Pt. 1 Fireworks

191 19 8
                                    

Beberapa tahun yang lalu. Ketika cinta pertama menetas di sebuah tempat yang dinamakan sekolah. Aku masih mengingat dengan jelas setiap rincian kejadian hari itu. Langit biru cerah, lapangan sekolah kosong, benar-benar kosong sampai-sampai aku bisa melihat ada dua koin yang berkilauan di tengah lapangan. Kafetaria penuh sesak dan perpustakaan sepi pengunjung. Dari lantai dua sekolah, aku dapat melihat dengan jelas setiap perincian kejadian hari itu.


Otak ku seperti merekam apa-apa saja yang terjadi pada hari itu, tidak ada sedikit bagian pun yang terlewat. Tak terkecuali kehadiran siswa baru itu. Jika ada suatu kondisi di mana menyebutkan setiap rincian hari itu diperlukan, aku dapat menceritakannya tanpa perlu bersusah payah. Terutama bagian yang menceritakan tentang siswa baru itu.


Hari itu adalah awal dari segala cerita ku tentang siswa baru pindahan dari kota metropolitan. Siswa itu biasa-biasa saja, tidak menarik sama sekali tapi mataku tak henti-hentinya mengikuti kemana siswa itu melangkah. Siswa itu biasa-biasa saja, dengan kepala tegak dia berjalan mengekori seorang guru di depannya, aku berani bertaruh ruang guru adalah tujuannya saat itu. Lagi pula, kemana lagi? Langkah kaki lebarnya membawa siswa baru itu sampai di bangunan utama sekolah, kemudian menghilang di balik pintu kaca besar bangunan utama.


Sejenak, entah perasaan dari mana tiba-tiba aku ingin mengejar siswa baru itu, rasanya seperti kembang api tengah dinyalakan di dalam perutku, aku benar-benar ingin meledak, tapi belum tuntas dengan apa yang ku pikirkan, bel tanda istirahat telah berakhir berdering luar biasa kencangnya, aku sedikit yakin kalau-kalau suara bel itu bisa memecahkan gendang telinga. Ini keyakinan tidak berdasar, tapi aku mencoba untuk selalu mempertahankannya.


Tempat duduk ku berada di deretan belakang, bukan karena aku seorang pecundang yang tidak memiliki teman, tapi lebih karena aku tidak ingin terlibat dengan banyak hal. Aku ingin menjalani hidup ku dengan biasa-biasa saja tanpa perlu ada sebuah kejadian besar. Aku tengah mengemasi beberapa buku yang bertebaran di atas meja ketika tiba-tiba pintu kelas terbuka dan menampilkan dia yang beberapa saat lalu berhasil mengganggu jalan pikiran ku.


Siswa baru itu, dia akan menjadi teman sekelas ku.

[1]

Hunter & GrapeOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz