TPM°03

2.5K 370 30
                                    

Sorry for typo(s)






Kabar mengenai Jeno dan Jaemin berpacaran telah menjalar ke seluruh Universitas. Semua mahasiswa, angkatan tua dan baru bahkan staff dan dosen pun ikut mengetahui berita terpanas tersebut.

Bagaimana tidak, Jeno dan Jaemin merupakan dua orang yang sangatlah berbeda. Kepribadiannya saja sudah jelas terlihat antara Jeno dengan jiwa bebasnya, selalu memiliki selingan. Setiap hari selalu berganti pasangan, tidak pernah serius dalam komitmen. Sedangkan Jaemin, lelaki cantik dengan sejuta pesona. Pintar dalam segala bidang, sangat tercukupi kehidupannya. Memiliki sahabat dan teman yang setia sehingga tidak ada sebuah pemikiran untuk menjalin hubungan.

Akan tetapi pada siang itu merupakan hari bersejarah bagi semua orang di Universitas. Untuk pertama kalinya Jung Jeno yang tidak pernah peduli dengan status hubungannya, memilih untuk terbuka dan mengumumkannya melalui media sosial.

Mungkin sudah biasa bagi semua orang untuk melihat Jung Jeno bermesraan di publik. Entah bersama perempuan ataupun laki-laki. Tetapi tidak dengan kehidupan pribadinya. Akun Instagram yang sudah memiliki ratusan ribu pengikut itu selalu menjadi tempat yang eksklusif. Tidak pernah ada foto tentang pasangannya, tidak pernah memberikan tanggapan untuk para pemujanya. Namun mengapa, seorang Na Jaemin bisa masuk ke dalam daftar foto yang berada di akun lelaki tersebut.

Bukankah Na Jaemin sangatlah spesial? Tentu saja.

Para perempuan dan laki-laki selalu memimpikan bagaimana hidup seperti Na Jaemin. Penuh dengan keistimewaan dan tanpa beban. Selalu sempurna di setiap perlakuannya. Tetapi ada hal yang tidak mereka pahami. Na Jaemin sama sekali tidak menginginkan hubungan ini. Ia benar-benar membenci Jung Jeno dan itu merupakan sebuah masalah yang besar.

"Lo enggak makan Na?" Mark datang menghampiri, ia menaruh Americano dingin kesukaan lelaki cantik itu di atas meja.

Jaemin tidak membalas, ia terlalu sibuk dengan tugasnya untuk membuat ulasan di akun website milik BEM mengenai kehidupan fakultas dan sistem elemennya. Sudah menjadi ciri khasnya sebagai Sekretaris Jenderal BEM FISIP yang selalu berpikiran kritis dalam memberikan masukan.

Mark berdecak kesal. Ia paham sekali dengan sifat Jaemin yang keras kepala. Apalagi ketika sedang memiliki masalah, lelaki cantik itu pasti akan mencoba mengalihkannya dengan bekerja keras sehingga lupa untuk beristirahat.

"Yaelah Na, kalo ada masalah cerita dong. Gue siap nampung." Usaha Mark untuk mengambil perhatian Jaemin. "atau perlu gue kirim pasukan buat ngehajar Jeno? Biar lo en-"

"-Gausah sebut nama bajingan itu!" Berhasil. Kini Jaemin termakan umpannya.

Mark tersenyum geli melihatnya namun ekspresi mendadak serius. "Beneran Na, gue enggak suka lo kayak gini. Pasti dia macem-macem kan? Gue enggak percaya lo mau jadi pacarnya, dan apa itu sampe peluk-pelukan." Cerewetnya mulai kambuh.

"Yakali gue mau! Dan sorry ya, gue enggak sudi! Lagian dia yang meluk gue sampe enggak bisa gerak." Protes Jaemin tidak terima.

Mark menghela nafasnya dengan lega, akhirnya Jaemin menceritakannya juga. Setelah seharian di kampus tanpa memberikan pernyataan mengenai status hubungannya yang baru kepada mahasiswa yang bertanya.

"Terus kenapa bisa lo diginiin sama tuh orang? Lo harusnya lawan Na. Biasanya juga langsung hajar."

Jaemin mendengus, "Gue enggak nyangka juga. Bajingan itu mainnya licik." Kesalnya tiba-tiba teringat dengan kejadian kemarin.

The Perfect Match ✔️Where stories live. Discover now