Going Back Home (Indonesian ver.)

1 0 0
                                    


Disebuah taman bermain yang penuh kegiatan dan suara yang dipenuhi oleh anak-anak yang sedang matang-matangnya menjadi remaja yang sedang meluapkan emosinya di daerah bermain ini. Jungkat-jungkit yang berdecit, Serodotan yang alasnya setipis lembar jawaban, dan kerangka besi yang dibentuk acap kali bentuknya agar bisa disebut tempat bermain anak-anak. Dan dari kejauhan ada seorang anak berambut sepundak dengan wajah lesu bermain ayunan. Anak itu bernama Gaby. 

Gaby diam mengasyikkan dirinya disebuah ayunan melamunkan sesuatu ke arah kerumunan anak-anak yang asyik bermain teman-temannya. Semakin seru anak-anak itu bermain semakin kencang ia mengayunkan kakinya agar bisa mengayun lebih tinggi dengan sedikit kegirangan. Tiba-tiba ayunannya mulai melambat. Mereka yang dipandang oleh Gaby kini malah balik memandang ke arah Gaby. Gaby melihat seorang baru saja mengkoordinasikan sesuatu ke anak-anak yang lain dan berbicara sesuatu sambil menunjuk ke arahnya. 

Perlahan Gaby mencoba memberhentikan ayunan dengan ujung kakinya yang sedikit sekali bisa menempel  dengan tanah. Seharusnya Gaby tidak memilih ayunan seukuran orang dewasa. Gaby tahu dengan kecepatan seperti ini jika ia melompat maka dia akan celaka. Sedikit demi sedikit ia memberhentikan ayunan tersebut begitu juga dengan anak-anak itu yang perlahan berjalan menuju ke arahnya dengan tatapan mata sinis.

Tiba-tiba ayunan Gaby langsung diberhentikan oleh seseorang dan langsung mendorong Gaby dengan sangat kuat sampai dia tersungkur ke tanah. Gaby dipenuhi debu tanah dan luka goresan di tangan dan lututnya karena kejadian tersebut. Gaby mengaduh kesakitan melihat tumitnya terlihat darah segar yang mengalir karena terbentur ujung batu yang sebagai pijakan untuk menaiki ayunan tersebut.

Anak-anak tersebut langsung mengelilingnya dengan wajah begisnya tanpa rasa iba sedikitpun terhadap yang ia alami. Seorang laki-laki keluar dari tengah kerumunan dengan postur kebih tinggi mungkin jika tingginya disandingkan Gaby, wajah Gaby bisa menempel ke dadanya. Anak-anak laki-laki tersebut menarik kerah baju Gaby dan menariknya ke atas dan berkata "Dasar anak aneh, cacat. Dasar gila. Sedang apa kamu disini? Cepat pergi sana kembali ke rumahmu yang jelek tersebut". Gaby tahu bahwa ia tidak diterima dilingkungan ini karena fisiknya yang terlihat asing di mata mereka dan juga tangan kanannya yang hanya mempunyai 3 jari karena hasil mutasi gen yang membuat tangannya seperti tangan seekor katak. Gaby dengan sekuat tenaga langsung meludahi mukanya dan Gaby dibantingkan oleh anak tersebut tepat mendarat di tanah dengan kepalanya yang terbentur terlebih dahulu.

Gaby memegang kepalanya yang terasa sakit dan pusing. Kini sakit itu bertambah di perutnya karena tendangan laki-laki tersebut begitu juga dengan anak-anak yang sedari tadi mengelilinginya juga ikut memukuli dirinya. Gaby dengan sekuat tenaga melindung bagian tubuhnya.

Gaby sudah tidak kuat lagi. Ia langsung membangunkan diri sambil memegang batu dengan random ia memukul kemana secara acak. Anak-anak tersebut mulai ketakutan dan sedikit memundurkan diri memberi jarak. Batu yang berada di tangan Gaby tiba-tiba terlepas dan mengenai tepat di kepala seorang anak yang membuatnya tidak sadar dan darah luka goresan dari batu tersebut yang mengalir deras di kepalanya. Semua anak tersontak diam melihat temannya yang terkelapar sedikit mengejang meminta tolong.

Gaby tahu bahwa ini akan berujung fatal. Ia langung lari menuju hutan dengan kencangnya. Benar saja ketika ia menengok kebelakang anak-anak tersebut langsung mengejarnya dengan beringas.

Gaby secepat  mungkin lari ke arah jalur yang tidak bisa mereka lalui seperti celah-celah pohon yang berakar besar, bukit curam, dan sungai-sungai dengan aliran deras. Sudah sekuat tenaga dan sejauh mungkin Gaby lari tetapi mereka tidak ada yang goyah dan menyerah. Gaby sudah tidak kuat lagi, ia harus memikirkan sebuah rencana agar bisa terbebas dari kejaran mereka. Gaby melihat pohon begitu besar dengan puncaknya yang tidak terlihat dan dibawahnya terdapat celah. Gaby langsung berusaha untuk masuk walaupun kepalanya sedikit tersangkut. tetapi akhirnya bisa masuk juga. Ternyata celah yang ia masuki tersebut adalah lubang yang cukup besar. Gaby langsung bersembunyi dibalik bayangan dan mengubur dirinya diantara akar dan ranting patah.

Dengan sesunyi angin berhembus, ia mencoba mengatur nafasnya setenang mungkin dan bergerak sediam batu. Ia mengintai lingkungan sekitar dengan telinganya. Ia mendengar anak-anak tersebut sedang berada di dekat pohon itu dan mencari dirinya. Ia juga merasakan ada yang mengintai kedalam lubang pohon tersebut dan mencoba menjulurkan tangannya merogoh sesuatu yang didalamnya. Hampir saja kakinya diraih oleh tangan anak tersebut.

Tiba-tiba ada suara keras yang jatuh dari atas pohon yang membuat anak-anak tersebut berlari kocar-kacir. Gaby merasakan sedikit tenang dan kekhawatiran. Tenang karena dia sudah tidak dikejar anak-anak tersebut. Dan khawtir akan apa yang barusan terjadi terjatuh dari atas pohon tersebut dan membuat anak-anak yang sesangar tersebut bisa lari kocar-kacir terbirit-birit. Hati dan pikirannya tersebut mulai kalang kabut memikirkan tersebut. Kesadaran Gaby sedikit demi sedikit mulai menghilang.

* * *

Gaby terbangun dengan tiba-tiba dan melihat seseorang yang berdiri menatap dirinya sedikit membungkuk dengan ada tonjolon di punggungnya. Gaby tahu bahwa yang didepannya itu bukan manusia karena perawakan dari bayangan tubuhnya itu tidak seperti manusia. Gaby mematung melihat matanya yang begitu tajam menatapnya dengan bercahaya hijau terang. Gaby tidak bisa bergerak. Makhluk tersebut mulai mendekat dan mengarahkan tangannya ke arah wajahnya. Gaby melihat tangannya itu tidak asing di matanya. Gaby tersenyum melihatnya.


TAMAT

Back HomeWhere stories live. Discover now