Permulaan (Bag.2)

4.3K 549 7
                                    

Beberapa potong kue dihidangkan di atas meja. Ada teh hangat dan kopi panas yang disuguhkan.

"Maaf, Nyonya Choi. Kekasihku tidak terlalu suka dengan makanan manis." ujar Jimin pelan. Dia melirik ke Yoongi yang mengisyaratkan 'tidak apa' kepadanya.

"Oh, benarkah? Apa ingin kuberikan makanan selain manis?" tanya Nyonya Choi.

"Tidak perlu, Nyonya. Akan lebih sopan jika aku menerimanya tanpa protes." jawab Yoongi sembari mencuri pelan pinggang Jimin yang membuat Jimin langsung terdiam.

"Baiklah." Nyonya Choi mulai duduk di kursi seberang mereka dengan pelan. "Apa yang ingin kalian tanyakan?"

"Tentang anak asuh Anda, Jeon Jungkook." Jimin mengeluarkan selembar foto yang dia potret diam-diam. Dia menunjukkannya ke Nyonya Choi yang langsung disambut Nyonya Choi dengan mata berbinar.

"Apakah dia masih bekerja di galeri seni?" tanya Nyonya Choi.

"Sudah berhenti. Beberapa minggu yang lalu." jawab Yoongi. "Fisiknya tidak bisa dipaksakan terus-menerus untuk bekerja."

"Lalu dengan kakak angkatnya?" tanya Nyonya Choi lagi.

"Kakak angkat?" Yoongi mengernyitkan keningnya bingung. "Jeon Seokjin maksud Anda?"

Nyonya Choi mengangguk. "Tentu. Siapa lagi satu-satunya keluarga yang mau menampung dirinya? Jeon Jungkook adalah anak kecil berusia sembilan tahun yang dititipkan oleh pihak rumah sakit setelah terjadi kebakaran hebat melanda apartemen rumahnya. Kabarnya, Jeon Jungkook adalah anak dari orangtua yang kaya raya. Namun tidak ada yang tahu dimana kekayaan yang seharusnya jatuh di tangan Jungkook setelah orangtua Jungkook meninggal dunia." Nyonya Choi mulai bercerita. Yoongi dan Jimin mendengarkan secara seksama. "Jungkook hidup dalam lingkup panti asuhan yang cukup keras baginya. Dia tidak mendapatkan teman setelah dia membeberkan bahwa dia adalah seorang Omega pria. Kalian pasti tahu seberapa rendahnya kaum pria yang berstatus sebagai Omega."

"Dari situlah, Jungkook mulai menyendiri, menjauhkan dirinya dari lingkungan sosial. Hingga saat dirinya masuk ke sekolah menengah pertama, saat itulah aku bisa tahu bahwa ada satu Alpha yang mau berteman dengannya."

"Jikalau boleh tahu, siapa?" tanya Jimin menyela.

"Kim Yugyeom, seingatku." Nyonya Choi menjawab. "Yugyeom satu-satunya teman yang melindungi Jungkook. Pernah suatu ketika ada tragedi dimana Jungkook hampir menceritakannya padaku..." Nyonya Choi mengatupkan bibirnya, dia seperti enggan melanjutkan ucapannya.

"Hampir apa, Nyonya?" tanya Yoongi tidak sabaran.

Nyonya Choi bergerak gelisah. "Ada sesuatu, sebuah rahasia yang disimpan baik-baik oleh Jungkook dan Yugyeom. Kala itu hujan deras, pulang sekolah. Yugyeom mengantar Jungkook dengan kondisi babak belur. Aku pikir Jungkook terlibat perkelahian, atau lebih parah pembulian. Hanya saja, itu semua diluar opiniku."

Yoongi dan Jimin saling memandang. "Jika begitu katakan. Sebagai ibu angkat, Anda pasti tahu sesuatu apa itu yang terjadi."

Nyonya Choi menghela napasnya. "Namun sebelum itu, aku harus memastikan siapa kalian berdua."

Jimin tersenyum. "Kami adalah saudara Seokjin, Nyonya. Maka dari itu kami termasuk keluarga Jungkook. Jika Anda tidak mempercayainya, Anda bisa langsung menanyakan kepada Seokjin." Jimin menjelaskan panjang lebar.

"Ah, begitu..." Nyonya Choi mengangguk-angguk. "Tapi berjanjilah padaku untuk tidak pernah membeberkan rahasia ini kepada Jungkook. Dia pasti akan terpukul."

"Tentu, Nyonya. Kami akan sangat menghargainya." Yoongi membalas.

"Pelecehan." Nyonya Choi menyahut. "Jungkook pernah mengalami pelecehan di sekolah. Oleh oknum guru yang tidak bertanggung jawab dan menyembunyikannya."

Mata Yoongi dan Jimin membelalak. Jungkook pernah mengalami pelecehan?

"Aku tidak percaya..." lirih Yoongi pelan.

Nyonya Choi mengangguk. "Sama sepertimu, aku juga tidak percaya. Dua kali dia mengalami pelecehan yang bentuknya secara langsung bertatap muka. Tidak ada yang tahu secara detailnya. Hanya Yugyeom dan Jungkook yang tahu karena Yugyeom termasuk si Penyelamat ketika Jungkook mengalami pelecehan itu."

Yoongi dan Jimin terdiam. Itu adalah kenangan terburuk yang ada. Tidak pernah disangka sebelumnya.

"Itu adalah masa lalu kelam yang Jungkook simpan rapat-rapat. Dia tak pernah mau bercerita kepada siapapun. Maka dari itu, pemuda kecil ini menyimpan rahasianya sendiri. Karena aku mengerti, tidak ada seorangpun yang akan mencintainya dengan tulus."

"Jungkook hanya butuh belajar beradaptasi. Kami akan membantunya." Yoongi tersenyum tipis.

"Ah, ya. Untuk Seokjin. Bagaimana dia bisa menjadi kakak angkat Jungkook?" tanya Jimin kembali.

Nyonya Choi mengubah posisi duduknya sedikit, kemudian lanjut bercerita. "Saat itu masa-masa berbahaya. Kejahatan merajalela. Panti asuhan milikku dirampok dan para perampok membawa senjata laras panjang berpeluru dan pisau. Mereka menyanderaku dan anak-anak asuhku yang lain sehingga mereka bebas mengambil apapun. Panti asuhanku dulu sangat tersohor. Hanya saja semua lenyap semenjak itu. Namun entah darimana ada sosok pria yang masuk begitu saja mengalahkan para perampok itu. Dia sangat lihai memainkan senjata api. Ketika dia lengah, satu perampok dari luar jendela membidikkan obyeknya ke arah sang Pria, membuat Jungkook yang kala itu tengah bersembunyi langsung melindunginya. Jungkook terkena tembakan sampai dia kritis di rumah sakit. Walaupun hanya tergores, itu mampu membuat Jungkook tumbang." cerita Nyonya Choi. "Karena kebaikan hati itulah, Kim Seokjin mau mengangkat Jungkook sebagai adik asuhnya. Dia mengganti marga menjadi Jeon sama seperti marga milik Jungkook."

"Lalu setelah kejadian itu, apakah Anda tahu bagaimana kehidupan Jungkook selanjutnya?" tanya Jimin kembali.

Nyonya Choi menggeleng. "Tidak. Aku sudah tidak tahu lagi. Mereka pergi begitu saja bagaikan angin. Akan tetapi, Jungkook masih sering mampir ke panti asuhanku." Nyonya Choi tersenyum.

"Jungkook anak yang baik." lirih Yoongi pelan.

Nyonya Choi mengangguk setuju.

"Ah, Nyonya. Sepertinya kami sudah mengganggu waktu Anda. Ada baiknya kami mencari lokasi yang lain. Apakah di daerah sini ada apartemen? Atau tempat penginapan?" tanya Jimin.

Nyonya Choi mengangguk. "Tentu. Sekitar dua kilometer dari sini. Apakah kalian tidak ingin menginap di sini saja?" tanya Nyonya Choi menawarkan.

Yoongi menggeleng. "Tidak, Nyonya. Kami akan merepotkan Anda." Yoongi dan Jimin mulai berdiri, disusul sang Pemilik Rumah. Yoongi dan Jimin membungkukkan setengah badannya. "Terima kasih untuk waktu dan jamuan Anda. Kami sangat menghargainya. Sampai jumpa di lain hari, Nyonya Choi."

Nyonya Choi mengangguk. "Tentu. Terima kasih sudah mengunjungiku."

Selepas Yoongi dan Jimin pergi, Yoongi mematikan sambungan teleponnya yang langsung mengarah ke ruangan Taehyung. Bersamaan dengan itu, sosok Jungkook masuk ke dalam kamar.

"V...?" Jungkook tersentak manakala Taehyung masih terduduk di meja kerja.

Ah, perlu diketahui jika kamar Taehyung memiliki fasilitas ruang kerja juga, memudahkan Taehyung tak perlu pindah tempat.

"Kau sudah siap bercerita?" tanya Taehyung.

Jungkook melirik jam dinding. Masih jam sepuluh malam, padahal janjinya adalah jam dua belas malam.

Taehyung ikut melirik, dia menghela napas. "Tak apa. Aku terlalu mendesakmu." ujar Taehyung.

"V, aku sudah siap. Aku akan menceritakannya padamu." Jungkook berujar pelan. "Tapi aku mohon setelah ini, kembalikan parfum dan obatku. Bagaimanapun caranya."

To Be Continued...

BLOODLUST ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang