Pertemuan

107 20 16
                                    

Pocahontas, gadis keturunan suku Mayden. Memiliki kemampuan menghubungkan roh leluhur dengan para manusia.

Ia tinggal dengan temannya, Sera yang selalu membantunya jika ada manusia yang datang berkunjung dengan mengatakan maksud kedatangannya.

Seperti sekarang, seorang pria dari luar daerah datang menemui mereka. Ia bermaksud untuk berkomunikasi dengan roh leluhurnya.

Pria itu sungguhan kaya! tanpa diminta, pria bernama Park Jimin memberikan satu koper besar berisi uang yang begitu banyak.

Ritual dimulai dengan Poca yang memejamkan matanya sambil bibirnya berumam untuk mengundang roh dan membangun rasa keterikatan mereka berdua.

Butuh waktu sekitar dua jam lamanya hingga akhirnya Jimin menyunggingkan senyum puas. Ia telah selesai berkomunikasi dengan leluhurnya.

“Sekali lagi aku berterima kasih padamu, Poca. Akhirnya aku tahu di mana letak harta karun yang disimpan leluhurku,” ucapnya dengan senyum simpul.

“Sudah menjadi tugasku, tuan Jimin. Terima kasih juga untuk imbalan yang kau berikan. Sungguh ini terlalu banyak untuk kami,” sambut Poca begitu sopan.

Gadis itu tak enak hati karena Jimin memberinya lebih dari yang seharusnya.

“Tidak apa. Aku senang. Sekarang aku pamit,” balasnya lagi.

“Selamat jalan pria tampan yang baik hati,” goda Sara yang kemudian dibalas Jimin dengan senyum bulan sabitnya.

~×~
Sepeninggal Jimin, gadis yang disapa Poca itu menghela napas panjang. Ia sungguh letih. Ritual kali ini begitu menguras energinya. Gadis itu berjalan gontai melewati Sera yang tengah sibuk menghitung uang yang Jimin berikan.

Ia butuh udara segar dan hutan menjadi satu-satunya tempat yang paling ia butuhkan. Ia juga harus bercerita dengan Alba, nenek leluhurnya yang berenkarnasi menjadi pohon besar di tengah hutan. Pohon magis yang ikut andil memberinya kekuatan dan perlindungan.

Kaki telanjangnya terus berjalan ke sisi barat hutan dekat perbatasan di mana orang-orang dari daerah lain bisa memasuki wilayahnya.

Poca mulai bersenandung riang tatkala melihat beberapa orang tengah membuat sebuah tenda besar dan beberapa tenda kecil yang mengelilingi.

Ia bisa melihat semuanya dari atas. Jika ia tak salah ada sekitar dua puluh pemuda-pemudi di bawah sana.

Ia terus memperhatikan kegiatan mereka hingga pandangannya menangkap sesosok pria dengan warna kulit pucat yang menjauh dari kerumunan. Pria itu mengenakan pakaian sederhana dengan topi berwarna hitam.

Tampan sekali!

Poca terlihat begitu senang memandangi pria itu hingga kakinya tanpa sadar bergerak mendekat. Satu langkah mendekat, tiga langkah mendekat, lima langkah mendekat, ia menahan napas karna jarak keduanya hanya tinggal beberapa langkah lagi.

Hingga satu langkah terakhir, ia terkejut saat melihat gumpalan hitam pekat  tepat di belakang pria itu.

Warnanya semakin pekat dan membentuk wajah yang mengerikan. Matanya besar berwarna merah, giginya memiliki taring besar hingga dagu dan rambutnya berantakan sekali. Tak salah lagi, makhluk itu adalah roh jahat.

“Kau siapa?” tanya pria yang sedari tadi menjadi objek pandangnya.

Poca terkejut mendengar suara pria itu karena jarak mereka terlalu dekat hingga ia sedikit bergerak mundur.

Wajahnya semakin pucat saat melihat makhluk jahat itu mengelilingi tubuh pria yang ia kagumi. Ia bahkan sampai melupakan pria itu dan menatap serius makhluk yang sejak tadi terlihat angkuh menatapnya.

POCAHONTAS (AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang