14: Cotton Candy

977 120 3
                                    

"Nih by" disodorkannya salah satu jenis permen yang memiliki wujud bak awan berwarna putih pada Sasuke yang sedang asik mengetik di meja kantornya.

Sasuke mengangkat kepalanya sejenak dan menatap heran  Naruto dan permen tersebut bergantian. "........permen kapas? Buat apa?" Naruto terkekeh geli dan tersenyum lebar. "Ya untuk dimakan dong. Sayangku jadi bego atau bagaimana sih?" ucapnya gemas seraya mengusak usak rambut suaminya yang agak berantakan menjadi semakin berantakan.

Sasuke dengan kilat menyingkirkan tangan Naruto tersebut dari rambutnya. Diri nya sedang tidak mood diberi afeksi berlebih ketika sedang bekerja, terutama ketika orang yang tadi ia mintai ambilkan kopi malah membawakannya permen kapas dengan bungkus bergambar Mickey Mouse. "Ck, bukan gitu. Kenapa tiba tiba beli permen kapas? Kopi ku mana?" tagihnya menuntut sambil menyodorkan tangan dengan muka cemberut

"Kenapa? Gak boleh?" sahut suaminya polos dengan ekspresi memuakkan.

"Jawab yang bener." Sasuke yang sedang total tidak mood untuk diajak bercanda pun memperingatkan suaminya. Ia bisa saja mengajak suaminya bertengkar di kantor jika pemuda pirang itu lanjut mengetes kesabarannya.

Naruto menggedikan bahu, memutuskan untuk berhenti menjahili suaminya karena ia tahu betul perangainya. "Pengen aja by, kebetulan ada tukang permen kapas di deket kantor, ya aku sekalian beli aja." ujarnya sambil menyerahkan permen kapas yang tak kunjung Sasuke ambil tepat di sisi sang mantan pemilik marga Uchiha tersebut.

Mengangguk angguk paham, Sasuke lantas menyodorkan kembali tangannya pada Naruto. "Kopi ku?" Naruto pun dengan segera menyerahkan kopi yang tadi ia beli di swalayan pada Sasuke. "Aku kira kamu lupa gara gara sibuk godain mbak mbak yang kerja di swalayan."

"Begitu caramu memandangku by? Kamu kira aku apa by?" Ucap Naruto dramatis sambil menatap Sasuke tak percaya seakan pria itu lah yang baru saja berselingkuh di hadapannya.

Sasuke berdecak kesal. Bersama dengan Naruto sejak kanak kanak tentu saja membuat Sasuke hafal betul seluk beluk sikap sang suami yang menyebalkan seperti sekarang ini. "Berlebihan banget sih, aku bercanda aja. Lagian aku juga tahu kok kamu ke swalayan untuk beli kopi karena mesin kopi kantor rusak, bukan untuk godain mbak mbak disana."

Naruto menaikkan kedua alisnya terkejut-- dan merasa terekspos. "Kok tahu?" Sasuke menggerut surai hitamnya pelan, agak pusing dengan segala pekerjaan kantor dan harus juga meladeni suaminya. "Hampir semua pegawai yang lalu lalang mengeluhkan hal itu, mustahil aku tidak tahu."

Naruto membentuk huruf 'o' mulutnya lalu mengangguk angguk.

Sasuke kembali menggerut rambutnya, pusing sekali ia hari ini, lama lama ia sama seperti Naruto yang harus mendapatkan asupan kafein setiap harinya. Bisa diganti teh saja tidak sih?

Menyadari ekspresi tertekan dari Sasuke membuat Naruto sontak teringat kembali akan permen kapas yang dibawanya tadi. "Dimakan itu by permen kapas nya." pemuda pirang tersebut menunjuk seonggok permen yang sejak tadi tak tersentuh.

"Biar?" konyol memang, tapi mau bagaimana lagi, Sasuke bahkan merasa ia tak ada motivasi untuk hanya sekedar memakan permen kapas.

"Biar Sasu makin maniiiiiiis" ujar Naruto sambil berpose sok imut dengan wajah tersenyum lebar, sukses membuat Sasuke mendengus geli dan menggeleng "Tidak mau."

Naruto kembali mengerucutkan bibirnya karena penolakan. "Baby ku galak banget dih, makan dong 'Suke, aku sudah niat beli ke depan kantor lho itu." Takut Naruto akan benar benar ngambek kali ini, Sasuke pun dengan segera meraih permen kapas tersebut dan membuka bungkusnya sambil misuh "Iya iya."

Melihat Sasuke yang memakan permen kapas dengan manisnya (bagi Naruto), ia mendadak merasa beban di pundaknya terangkat dan ia tak merasakan pegal dan capek karena bekerja lagi. Efek Sasuke memang luar biasa--- dasar bucin.

Sambil memakan permen kapas, Sasuke lantas bertanya. "Dari sekian banyak makanan yang dijual di depan kantor, kamu ngapain beliin aku permen kapas?"

Ada hening sesaat.

"Emmm kenapa juga ya?"

Sasuke yang sebenarnya ingin mengatakan betapa bodohnya Naruto pun hanya bisa menggeleng gelengkan kepalanya saja-- seharusnya ia tidak kaget kalau Naruto lemot begini. Untung Sasuke sayang Naruto

Naruto terkekeh, ia paham betul Sasuke sudah menahan diri untuk tidak mengatainya saat itu juga, lantas ia tertawa kecil dan menjawab. "Sebenarnya by,waktu aku liat permen kapas aku pengen langsung beli aja rasanya, gak inget makanan lain."

"Kenapa?" Tanya Sasuke merasa penasaran.

Naruto meletakkan tangannya di belakang punggung dan menerawang. "Aku jadi teringat masa masa pacaran kita dulu. Inget gak sih waktu kita pergi ke taman hiburan aku beliin kamu permen kapas?"

Sasuke mengangguk, "Ingat." kisah kencan mereka di masa pacaran sepertinya melekat dengan baik dalam ingatannya-- eh tapi, Sasuke kan memang pintar jadi mustahil untuk melupakan sesuatu dengan cepat--terutama masa remaja nya. Naruto terkekeh kecil "Lucu banget kamu waktu itu ngambek, terus aku beliin permen kapas sambil digombalin. Aww gak taunya langsung gak ngambek deh."

Sasuke mendengus tak terima. Ia hanya luluh kalau yang menggombalinya Naruto, kalau orang lain sih ia mana bisa luluh. "Aku waktu itu ngambek gara gara kamu gak mau diajak main ke wahana yang seram seram, gak asih banget sih kamu maunya main permainan anak anak aja." Ledek Sasuke balik, membuat Naruto lah yang kini merasa tak terima "Ya kan waktu itu aku takut by." Elaknya dengan bibir mengerucut sebal

Sasuke tersenyum tipis sambil menatap suaminya. "Memang sekarang udah enggak?" Tanyanya dengan nada menantang

"Ya enggak tahu juga sih." Ucap Naruto yang lalu dibalas kembali sebuah dengusan geli dari suaminya.

"Makasih permen kapasnya ya Naruto." Sasuke tersenyum tipis pada sang suami. Memang kadangkala tingkah Naruto yang random mampu membuat hari harinya yang berat menjadi seribu persen lebih baik. Naruto memang mood maker nya.

Naruto tersenyum lebar. "Sama sama sayang. Kecup manis di pipiku dulu dong?" pemuda bersurai pirang itu menunjuk nunjuk pipi kanan nya

Sasuke otomatis melunturkan senyum "Gak."

"Baby......" Naruto melengkungkan bibirnya

"Enggak, Naruto."

"Baby aku marah lho nanti."

Sasuke mendelikkan matanya tajam sambil meraih pena dari cup holder di sisi kanan komputernya. "Gampangan banget marah cuman gara gara gak mau aku kasih poppo di pipi."

"By......."

Sasuke tak lagi menyahut, sudah total kembali berfokus pada pekerjaan kantornya dan mengabaikan eksistensi Naruto. Naruto yang mengetahui bahwa memang mustahil untuk mengajak Sasuke bermesraan di kantor pun lantas menghela nafas pelan dan tersenyum. Lengannya terangkat untuk menepuk nepuk pelan kepala suaminya "Ya sudah deh. Semangat kerjanya ya sayang! Nanti kita pulang bareng."

Lantas ia melangkahkan kakinya menjauh dari meja kantor Sasuke sambil bersiul santai. Sasuke mengangkat kepalanya dari layar komputer untuk menatap punggung lebar sang suami yang berjalan menjauh darinya. Sasuke mengigit bibirnya gamang, sedikit merasa bersalah karena mengabaikan permintaan sang suami yang padahal sudah membuat perasaannya lebih baik tadi

"Naruto." Panggilnya pelan

Naruto yang mendengar panggilan dari sang terkasih pun reflek menolehkan kepalanya ke belakang. "Ya, by?"

Bibir bawahnya kembali ia gigit, tak menyadari bahwa tingkahnya tersebut mengundang decakan gemas dari Naruto yang sedang melihatnya. "...........poppo nya nanti aku kasih di rumah."

Naruto mengerjap. Wajah Sasuke memerah

"............Sasuke, minta lebih dari poppo di pipi boleh gak?"

Dan decakan kesal pun dilontarkan Sasuke. "Dasar, dikasih hati minta jantung."

14: Cotton Candy -END

-Chochjjinie

SUNNY | Naru•Sasu [Sequel Childhood Memories]Where stories live. Discover now