13. Pelampiasan

1.1K 108 21
                                    

Shani masih terdiam saat hendak menjelaskan apa maksud dari kata maaf yang sejak tadi dia lontarkan pada Viny. Kata maaf yang hingga detik ini membuat Viny berpikir secara terus-menerus. Setelah beberapa saat dia hanya diam, Viny yang merasa tidak enak pun segera mengalihkannya pada hal lain. Membiarkan kata maaf yang dimaksud Shani tenggelam begitu saja.

Saat ini, Shani tidur di atas paha Viny. Memandangi wajah kekasihnya dari bawah membuat hatinya sedikit demi sedikit merasa tenang.

Walaupun Viny terus bermain game di ponselnya, Shani merasa lebih baik jika memang harus seperti sekarang. Menikmati setiap sudut lekuk wajah Viny dari jarak sedekat ini.

Viny yang merasa sedang menjadi pusat perhatian Shani pun melirik gadis itu sekilas.

"Kenapa liatin aku terus?" tanya Viny yang masih sibuk memainkan ponselnya.

"Senyum deh,"

"Ngapain? Ramah banget aku senyum-senyum ke kamu."

"Ck." Shani berdecak sebal. Tangannya terulur menarik kedua sudut bibir Viny ke atas. Membuat lekukan yang terlihat cukup manis, apalagi jika gadis itu melakukannya dengan ikhlas.

"Tuh manis."

"Ya, aku emang manis. Makasih."

"Ish!"

Shani akhirnya menarik satu bantal yang menganggur. Bantal itu dia jatuhkan tepat diwajahnya. Menutup wajahnya agar Viny tidak bisa melihatnya. Dia berdecak kesal melihat Viny yang malah bermain game, bukannya mengerjakn proyeknya yang akan dia presentasikan minggu depan di kantornya.

"Kak.."

"Hm?"

Shani beranjak bangun, dia duduk dihadapan Viny sambil membereskan barang-barangnya seperti ponsel, chargeran, juga earphone. Dia merapihkannya dalam tas. Menatap Viny dengan tatapan lembut.

"Kamu mau kemana?" tanya Viny yang akhirnya melepaskan ponselnya dari tangannya. Dia mematikan ponselnya, beralih menggenggam tangan Shani. Menatap gadis itu dengan lembut. "Kamu mau pulang?" lanjut tanya Viny yang di jawab anggukan oleh Shani.

Viny tersenyum tipis.

"Gak mau makan dulu, hm? Kita makan dulu deh ya, keluar.."

Tangan Shani terangkat menepuk-nepuk pelan pipi Viny yang berganti mengusap lembut pipi gadis berambut sebahu itu.

"Aku belum laper. Kamu mending kerjain proyek kamu dulu, minggu depan mau di presentasiin, kan? Jangan main game terus, gak baik buat mata kamu tuh.." jelas Shani masih dengan tangan yang mengusap lembut pipi Viny.

Viny mengambil alih tangan Shani yang berada di pipinya, kemudian dia genggam. Dia sedikit mengangkat tanga Shani, lalu menciumnya lembut.

"Aku gak mau kamu sakit. Kita makan ya?"

"Kak.."

"Sebentar aja. Abis itu aku anter kamu pulang, oke?"

"Proyek kamu?"

"Aku bisa kerjain itu nanti malem,"

"Jangan begadang.." seru Shani yang membuat Viny menyunggingkan senyumnya. Viny menganggukkan kepalanya, lalu beranjak bangun. Dia berjalan menuju lemari guna mengambil jaket kulit miliknya.

"Yuk?"

Shani mengangguk kemudian menerima uluran tangan Viny.

***

Anin keluar dari kamarnya setelah menyudahi sesi video callnya bersama Gracia. Dia menuruni anak tangga berjalan menuju dapur. Namun, sebelum benar-benar sampai, sebuah pintu terbuka tidak cukup lebar. Memperlihatkan Shani yang sudah kembali menggunakan jaket kulit milik seseorang yang sepertinya milik Viny.

Re:I'am [END]Where stories live. Discover now