MMPP! 6

10.4K 394 5
                                    

Valerie bersama seorang dokter perempuan yang sedang memeriksanya, mereka menatap serius pada layar ultrasonografi.

"Belum ada, ya, dok?" tanya Valerie tidak sabar.

"Sepertinya belum, nona." jawab dokter itu.

Valerie mendesah lemah. Usaha yang ia lakukan tidak mudah, namun tak kunjung berbuah manis pula.

Setelah melakukan pemeriksaan USG, Valerie masih penasaran sekaligus optimis, maka ia meminta pada dokter untuk dilakukan dengan tes pengambilan darah. Untung saja prosesnya mudah dan cepat, namun Valerie harus menunggu hasil dalam beberapa saat. Sembari menunggu itu, si dokter aktif bertanya pada Valerie tentang keinginannya segera hamil. Pun dengan Valerie yang banyak bertanya tentang tips cepat hamil.

"Sepertinya hasilnya sudah keluar," kata dokter itu sembari membaca hasil lab.

"Terus gimana hasilnya, dok?" tanya Valerie tidak sabar.

"Tapi mohon maaf, hasilnya sama. Masih negatif, nona."

Valerie merampas kertas yang menunjukkan hasil keterangan tersebut dengan cepat karena refleks. Lalu harapannya benar-benar pupus melihat kata negatif.

***

"Naresh, kita lakukan sekali lagi."

Bersandar pada kursi restorannya sendiri, Naresh memijat pangkal hidungnya. Masih tidak habis pikir dengan wanita di hadapannya yang begitu terobsesi memiliki anak hanya demi sebuah warisan.

"Aku enggak pro, mungkin aja akan jadi kalau kamu yang mendominasi." ujar Valerie tanpa rasa malu sedikitpun.

"Aku juga enggak pro." balas Naresh tanpa minat.

Valerie menyipitkan matanya, curiga. "Tapi kamu laki-laki, pasti lebih paham. Mungkin caraku kurang tepat malam itu, karena aku enggak begitu paham. Aku juga kesakitan banget..."

Naresh menurunkan tangannya, kemudian menatap Valerie dengan serius. "Aku mau membantu, tapi dengan satu syarat."

"Apa syaratnya?!" tanya antusias Valerie. Harapannya sungguh besar kali ini.

"Menikah sama aku." lantang Naresh. "Lalu aku akan menghamili kamu."

Valerie menghembuskan napas sebal. "Aku punya impian soal pernikahan, termasuk cara dilamarnya. Aku enggak mau menikah karena suatu hal, kecuali cinta."

"Terserah. Keputusan ada di tangan kamu."

Valerie menghentakkan kakinya dengan gusar. "Plisss..."

"Aku enggak ingin memiliki anak di luar hubungan pernikahan. Camkan itu baik-baik."

"Apa susahnya dengan kamu enggak usah menganggap anak itu nantinya? Biarkan aku yang urus."

"Kamu pikir saat dia mengerti, dia enggak akan tanya di mana ayahnya?!" tanya Naresh dengan nada tinggi. Pria itu meradang mendengar setiap kata meremehkan Valerie tentang calon manusia yang diingkan wanita tersebut.

"Aku enggak mungkin jomblo terus, nanti aku akan punya pasangan hidup kalau waktunya sudah tepat. Gampang, 'kan tinggal mengenalkan mereka? Aku akan kasih tahu kalu pria itu aya—"

"Kamu ini naif atau emang bego, sih?" potong Naresh dengan cepat.

Valerie memberengut kesal. "Apa lagi yang salah? Kamu ribet, kayak perempuan!!"

"Ya aku enggak mau kalau anak aku nantinya enggak mengenal aku."

"Apa enggak ada cara lain selain menikah?" tanya Valerie memelas, berharap Naresh luluh.

Make Me Pregnant, Please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang