Bab 2. Kisah Kelam di Balik Saku

1.6K 245 63
                                    

          "Bos!"

Adegan dimulai pada seorang siswa yang terkapar dan mulai mengerjapkan matanya. Beberapa orang mengelilingi, namun dia merasa tidak senang sama sekali. Para "anak buah" yang memanggilnya bos tersenyum lega melihat ketua mereka membuka mata. Salah satu dari mereka berteriak kegirangan seperti baru saja mendapat oleh-oleh dari saudara yang baru pulang dari luar negeri.

Sayangnya, perawat yang kebetulan melintas langsung menegur mereka untuk tidak berisik. Anak SMA tanggung yang masih labil mendadak lebih menyebalkan sekarang.

"Bos sakit?"

"Mananya yang sakit?"

"Kaki Bos oke?"

Mereka mulai mempertanyakan kondisi ketua rusuh mereka, dengan pertanyaan bertubi yang juga sama. Berisik. Jabang pusing. Kakinya mendadak berat. Ada balutan perban di sana, diselipi benda kaku yang membuatnya makin bingung.

"Gua kenapa?"

"Aduh, Bos amnesia! Dokteeerrr!"

"Diem lu!" Jabang sontak emosi.

Mulut-mulut itu jauh lebih menurut ketika remaja di atas kasur yang menegur, daripada perawat-perawat muda yang melotot bengis sejak tadi. Jabang mulai mengingat lagi bagaimana kejadian barusan terjadi.

Dia terjatuh.

Alasan?

Takdir.

Bukan, bukan itu! Ayo pikir lagi, Jabang!

Jabang mencoba mengingat kembali. Apa, ya? Kalau diingat lagi, segalanya buram di ingatan. Lagi pula, siapa pun yang bersalah... harus dihukum. Jabang mencoba menggerakkan kakinya, namun perban yang sangat dramatis membalutnya.

Perasaannya mendadak tak enak.

"Kaki gua kenapa?"

Tak ada seorang pun yang bisa menjawab ketika ditanyai begitu. Jabang menatap "anak buah"-nya sekali lagi. Yang ditatap menelan ludah gugup, lalu mulai menceritakan semuanya dengan terbata-bata.

"Bos jatuh."

"Lalu diangkat ke sini...."

"Dioperasi."

"Mama dan Papa Bos datang, lalu mereka keluar."

"Katanya retak."

Mereka bercerita, saling menyahut untuk memberikan penjelasan. Hanya saja penjelasan itu tidak menarik minat Jabang. Dia masih penasaran bagaimana caranya jatuh, menggelinding dengan sedemikian rupa. Lalu, ingatannya terbayang pada seseorang.

"Bawa orang yang udah jegal gua sekarang!"

Mereka saling bertatapan. Sialnya, tidak ada yang mengingat siapa yang telah membuat bos mereka jatuh. Tidak ada yang ingat karena sosok itu menunduk. Bos merekalah yang menatapnya, tersenyum nakal waktu itu. Berniat iseng, namun ternyata malah kena getahnya. Ini yang disebut karma.

"Kenapa kalian diem?"

Tak ada yang menjawab.

"Jawab gua!"

"Kami... Kami nggak tahu siapa, Bos."

"Lu nggak tahu?"

"Kami nggak lihat orangnya. Lu lihat?" Mereka berkasak-kusuk heboh. Seorang perawat mendadak muncul, lalu menegur mereka.

"Jangan berisik, ya! Jam besuk sebentar lagi sudah habis."

Mereka bungkam seketika. Jabang menatap kakinya sekali lagi. Dia ingin marah. Bukan karena kakinya tak bisa digerakkan, namun lebih kepada kenapa waktunya pas sekali? Kenapa bukan minggu depan saja? Jadi dia ada alasan untuk bolos. Tetapi kalau untuk minggu ini...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secret YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang