M1-33. Milikku

8.2K 708 188
                                    

[Warning: verbal harassment & light smut with a mention of marital rape. And also a longass note from the author at the end lol]

2017

Nina melihat Jia yang duduk menunggu di depan ruang Pak Harris sebelum ia masuk ke dalam kandang buaya itu. Jia menganggukkan kepala, memberi semangat padanya.

Dengan satu tarikan napas panjang lalu mengembuskannya, Nina pun masuk ke dalam kantor Pak Harris. Recorder di ponselnya sudah menyala. Apabila Pak Harris tetap bertingkah seperti biasanya, maka Nina pastikan ia akan berhasil mendapatkan apa yang ia cari ke sini.

"Sore, pak," sapanya sopan sebelum duduk di kursi yang disediakan.

Pak Harris tersenyum manis menyambut kedatangannya. "Kayaknya kamu gak dandan? Tapi tetep cantik sih."

Nina tak menggubris pujiannya. Ia mengambil draft skripsi di dalam tasnya. "Ini draft saya, pak. Mohon diperiksa." Dengan cepat Nina meletakkan naskah bab tiganya di depan Pak Harris sebelum pria itu mendapat kesempatan untuk menyentuh tangannya lagi.

"Sejujurnya saya agak kecewa kamu gak turutin kata-kata saya untuk dandan yang cantik. Padahal saya mau ajak kamu dinner di restaurant mahal," tutur lelaki berkacamata itu sembari membalik halaman naskah Nina.

"Apa itu bentuk penolakan kamu lagi terhadap saya?"

Nina berdeham. "Maaf pak, saya masih konsisten pada perkataan saya waktu ini. Saya nggak tertarik sama tawaran-tawaran bapak. Saya cuma mau kita bersikap selayaknya dosen dan mahasiswa bimbingan biasa."

"Jadi kamu siap buat jadi mahasiswa lebih lama? Saya bisa aja kasi kamu revisi terus kalo saya mau." Harris tersenyum miring.

"Bapak mengancam saya?"

"Oh, enggak. Saya lagi ajak kamu bernego."

"Nego macam apa pak? Saya gak paham? Sebenarnya sampe sekarang pun saya masih gak ngerti tujuan bapak kayak gini ke saya tuh apa," jawab Nina.

Harris terkekeh. "Kamu itu emang pinter ya menarik ulur laki-laki."

Pujian itu tak terdengar seperti pujian di telinga Nina. Ia malah jadi teringat oleh perkataan Tio. Sebenarnya apa yang ia perbuat sehingga pria ini berpikir kalau dia berusaha menarik perhatiannya? Seingatnya, ia tak pernah berdandan berlebihan tiap bimbingan.

"Saya udah terang-terangan nunjukin rasa tertarik saya tapi kamu malah terus bersikap seolah-olah kamu tidak peka. Kan saya jadi makin penasaran sama kamu."

Sungguh gila! Padahal tujuan Nina mengabaikannya ya agar dia berhenti mengusik dirinya. Mengapa malah sebaliknya begini yang terjadi? Memang jalan pikiran orang tidak bisa ditebak. Tak semua hal terjadi sesuai apa yang kita perkirakan.

"Harusnya bapak mikir, kalo saya gak respon ya saya gak tertarik. Lagian, saya tuh udah nikah. Saya sayang sama suami saya dan gak minat sama cowok lain lagi. Jadi, saya mohon untuk yang terakhir kalinya, bapak berhenti mengganggu saya!" Cecar Nina dengan nada sedikit tinggi di akhir kalimat.

Pak Harris menutup salinan skripsi Nina dan bertopang dagu. Ia menatap Nina dengan tatapan terhibur layaknya psikopat yang menikmati korbannya yang tengah tersiksa.

"Kamu yang udah nikah gini lah yang bikin saya tertarik," aku Harris. Matanya menatap Nina dari puncak kepala hingga dada Nina yang tak terhalang oleh meja kerjanya.

"Saya suka gadis-gadis muda seperti kamu yang sudah menjadi ibu. Tubuh kamu yang berubah karena melahirkan dan menyusui.... Hm... di mata saya sangat menarik."

Tangan Nina mengepal, menahan takut yang mulai menjalari seluruh tubuhnya. Ia merasa sedang ditelanjangi oleh mata nakal dosen biadab di hadapannya ini.

MATURIBILITY [COMPLETED]Where stories live. Discover now