Prolog

470 116 97
                                    

Di sebuah jalan yang sepi dan gelap terlihat seorang laki-laki tengah mengamati perempuan yang berjalan dengan raut kesal.

Pandangannya tak beralih sedikit pun. Sedikit demi sedikit laki-laki tersebut berjalan mengikuti arah jalan perempuan yang sejak tadi menarik perhatiannya. Perempuan itu tidak sadar bahwa di belakangnya ada seseorang yang mengikutinya tanpa mengalihkan tatapan barang sedetik pun.

Saat sudah merasa di waktu yang tepat laki-laki tersebut mempercepat langkahnya dan langsung mendatangi perempuan tersebut.

"Hai."

Terpana oleh wajah tampan pria di hadapannya kini, perempuan tersebut tersenyum. "Hai."

"Kamu sendirian?"

"Iya," jawab perempuan itu dengan tetap terpana oleh paras ketampanan lelaki yang ada di depannya.

"Mau ku temani?" tawar pria tersebut.

"Ke mana?" tanyanya balik, merasa sedikit heran.

Wajar saja pikirnya. Mengingat hari sudah larut malam, tetapi pria yang baru ia kenal hanya dalam hitungan menit, malah mengajaknya jalan-jalan.

"Ke tempat yang indah tapi juga bisa tempat yang sangat menakutkan."

"Ke mana sih? Awas saja kalau sampai macam-macam!" ancam perempuan tersebut.

Laki-laki itu langsung menggenggam tangan wanita di hadapannya dengan erat dan membawanya ke suatu tempat yang ia maksudkan.

Di sana, perempuan tersebut mulai curiga melihat tingkah laki-laki tadi yang semakin aneh. Lelaki itu berjalan mendekati si perempuan, semakin dekat ... dan ....

bruk

Perempuan itu terjatuh seketika dengan darah yang mengalir dari lehernya.

****
Menyesap sedikit teh hangatnya, laki-laki itu dengan santai duduk bersandar di sofa putih apartemennya. Matanya menatap lurus benda kotak yang menampilkan acara berita.

"Berita terbaru hari ini, ditemukan mayat perempuan dengan keadaan mengenaskan di Jl. Maju. Untuk waktu kematian belum dapat diidentifikasi karena tubuh korban yang telah dimutilasi terlebih dahulu oleh pelaku. Polisi kini tengah menyelidiki siapa pembunuh kejam di balik semua ini. Terhitung telah ada 7 korban secara acak yang diduga oleh pelaku yang sama dikarenakan cara pembunuhan yang persis."

Laki-laki itu menarik ujung bibirnya sedikit, tampak ia sedang berpikir. "Mungkin aku harus istirahat dulu sebelum korban selanjutnya."

MourirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang