N-D :: [3] Cliche

152K 7.4K 861
                                    

N-D :: [3] Cliche

"Kita harus bicara," adalah perkataan yang paling membuat Anggi gugup.

Pertama, dia akan sangat gugup jika orangtuanya mengatakan seperti itu. Kedua, jika kakaknya tau dialah maling segala game di kamarnya--kakak Anggi itu sangat pelit, omong-omong. Ketiga, dia akan sangat super GUGUP jika Valdo, ya, Valdo yang mengatakan hal itu.

Di sini, tepat di depan ambang pintu kelas Anggi. Pada saat jam istirahat pertama dan Anggi buru-buru keluar kelas, takut kantin keburu ramai dan ia malas membeli makanan.

Tapi sepertinya makanan akan Anggi kesampingkan dulu sekarang.

"Mau bicara apa?" tanya Anggi berusaha tidak segugup kelihatannya.

Ia berdoa Valdo terus menatap ke depan supaya tidak harus melihat kedua betis Anggi yang gemetar.

Valdo tampak sangat ganteng di mata Anggi. Plus ditambah saat ini cowok itu mengenakan jersey Arsenal dan celana bola. Entah kenapa di mata Anggi, cowok yang mengenakan pakaian sepak bola tampak lebih ganteng.

"Ngobrolnya di roof top aja, gimana?" Valdo mendongak dan tersenyum. "Cuacanya lagi mendung. Jadi, di sana pasti gak kepanasan. Gue juga bawa makan, kalo lo laper."

Bolehkah Anggi terbang?

Sekarang?

"Boleh," tapi hanya itu yang Anggi katakan.

Seolah-olah Anggi memang tidak memiliki perasaan apapun pada Valdo dan mencoba bersikap wajar.

Lagipula, roof top selalu menjadi tempat yang menyenangkan bagi siswa maupun siswi National High. Kadang banyak yang berkumpul di sana sekedar untuk mengobrol dan makan siang. Tapi sepertinya karena cuaca mendung, roof top akan lumayan sepi.

Benar saja begitu Anggi dan Valdo sampai ke sana, suasana sangat sepi. Anggi berusaha menjaga jaraknya dengan Valdo dan menetralkan detak jantungnya yang mempercepat.

"Lo mau ngomong apa?" tanya Anggi, lagi-lagi to the point.

Valdo tampak merasa bersalah. "Lo ngerasa gue ganggu, ya?"

Tidak. Tidak sama sekali.

Tapi Anggi malah menjawab, "Sedikit."

Valdo tersenyum simpul dan menyandarkan punggungnya pada teralis besi yang menjulang tinggi. Melebihi tinggi Valdo sendiri. Anggi benar-benar bisa meleleh melihat cowok yang diam-diam ia suka bisa sedekat ini darinya. Dengan pose yang sangat santai dan nyaman itu.

Anggi berusaha memalingkan wajah dari Valdo, namun ia malah mengedip beberapa kali. Baru akhirnya saat Valdo menatap balik, Anggi menunduk.

Valdo keluar dari posisi santainya, ia berdiri tegak menatap Anggi. Tatapannya lembut.

"Gue tau kita gak pernah deket. Lo wakil ketua OSIS, gue cuma pengurus biasa aja. Gue juga tau kita cuma beberapa kali ngobrol dan semua urusan itu berkaitan sama OSIS. Mungkin ini kedengerannya aneh, tapi ...."

Tapi gue suka sama lo.

Ingin Anggi katakan itu keras-keras pada Valdo, namun tertahan di tenggorokan. Matanya terpancang lagi pada kedua mata hitam Valdo, seolah sebentar saja Anggi mengedip, bukan lagi mata itu yang ia lihat.

"Tapi gue butuh saran," lanjut Valdo.

▲▲▲▲

Langit sangat mendung begitu bel pulang sekolah berbunyi. Awan-awan kelabu menggantung di langit saat Alvaro mendongak. Ia mendengus. Hujan selalu menjadi hal yang membuat mood-nya berubah jadi jelek.

TRS (6) - AWhere stories live. Discover now