001.

2.8K 274 3
                                    

kapalgetek present ©

langkah itu terhenti tepat didepan pintu masuk bertuliskan angka 137. Memasukkan sandi yang sudah ia hapal diluar kepala, menyeret koper yang penuh sesak dengan baju yang dibawa, Eric melenggang masuk dalam ruangan dengan dominan warna abu abu milik sepupunya Jeno.

kenyataan yang ia tangkap Jeno agak sedikit "kotor" dan membiarkan bekas makan paginya masih tergeletak pada mesin bak penjuci piring. bahkan remahan roti dengan selai coklat yag favorite sepupunya itu masih sediki tertinggal diatas meja yang putih kontras sekali.

segera setelah itu Kaki kecilnya mengijakkan pada karpet bulu halus berwana abu abu didalam apartement dengan bau kayu mahoni yang mendominasi, kalau kata Eric Khas Jeno sekali.

Bukan tanpa alasan Eric terdampar di apartement Jeno sekarang. Apartnya sedang direnovasi. Mungkin butuh waktu sebulan lagi untuk selesai. Maka untuk sekarang dan satu bulan kedepannya. Eric akan membiasakan diri pada lingkungan baru.

Berjalan menyusuri apartement yang tidak sebegitu bersih miliknya. Eric menggeleng lemah memasuk kamar sang pemilik. Bungkusan kripik yang ia yakini sudah dari 3 hari lalu habis, masih ada dimeja belajar dengan penuh coretan tentang rancangan design Rumah.

Bahkan ranjang ukuran besar itu semrawut dengan selimut yang sudah berada disamping pintu masuk kamar mandi tebak Eric. melihat gumpalan kain tebal tegeletak begitu saja.

Demi tuhan. Eric mungkin akan menyesali kepindahannya kesini. Dan bertanya tanya. Apa Renjun yang notabene kekasih Jeno itu tidak pernah menegur untuk membersihkan lautan sampah didepannya ini.

Panggilan pada ponsel Eric membuatnya perhatiannya teralih "ya halo?" Sapaan pertama Eric pada sang lawan bicara disebrang sana.

"Udah sampai?"

Oh jeno. "Iya sudah, apart lo jorok banget—"

"Jangan ngomel dulu plis, ini gue lagi buru buru mau nyusun maket. Kamar lo ada di sebrang kamar gue. Taruh aja disitu. Istirahat dulu. Makan malam nanti gue pulang"

Panggilan terputus. Oke fine batin Eric.

Menaruh barang dikamar yang dikatakan tadi. Eric pergi kedapur memperhatikan isi kulkas yang kosong melompong. Tidak Eric tidak menyalahkan Jeno atas isi kulkas yang tidak ada isinya apapun. Dia juga tidak bisa masak kok. Jadi Eric mewajarkan untuk yang satu itu.

Melenggang pergi ke bagian belakang. Melihat tumpukan Laundry segunung. Kepala Eric mendidih. Ruang tamu gak kalah berantakannya.

Maka inisiatif kecil itu Eric lakukan. Memilah sampah dan membersihkan setiap sudut celah rumah. Demi tuhan. Eric benci jorok.

Satu dua jam berlalu. Matahari sudah mau balik ke singgasananya. Langit menggelap dibalik Jendela. Rintik hujan juga ikut jatuh dari kapas putih besar dilangit atas sana. 

Mereganggkan tubuh di sofa guna agar otot otot nya lemas. kemudian Menyesap rasa kafeein pait dari kopi seduh yang sudah masuk dalam mulutnya. Eric melihat notifikasi tak berarti dari ponsel pintarnya. Dan mengalihkan pandangan pada jalanan yang ramai dibawah sana.

Pintu apartement itu terbuka. Menampakkan Jeno yang sedikit basah kuyup. Dengan jaket yang melindungi benda di tangan.

Tatapan yang eric beri seakan mengatakan "apa itu"

Maka Jeno langsung membalas "maket kelompok gue, gak bisa kena basah"

Eric mengangguk mengerti. Membiarkan Jeno sibuk membersihkan diri dan Ia menyeruput kopinya lagi.

"Lo bersihin apart?" Kepala Jeno yang masih basah dengan air Yang menetes itu menyembul dari dalam kamar dibalik pintu.

Eric mengangguk.

"Thanks"

Anggukan lagi Ia beri atas pernyataan Jeno.

Minggu pagi ini masih dengan kabut yang tebal sisa bekas hujan semalam. Langkah ringan Eric menuruni tangga kebagian sortiran sampah dibelakang gedung. Sambil sesekali merapalkan sebuah nada. Entah lagu apa. Pokok hanya menghilangkan rasa bosan saat ia menyortir barang.

Selesai melakukan hal tersebut Eric mencuci kedua tangannya dikeran kemudian berlalu cepat masuk ke dalam gedung. Karena udara sepertinya turun beberapa derajat. Gumpalan asap pada mulutnya dapat membuktikan.

Bergerak cepat ke arah pintu lift yang hendak tertutup itu. Eric berhasil menahannya.

Netranya menangkap sesosok orang yang menunduk dengan rambut berwarna caramel diujung lift. Tangan orang itu memegang puntung rokok yang sudah mati. Sambil sesekali tangan yang satu meminjit pelipis.

Eric tersentak kala ketahuan memperhatikan. Menoleh ke depan. Bersitatap dengan mata selegam langit malam itu membuat Eric ciut setengah mati padahal hanya lewat pantulan buram pada diding lift. Sejujurnya indra penciumannya merasakan bau alkohol yang menyengat.

bergegas Keluar ke lantai tempat Apart Jeno berada. Orang itu juga mengikuti dengan sempoyongan. Tidak, Eric tidak mau salah paham. Bahwa akan berteriak kalau orang itu tiba tiba menerjang diringa di lorong apart ini. Tidak— akan.

Tapi nyatanya. Orang yang menurutnya mengerikan itu masuk pada Apartement tepat didepan Apart Jeno.

Eric membantin penasaran. Harus ia tanyakan.

Jadi tanpa menunda nunda lagi. Eric masuk ke kamar Jeno. Yang empunya masih terlelap pasrah karena jam 1 malam baru selesai mengerjakan maket.

"Jeno" guncangan kecil itu cukup ampuh membuat Jeno membuka mata.

"Jam berapa?" Kata Jeno dengan serak.

"Jam 7"

"Kenapa dibangunin" kata Jeno mencebik kesal kemudian menutup dirinya denga selimut lagi dan memunggungi.

"Jen gue penasaran. Tetangga depan Apart lo—"

Belum melanjutkan kalimatnya. Jeno tiba tiba bangkit dari tidurnya. Menatap Eric dengan lekat.

"Lo kenapa?"

"Nah kan, tadi gue ketemu dilift"

"Oh" jeno Membeo. Sepertinya sudah bangun dari tidurnya karena sekarang mengucek mata.

"lo kenal?" sambil mengikuti jeno ke arah dapur untuk meminum susu pagi yang telah di siapkan.

gelengan sebagai jawaban, Eric mendesah kecewa.

"kenapa emang?"

mengendikkan bahu sambil berlalu Eric mengatakan pada Jeno bahwa ia hanya sekedar pensaran.

"tangan lo kenapa?" 

tanya Jeno lagi melihat tangan Eric terberet kecil dibagian samping jari kelingking. "kena benda tajam pas nyortir sampah"

"bersihin sanah keburu infeksi"

"nanti deh, mau ngerjakan tugas dulu habis ini" kata Eric menolak.

"kebiasaan"

AmertaWhere stories live. Discover now