33

26.7K 1.8K 10
                                    

Masa rehabilitasi patah tulang serta psikis ku memakan waktu kurang lebih satu tahun. Adapun untuk patah tulang membutuhkan waktu lebih lama, tapi aku sudah diperbolehkan untuk pulang dan rawat jalan.

Sebenarnya sejak 3 bulan sejak aku terbangun dari koma pun, dokter sudah memperbolehkan untuk rawat jalan. Tapi dengan tegas ditolak bapak dan mas Anu. Mereka kompak membuat ku mendekam dirumah sakit ini satu tahun lebih. Hingga aku hapal dan akrab dengan para pegawai dirumah sakit ini.

"Pokoknya nanti kalo ngerasa badannya nggak enak jangan paksain ya sayang. Kalau mau kemana-mana minta antar teman kamu atau Rama aja." ucap mas Anu untuk keseribu kalinya yang hanya ku balas deheman saja.

"Kok jawabnya gitu? Mas kan khawatir, kamu udah nggak sayang sama mas lagi ya?" lanjut mas Anu memasang muka melasnya didepan ku.

Semenjak menikah, semua sifat asli yang mas Anu sembunyikan selama ini akhirnya keluar. Dulu aja sok cool banget, sekalinya allahuma alay banget. Apalagi semenjak kejadian itu, sudah tak terhingga aku mengomeli mas Anu yang tiap weekend selalu mengunjungi ku ke Surabaya.

"Kesininya dua atau sebulan sekali aja mas! Kamu buang-buang uang banget tau nggak sih kalo tiap weekend kesini!!" ucap ku pada mas Anu. Awalnya dia hanya cengengesan saja saat aku omeli seperti itu, tapi kemudian menjadi ngambek dan semakin menjadi. Bukannya tiap weekend tapi yang ada malah setiap hari mengunjungi ku.

Mungkin karna lelah melihat kami berdebat, maka para tetua memberikan nasihat pada kami dan akhirnya aku mengalah membiarkannya mengunjungi ku tiap weekend daripada setiap hari.

"Aku lagi irit ngomong mas, capek banget semaleman kamu ajak ngomong terus sampe subuh." jawab ku menanggapi pertanyaan mas Anu tadi.

"Hehehe, habisnya kamu asik sendiri nontonin boyband korea kesukaan kamu itu. Mas kan ngerasa diselingkuhin." sungut mas Anu yang hanya ku balas gelengan malas.

Selama aku menjalani perawatan, teman-teman dekat ku sudah menyandang gelar sarjana. Ya ada sih yang belum, inisialnya Salsa dan Rama. Alasannya karna mau nungguin aku biar lulusnya barengan. Ya aku tau sih, itu cuma alasan yang mereka buat-buat sendiri biar lebih lama ketemu pacar-pacar mereka.

-
Hanya membutuhkan waktu satu setengah jam, dan kini kami telah sampai dirumah ku yang ada di Malang. Sebenarnya sih butuh waktu dua jam lebih, tapi mas Anu dengan lebaynya meminta tolong temannya untuk memberi pengawalan.

Awalnya bapak menolak, tapi entah apa yang mas Anu bisikkan hingga bapak akhirnya setuju.

"Udah kamu pindah-pindahin barang mu mbak?" tanya ibu ku pada mbatar saat kami sedang duduk-duduk diruang tamu.

Karna kamar ku diatas, maka aku bertukar kamar dengan mbatar. Sebenarnya masih ada kamar lain dirumah ini, tapi entah kenapa malah kamar mbatar yang ku jadikan kamar saat ini.

"Udah bu, buset dah banyak bet barang ni anak. Sampe butuh waktu dua hari baru kelar mindahin barang-barangnya." keluh mbatar sambil menatap ku sinis.

"Hehehe, makasih mbak ku sayang."

"Yaudah langsung istirahat aja kamu dek. Bapak mau kedepan dulu nyamperin Arga."

"Ih aku udah sembuh dan bisa jalan guys, gausah dipapah segala." tolak ku saat mbatar dan ibu ku bersiap untuk memapah ku.

Semenjak kejadian itu, semua keluarga hingga teman-teman ku menjadi sangat protektif. Padahal yang patah tangan ku bukan kaki ku, tapi selalu saja aku dipapah kalau mau kemana-mana.

Baru akan terlelap, aku merasa wajah ku ditempeli benda basah. "Apaan nih, mas?"

"Kapas yang dikasih micellar water. Kata kamu kalo abis keluar wajib bersihin muka pake ginian." jawab mas Anu sambil mengusap pelan wajah ku dengan benda tersebut.

Stuck With UWhere stories live. Discover now