20. Berakhirnya Perang

218 73 44
                                    

Saat Larissa dan Ravn tiba, ternyata perang sudah dimulai. Di kegelapan malam, Larissa bisa melihat tubuh tanpa kepala bergelimpangan di tanah, beserta kepala tanpa tubuh. Sinar bulan purnama sesungguhnya membuat suasana tambah mencekam. Tapi Larissa tidak akan gentar. Ia tidak akan mundur dengan ketakutan. Gadis itu sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan membantu. Maka ia akan berusaha untuk tidak menjadi beban dan memberikan dukungan sebanyak yang ia bisa berikan.

Dengan kekuatannya, ia mencoba untuk memusnahkan tubuh para ksatria yang telah menjadi korban. Ia sempat mempelajari ini, bagaimana cara memusnahkan sesuatu, tapi baru kali ini ia memusnahkan begitu banyak tubuh yang telah tiada. Sebenarnya para ksatria ini begitu menyedihkan karena setiap hari terus hidup dengan dendam yang tidak akan selesai. Lebih baik mereka dimusnahkan saja supaya bisa beristirahat dengan tenang. Larissa yakin sekali itu adalah satu-satunya cara dalam menghadapi para monster ini dan memusnahkannya sampai akar.

Setiap Enam Raja berhasil menebas kepala lawan, Larissa akan segera mendekat lalu mengeluarkan kekuatannya. Kekuatan hitam miliknya pun menyelubungi tubuh korban yang berjatuhan lalu 'memakan' mereka. Pada dasarnya kekuatan Larissa bukanlah kekuatan suci, sehingga ia justru mendapatkan energi tambahan dengan memakan korban seperti sekarang. Rasanya ada sensasi aneh karena kekuatannya terasa lebih kuat setelah menghilangkan tubuh para korban. Sementara tubuh-tubuh yang dimakan oleh kekuatannya kini berubah menjadi debu dan beterbangan dibawa angin.

"Seoho, hati-hati!" di tengah pertarungan, Larissa segera membuat perisai di depan Seoho, tepat menahan serangan pedang dari salah satu ksatria. Setelahnya Larissa berlari mendekat dan memberikan kekuatan pelindung di jubah Seoho. "Nah, Seoho, jubah ini akan menahan beberapa serangan. Tapi kau harus tetap waspada dan berhati-hati, ya! Jangan sampai terluka. Aku tidak mau jika kau sampai terluka. Pikirkan saja dirimu dan keselamatan dirimu. Walaupun aku berada di dekatmu sekalipun, tidak usah repot-repot melindungiku karena aku bisa menjaga diriku."

"Baiklah, terima kasih, Larissa. Kau juga harus berhati-hati. Kau sungguh harus tetap waspada meski kekuatanmu akan melindungimu."

Larissa dan Seoho selanjutnya bertukar senyum sekilas sebelum mereka kembali sibuk dengan aktivitas masing-masing. Daripada membantu menyerang, Larissa memang lebih memilih untuk membantu melindungi mereka. Ia rasa kekuatan pelindungnya sangat kuat dan itu adalah satu-satunya cara untuk tidak membuat Larissa merasa buruk. Walaupun ia beberapa kali ikut perang, Larissa tidak pernah terbiasa dengan tindakan membunuh dan menyakiti.

Aktivitas Larissa menjadi cukup sibuk sekarang semakin banyaknya korban berjatuhan dan semakin agresifnya serangan yang terjadi. Ia mendekati Enam Raja yang belum mendapatkan kekuatan pelindungnya secara bergantian. Ia mendekati mereka satu-persatu dan langsung memberikan kekuatannya pada jubah mereka. Untungnya selalu ada kesempatan untuk curi-curi melakukan itu. Hingga akhirnya rasanya lebih aman saat menyadari bahwa jubah itu akan melindungi mereka sehingga Larissa tidak harus memperhatikan mereka satu-satu lagi seperti tadi. Tapi walaupun mereka sudah terlindungi, Larissa tetap tidak menurunkan kewaspadaannya.

Perang berlangsung semakin sengit. Sebenarnya, secara jumlah, Enam Raja jauh kalah. Mungkin mereka lebih sedikit berkali-kali lipat dari musuh mereka. Tapi secara kekuatan, Enam Raja tentu jauh lebih unggul. Mereka sudah berhadapan dengan musuh dan berperang sejak kecil. Bahkan mereka tumbuh besar dengan berperang dan bertarung. Sehingga mereka sudah lebih kuat daripada orang-orang seumur mereka. Keenamnya selalu berhasil memperoleh kemenangan dari tangan mereka sendiri. Dan kali ini pun, mereka harus kembali menang.

Berjam-jam berlalu dengan cepat dan para ksatria mulai berkurang. Secara jumlah sudah mulai tidak terlalu berbeda jauh lagi. Namun sayangnya, yang masih hidup justru para ksatria yang kuat, yaitu pasukan khusus dan pimpinannya yang merupakan para bangsawan. Ada tiga pasukan khusus yang tersisa dan mereka sangat kuat. Dulunya mereka semua dilatih oleh Enam Raja langsung dan tidak jarang mereka seri saat latihan. Tapi murid tidak mungkin mengalahkan guru bukan? Terlebih Enam Raja memiliki sesuatu yang mereka pertaruhkan pada perang ini. Mereka memiliki keinginan yang kuat untuk melindungi dan mereka tidak dipengaruhi oleh dendam maupun kemarahan. Dari perbedaan itu, bukankah Enam Raja tetap lebih unggul walaupun lawan mereka layak untuk diperhitungkan?

TWILIGHT (ONEUS)Место, где живут истории. Откройте их для себя