M1-35. Tertinggal

7.4K 754 158
                                    

2017

Hari ini akhirnya ketua jurusan Nina dapat ditemui. Dua hari yang lalu, Nina telah menghubungi sekretaris beliau untuk membuat janji. Kebetulan Tio juga sudah mencari libur hari ini. Sesuai ucapannya tempo hari lalu—saat mereka masih bertengkar—, Tio mengantar Nina untuk bertemu dosennya di kampus. Dia akan memastikan laporan Nina ditindaklanjuti oleh pihak kampus.

Pak Wira—si ketua jurusan— mendelik kaget kala beliau mendengar rekaman suara yang diberikan oleh Nina sebagai bukti. Tio sendiri kembali terpicu emosinya. Ia sudah mendengar rekaman tersebut semalam dan sangat murka karenanya.

"Terima kasih sudah menginfokan ke saya. Nanti akan saya panggil dosen yang bersangkutan. Boleh dikirim rekamannya ke wa bapak ya, Nin?" Pinta Pak Wira.

Pak Wira ini dulu pernah mengajar Nina di kelas Syntax dan Discourse Analysis. Oleh karena itu, Nina memiliki kontak beliau.

"Baik pak," sahut Nina.

"Lalu masalah skripsi Nina, gimana pak? Apa bisa dicarikan dosen pembimbing yang lain?" Tio bertanya.

"Untuk masalah itu gak usah khawatir, nanti akan saya assign dosen pembimbing baru untuk Nina."

Tio mengangguk puas. "Kalo bisa dosen cewek aja ya, pak. Takut saya, istri saya digoda-godain lagi."

"Yo," desis Nina, malu. Tangannya mencubit paha lelaki itu pelan.

Pak Wira terkekeh. "Noted. Nanti saya cek dulu."

"Gak usah didengerin dia, pak! Sama siapa aja saya gak keberatan yang penting gak aneh-aneh kayak Mr. Harris," ujar Nina, mengoreksi ucapan Tio yang tadi.

Tawa kecil lepas dari bibir Pak Wira ketika ia melihat ekspresi jengkel Nina kepada suaminya. Pasangan muda di hadapannya ini terlihat begitu menggemaskan. Pak Wira tahu soal Nina dan Tio. Namun, ini adalah kali pertama ia berinteraksi dengan pemuda yang berstatus sebagai suami mahasiswinya tersebut. Terlihat jelas bahwa Tio benar-benar memikirkan keamanan dan kenyamanan Nina. Mahasiswa Ekonomi itu bahkan tak malu untuk menemuinya langsung demi Nina.

"Gak apa, Nin. Itu namanya suami kamu perhatian dan mikirin keamanan kamu selama kuliah. Takut itu kamu digondol cowok lain," tutur Pak Wira dengan senyum jenakanya.

Setelah berbincang-bincang sedikit tentang skripsi Nina, obrolan mereka pun berakhir karena sebentar lagi Pak Wira ada kelas yang harus beliau ajar.

"Nanti sekretaris yang akan info perihal pergantian dosen ya, Nin," pesan Pak Wira sebelum pergi.

Pasangan suami istri tersebut berjalan meninggalkan ruang jurusan setelahnya. Keduanya berjalan beriringan ke arah lobi karena ingin menuju parkiran yang terletak di area parkir depan lobi. Saat tiba di lobi, pria yang sangat ingin dihabisi oleh mereka muncul dan menghampiri resepsionis.

Tio tidak menahan diri lagi. Nina bahkan belum sempat bereaksi apapun ketika Tio tiba-tiba menarik kerah baju Harris lalu melayangkan sebuah tinju ke wajah pria yang lebih tua itu.

Terdengar suara "crack" saking kerasnya pukulan Tio.

"Bajingan!!!" Pekik Tio.

"Apa-apaan kamu?!" Harris tak mau kalah. Ia juga menggunakan nada tinggi untuk menekankan rasa marahnya. Tangannya memegangi hidung yang terasa amat nyeri. Bahkan ada darah yang mengalir dari sana. Nina sampai merinding sendiri membayangkan jika hidung sang dosen patah karena Tio. Selain hidungnya yang berdarah, kacamata Pak Harris pun ikut retak.

Staff yang sedang berjaga di resepsionis terkesiap melihat adegan barusan. Beberapa mahasiswa yang berada di area lobi juga langsung melihat ke sumber keributan. Tak lama kemudian, muncul Bu Dekan dari ruangannya yang sedari tadi terbuka. Posisi ruangan Dekan memang berada tepat di sebelah meja resepsionis. Jadi tak heran jika penghuni di dalamnya dapat mendengar kegaduhan di luar.

MATURIBILITY [COMPLETED]Where stories live. Discover now