5 : Salah?

4.1K 582 74
                                    

Halooo semuanyaa 🤗💖
Saya datang kembali setelah beberapa waktu dilanda overthinking hahaha

Kangen juga sama si kembar, kalian kangen juga gak?? 🤭

Yaudah lanjut aja ya, nih guys happy reading!!!

______________________________________


Jonathan pulang dengan suasana hati yang sedikit tidak baik. Dasi yang mencekik lehernya ia lepas dengan paksa agar nafasnya sedikit lega. Setelah menerima telfon dari rekan bisnisnya tadi sore, ia benar-benar ingin segera pulang dan menemui anak sulungnya.

Di ruang tengah, ia lihat anak sulung nya tengah duduk dan memainkan hp nya. Jonathan mendekatinya dan langsung merebut ponsel keluaran terbaru yang dipegang anaknya.

"Papa!? Apa-apaan sih main rebut hp Jeno?! Balikin sini Pa!"

Jeno mencoba meraihnya dari tangan Papa. Tapi siapa sangka, Papa nya justru membanting hp itu ke lantai. Cowok berkacamata itu semakin tersulut emosinya.

"Jelasin ke Papa, maksud kamu apa?!"

Tanpa dijelaskan pun, Jeno paham arah pembicaraannya. Tapi tidak dengan cowok lainnya yang kini hanya diam mematung di tangga menatap keduanya bingung.

"Cuma mau ngasih pelajaran aja buat si Harsa. Biar dia tau, gak semua hal di dunia ini bisa dia dapetin semuanya,"

Jawabnya dengan dingin.

"Kamu tau kan orang tua Harsa itu siapa? Papa nya Harsa itu rekan kerja Papa, Jeno. Dan gara-gara kelakuan kamu ini kerja sama dengan perusahaan mereka terancam diputus. Papa nya gak terima anaknya kamu pukulim sampe babak belur. Mau kamu sebenernya apa sih Jeno?! Udah merasa paling kuat, iya?!"

Jonathan diam sebentar mengatur nafasnya yang memburu. Sungguh ia tidak ingin lepas kendali. Dia sadar, Jeno dan dirinya sama-sama keras kepala. Batu lawan batu hanya ada percikan api yang tercipta.

"Sekarang jelasin ke Papa, apa alasan kamu gebukin Harsa?"

"Jeno cuma mau bantuin Jevin mengambil kembali haknya yang udah direbut Harsa. Yang perlu Papa tau, aku gak akan ngotorin tangan aku buat mukul orang. Aku nyuruh orang lain buat gebukin si bajingan itu,"

Lelaki jangkung yang sudah berumur itu refleks menampar pipi kiri anaknya. Tak habis pikir dengan apa yang dituturkan anaknya. Sejak kapan anaknya bisa berkata kasar di hadapan orang tuanya.

"Aku ngelakuin ini bukan tanpa alasan Pa, ini semua Jeno lakuin buat sahabat Jeno. Dan lagi, dulu Jeno udah gagal pertahanin Ibu karena Jeno masih kecil gak bisa apa-apa dan berakhir Jeno harus pisah sama Ibu sama Haidar. Itu penyesalan terbesar Jeno, Pah."

Mata sipitnya bersemu merah menahan lelehan air matanya. Dadanya sesak menahan emosi dan rasa sakit ketika ingatannya kembali ke masa lalu.

"Jadi sekarang...Jeno gak akan biarin si Harsa itu ngerusak keluarga Jevin. Jeno gak akan biarin Jevin kehilangan orang yang dia cintai. Karena Jeno tau sakitnya gak akan hilang sampai kapanpun pah."

Selesai dengan kalimatnya, Jeno melenggang keluar dari rumah dengan mengusap bekas tamparan papanya yang cukup keras. Papa Jo pun tak tau harus apa, ia hanya tak menyangka anak sulung itu akan mengungkit tentang masa lalu itu.

"Pah..."

Jonathan menoleh ke sumber suara. Ia lihat anak bungsunya yang tengah meremas ujung kaos. Langkahnya sedikit takut saat mendekatinya. Bahkan anaknya tak berani menatap dirinya.

The Chandra Twins || 00L NohyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang