lalu, mbak," jawab Ay.

"Dan aku paling hapal sama anak itu," lanjutnya.

Anthy mengangguk, apa yang di bilang Ay tidaklah salah sebab Jungsung memang hobi menghabiskan cemilan dirumah mereka saat berkunjung. Rumah Jungsung tidaklah jauh dari tempat mereka, hanya berbelok sedikit saja 50 meter dari sini.

"Mbak, sudah takenya?" tanya Ay mengingat adegan 18+ yang hampir dilihatnya tadi.

Anthy mengangguk tak ingin menutupi hal itu dari Ay.

"Ay, kau itu jangan kebiasaan asal teriak begitu ih!" ucap Anthy kesal mengingat adegan romantisnya terhenti karena teriakan dari Ay.

"Yah habis mbak melakukan adegan 18+nya di depan dedek!" jawab Ay mendramatis.

"Dedek itu gak kuat mbak kalau di giniin," lanjutnya menunjukan wajah memelas.

"Heleh sudah tua juga!" jawab Anthy menoyor kepala Ay.

"Biasanya juga kau yang begitu!" lanjut Anthy segera beranjak menuju kamar sebelum Ay mengamuk.

"Woi ... mbak sembarangan!" jawab Ay melempar bantal sofa menuju Anthy dan tepat mengenai sasaran.

"Jangan nistain begitu ih!" lanjutnya lalu beranjak menuju kamar.

"Aaaayy, sakit ih!" ucap Anthy mengelus pinggangnya didepan pintu kamar.

"Sorry mbak sengaja!" jawab Ay tertawa.

"Sudah tidur sana mbak!" lanjutnya lalu melambai dan hilang masuk ke dalam kamar.

Anthy menggeleng lalu memungut bantal dibawahnya dan melemparkannya kembali ke sofa lalu masuk ke dalam kamar.

Anthy melepaskan alas kakinya langsung beranjak ke atas kasur. Baru akan menarik selimut saat ponselnya berbunyi tanda panggilan masuk dan terpaksa membuatnya kembali turun.

"Halo?" sapanya saat panggilan sudah di angka tolehnya.

.

.

☁☁☁☁☁☁☁



Open order, caranya gampang banget

* kunjungi instagram Pame Publishing.
* bisa langsung hubungi 0822-4373-8932

'DIA LANGIT' { Terbit Novel } √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang