Tersudut

46 12 9
                                    

"Jadi hanya kita berdua saja di sini?" tanya Sera yang baru mendengar kabar kepergian hampir seluruh penghuni desa.

Gadis keturunan suku Vahz itu baru saja selesai berbelanja kebutuhan mereka untuk beberapa bulan ke depan.

"Tidak juga. Ada beberapa pemuda dan keluarga lain yang masih di sini. Kau tenang saja." Poca ikut membantu Sera merapihkan beberapa bahan makanan.

"Aku akan pergi sebentar ke hutan untuk melihat Alba. Ia nampak tak baik akhir-akhir ini." Ucapan Poca dibalas anggukan oleh Sara.

Ia membiarkan temannya itu pergi. Lagi pula Poca sangat membutuhkan udara segar.

"Akan kubuat makan malam yang enak untukmu," teriak Sara sesaat sebelum Poca melangkah jauh.

"Aku harap kau menyukainya. Bukankah aku teman yang baik?"

~x~

Hanya pepohonan yang Poca lihat sepanjang ia menuju perkemahan. Gadis itu berencana untuk meminta maaf karena rasanya ia tak sopan pada Yoongi.

Lengannya ia ayun saat berjalan hampir sampai ke perkemahan. Ia melihat Yoongi tengah berbincang dengan teman-temannya.

Entah mengapa ada sedikit rasa malu saat semua orang memperhatikannya. Ia merasa terlalu mencolok. Beberapa kali ia melihat pakaiannya sendiri.

Apa yang salah?

"Kau cantik," puji Yoongi saat mengetahui kegundahan gadis yang dikenalnya kemarin.

"Ah, aku kemari untuk minta maaf," ucapnya bersemangat sambil memperhatikan Yoongi yang terlihat begitu ramah padanya.

Tidak seperti kemarin. Kaku dan dingin.

"Ingin sarapan bersama kami?" ajak Yoongi. Ia menggamit jemari Poca, sedikit menariknya lembut menuju salah satu tenda.

"Yoongi jangan kau apa-apakan gadis itu," goda salah satu teman Yoongi. Sontak para pria lain  menyorakinya.

"Jangan pedulikan mereka," ucap Yoongi. Pria itu lantas menuntun Poca duduk di sebuah tenda yang terbuka pada bagian depannya. Mereka berdua duduk bersisian.

"Jadi, apa yang membawamu ke sini, Nona?" Yoongi begitu lekat menatapnya sampai-sampai Poca dibuatnya bersemu.

"Panggil saja aku Pocahontas atau Poca. Aku kemari hanya untuk melihatmu. Kemarin kau tak terlihat... uhm, baik," tutur gadis itu menunduk.

Ia bingung bagaimana cara menatap Yoongi dengan benar dan tak membuat dadanya berdetak kencang. Yoongi terlalu mengintimidasi.

"Kemarin ya... Aku sebenarnya tak ingat banyak hal. Kepalaku akhir-akhir ini terasa berat dan sakit. Maaf jika aku menganggumu." Pandangan Yoongi mulai membuat Poca tenang. Ia pria baik dan gadis itu hanya ingin berteman.

"Apa kau tinggal di sini? Maksudku penduduk desa ini? Aku dengar para penduduk sudah meninggalkan tempat ini." Yoongi kembali menatap tepat pada mata Poca.

"Aku tinggal di desa bersama temanku dan masih ada beberapa penduduk yang ada di desa," jawab Poca kikuk.

"Bisa ajak aku ke sana? Maksudku jika kau tak keberatan. Aku ingin melihat-lihat tempat ini. Rasanya begitu damai dan sejuk," ungkap Yoongi dan disambut anggukan langsung.

"Wah, apa kau terlalu mudah pada orang asing sepertiku? Harusnya kau tanya dulu tujuanku," kekeh Yoongi setelahnya.

"Aku... Aku percaya padamu." Kali ini gadis itu tak menatap Yoongi saat mengatakannya.

Pandangannya terfokus pada sesuatu yang menarik penglihatannya. Tepat di tempat teman-teman Yoongi bercengkrama. Roh leluhur jahat itu kembali dan kini semakin besar hingga dapat mengelilingi seluruh pria yang berkumpul. Seketika cuaca redup dan awan begitu pekat warnanya.

POCAHONTAS (AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang