22

5.6K 867 93
                                    

"Jaehyun,"
"Kadang dosa terbesarmu itu bisa menjadi keberkahan terbesarmu, pembelajaran terbesar dalam hidup kamu."
"Mungkin kamu sangat berdosa, karena melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan. Tapi nyatanya Ryujin itu anak yang baik, yang bisa mengerti kedua orangtuanya dengan baik."
"Apa kamu masih gak mau menikah, Jae? Walaupun kamu nantinya tersakiti kalau Rose menikah sama orang lain?" Tanya Jessica, membuat Jaehyun terdiam, berpikir.

Jaehyun duduk diantara dua Kakaknya, dan disebrangnya ada Ayah dan Ibunya. Sementara hari ini giliran Ryujin yang menjaga Rose di rumah sakit.

"Son,"
"At first—"
"It was a sin."
"But at the end, your daughter is a gift, a message from God." Ucap Tuan Jung.

(Putraku,)
(Awalnya—)
(Hal itu adalah sebuah dosa.)
(Tapi pada akhirnya, putrimu adalah sebuah hadiah, sebuah pesan dari Tuhan.)

"Menikahlah, Jae. Semua orang menunggu. Bahkan mungkin bukan kita saja, tapi Rose. Atau mungkin— diri kamu sendiri."
"Kamu menunggu kapan kamu berani untuk menikah. Nggak menikah itu bukan sebuah prinsip atau pilihan. Tapi sebuah hal yang disebabkan oleh keberanian dan tekad yang tertahankan di dalam batin kamu.Ujar Nyonya Jung.

Jaehyun menghela nafasnya, "Jaehyun—"
"Jaehyun gak tau harus gimana." Katanya.

"Listen, Jae."
"Why would you waste your time if someone that you love is waiting for you? Someone that you love, who loves you back." Ujar Krystal.

(Dengar, Jae.)
(Kenapa kamu membuang-buang waktu jika seseorang yang kamu cintai sedang menunggu kamu? Seseorang yang kamu cintai, yang juga mencintaimu. )

Keluarga Jung semakin mendesak Jaehyun untuk menikah dengan Rose, atau dengan siapapun. Intinya Jaehyun menikah.

Tapi sebenarnya alasan Jaehyun tidak mau menikah adalah—

Dia tidak mau terikat kepada seseorang, dia tidak mau merasakan bagaimana sakitnya ditinggalkan, atau meninggalkan seseorang. Karena Jaehyun tau, pada akhirnya, ujung dari semua hubungan yang sudah dibentuk adalah perpisahan. Cerai, meninggal, dan bentuk lainnya, merupakan rangkaian pilihan dari sebuah perpisahan.

Dan pemikiran seperti itu sangat sulit untuk pergi dari hidup Jaehyun.

-

"Bunda mau apa? Mau minum gak?" Tanya Ryujin yang duduk di sebelah Bunda.

Bunda menggeleng sambil tersenyum. "Nggak, nggak usah." Jawab Bunda.

Semakin hari, Bunda semakin bangga. Melihat Ryujin yang semakin dewasa, mulai mengerti kehidupan dan lainnya.

"Jin,"
"Ryujin punya pacar ngga?" Tanya Bunda, tiba-tiba.

"Hah?"
"Apasi kok Bunda nanya itu? Biasanya aja Bunda ngatain Ryujin jomblo terus!" Seru Ryujin.

"Ih kan Bunda nanya doang, Jin."
"Seriusan Bunda. Ryujin punya pacar gak?" Tanya Bunda, lagi.

Ryujin tersenyum lalu menggeleng, "Ngga, Bunda. Ryujin gak punya pacar." Jawabnya.

"Loh kenapa? Kan Ryujin cantik." Kata Bunda.

Looking For Papa✔️Where stories live. Discover now