7 - Liying

138 11 14
                                    

Suasana mobil dalam perjalanan selepas pulang dari kantor tampak hening mengingat sedari tadi Zeta hanya bungkam dan menyandarkan kepalanya ke pinggir jok sebelah jendela mobil. Anehnya sejak Arvin selesai dengan aktivitasnya bahkan sampai mereka sudah dalam perjalanan pulang, istrinya itu tak kunjung membuka mulut. Ya mungkin hanya menjawab dengan balasan singkat atau senyum tipis.

"Maafin aku ya sayang kalo aku lama banget tadi, aku bener-bener jadi gak enak sampe bikin kamu bete kayak gini. Maaf jadi cuekkin kamu tadi." Arvin mengusap rambut panjang Zeta dengan lembut. "Mau maafin aku?"

Zeta melirik pada suaminya yang juga sempat menatapnya kilat walau kembali fokus pada kemudinya. Zeta menggenggam tangan Arvin dengan senyuman teduh. "Aku gak marah sayang, cuma lagi gak enak badan aja jadi bawaannya males ngomong. Aku minta maaf kalo bikin kamu juga kesel karena aku daritadi diem aja."

"Ya ampun kamu sakit?" Tangan Arvin yang sebelah beralih memegang dahi Zeta yang terasa agak panas namun Zeta menahan tangan itu. "Sayang kenapa gak bilang daritadi? Kamu ngerasanya gimana?"

Zeta tersenyum iba melihat kekhawatiran sang suami kepadanya. "Gapapa, ini cuma lemes biasa aja nanti juga balik lagi, kecapean aku."

"Astaga, kecapean karena..." Arvin mendengus kasar seraya mengacak rambutnya pelan lalu pandangannya kembali melirik Zeta sekilas dan tangan satunya memegang pipi sang istri membiarkan ia mengemudi dengan sebelah tangan. "Sayang aku minta maaf, aku bener-bener di luar kendali kemarin-marin."

"Hmm yayaya," dengus Zeta.

"Jangan bete gitu mukanya tapi." Arvin melirik lagi sang istri kilat. "Ini udah mau sampe, kamu mau beli obat dulu gak atau apa?"

Zeta menggelengkan kepalanya mantap. "Enggak, Vin."

"Sayang, tadi kamu papasan gak sama Vino pas mau ke toilet?"

Deg. Zeta menatap Arvin seketika dengan tatapan menusuk dan matanya berubah menjadi sedikit memicing. Arvin menghentikan mobil yang dikendarainya dan menepikan di pinggir suatu rumah. "Kenapa nanya-nanya dia? Aku gak ketemu sama dia tadi, kayaknya gak masuk ya?"

Zeta menggigit bibir bawahnya dan membuang mukanya kala Arvin menatapnya seolah ia tak ingin ketahuan jika berbohong pada sang suami. Maafin aku, Vin.

"Tadi dia ke ruangan aku tapi cuma ngasihin berkas aja sebentar, kebetulan banget pas kamu pergi ke toilet."

"Oh, pantes aja aku gak ketemu, mungkin aku masih ada di toilet. Soalnya tadi aku juga rada lama karena mules terus."

"Kamu sakit perut juga? Mau dapet kali?"

Zeta menghela napas lega kala Arvin tak lagi menanyakan tentang Vino dan beralih pada topik lain. Zeta melirik ke arah luar jendela di mana ia bisa melihat rumah dengan halaman besar dan bergaya vintage yang dulu pernah ia tinggali. Ya, rumah kedua orang tuanya. "Gimana kalo ngobrolnya di dalem aja? Udah nyampe juga, aku bukain dulu pagernya."

Arvin menahan Zeta yang hendak membuka pintu mobilnya, ia memegang lengan sang istri. "Udah sama aku aja sayang."

Arvin tersenyum melihat sang istri mengangguk dan membelai wajahnya lembut sebelum ia keluar dari mobil dan membuka pagar rumah mertuanya itu. Di sana ia bisa melihat Rina, sang mertua tengah berdiri di teras rumahnya seraya melambaikan tangan dan tersenyum. Arvin membalas senyuman itu lalu ia menunjuk mobilnya seolah permisi untuk memasukkan mobil terlebih dahulu sebelum ia akan bertegur sapa.

Arvin pun kembali masuk ke dalam mobilnya lalu memasukkan mobilnya ke dalam garasi panjang rumah Zeta yang menyatu dengan halaman yang dipenuhi rerumputan sintetis. Arvin pun keluar dari mobilnya setelah berhasil memarkirkan mobilnya lalu ia menutup pintu pagarnya dan membiarkan sang istri yang saling melepas rindu dengan ibundanya.

Beautiful DisasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang